Era New Normal, Sektor Jasa Konstruksi Diharapkan Bisa Bangkit
Senin, 29 Juni 2020 - 21:59 WIB
MEDAN - Pelaku usaha konstruksi, khususnya di sektor baja ringan yang tergabung dalam Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI) menyambut baik upaya pemerintah menerapkan New Normal.
Alasannya, selain dapat melindungi para pekerja konstruksi dari ancaman virus berbahaya, protokol pelaksanaan new normal di sektor jasa konstruksi ini juga diharapkan bisa membawa perubahan pada sektor industri yang mereka geluti.
Sekjen ARFI, Nicolas Kesuma dalam siaran persnya di Medan, Senin (29/6/2020) menjelaskan, industri konstruksi khususnya baja ringan selama ini dibagi menjadi 2 segmen. Yang pertama segmen project dan yang kedua segmen retail. Kedua segmen ini tentunya ikut terdampak oleh pandemi Covid-19 yang kini terjadi. (BACA JUGA: Menuju New Normal, Konsumsi Avtur di Sumut Meningkat)
Saat pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak awal Maret lalu, kedua segmen ini banyak yang terhenti. Meski diakui masih ada beberapa project on going yang tetap dilanjutkan selama pandemi, namun sebagian lainnya nyaris tak berdenyut lagi.
Kondisi ini berlangsung cukup lama hingga akhirnya pemerintah mulai memberlakukan tatanan normal baru disegala lini untuk menggerakan perekonomian bangsa. Namun demikian, tatanan normal baru ini dirasakan masih belum 100 persen mengembalikan keadaan seperti sedia kala.
“Misalkan pembangunan LRT, tadinya ada 200 orang sekarang jadi 100 orang. Tidak efektif, tapi kita harus menyesuaikan kondisi sekarang ini. Itu yang menjadi fokus kita. Kondisi new normal ini belum bisa memulihkan total. Tapi setidaknya kita sudah bisa menyiapkan sesuatu, seperti bekerja lebih high performance,” terang Nicolas.
Nicolas menuturkan, 13 produsen baja ringan besar yang tergabung di ARFI, selama pandemi berlangsung dengan taat menjalankan protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk seluruh karyawan baik di kantor hingga ke pabrik. Edukasi tentang pencegahan penularan hingga pemberian nutrisi tambahan tak ketinggalan dilakukan.
Karena itu, ARFI berharap, protokol kesehatan dalam pelaksanaan new normal di sektor jasa konstruksi ini nantinya dibakukan agar industri dapat segera bangkit. Selain itu, dalam protokol baru itu ARFI juga berharap peran pemerintah untuk memberikan dukungan kepada industri dalam negeri agar mendapat kesempatan terlibat dalam pembangunan yang ada untuk mengejar ketertinggalan mereka pada semester kedua 2020 saat ini yang hanya menyisakan waktu 6 bulan lagi. (BACA JUGA: Pelindo 1 Salurkan Rp2,4 Miliar untuk Mitra Binaan)
Ketua ARFI, Stephanus Koeswandi menjelaskan, selama pandemi, demand atau permintaan produk baja ringan dan atap baja menurun drastis. Kondisi ini tentunya diharapkan tidak sampai terganggu dengan masuknya produk baja ringan dari luar negeri.
Untuk itu pemerintah diharapkan dapat membantu melindungi pengusaha nasional dengan memberi ruang lebih luas melalui proyek-proyek pembangunan yang sebelumnya sempat terhenti dan akan digerakkan kembali saat new normal diberlakukan.
“Kalau protokol kesehatan dari gugus tugas covid yang sudah diberlakukan sudah sangat baik. Tapi tentu saat ini kejadiannya bukan hanya masalah kesehatan saja. Tapi kami di industri baja ringan juga mengalami demand shock. Karena itu kami harap kalau bisa swasta atau perusahaan-perusahan nasional yang tergabung di ARFI ini bisa ikut berperan serta dalam proyek-proyek pemulihan,” urainya.
Lihat Juga: Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari Berkolaborasi Usung Industri Baja yang Berkelanjutan
Alasannya, selain dapat melindungi para pekerja konstruksi dari ancaman virus berbahaya, protokol pelaksanaan new normal di sektor jasa konstruksi ini juga diharapkan bisa membawa perubahan pada sektor industri yang mereka geluti.
Sekjen ARFI, Nicolas Kesuma dalam siaran persnya di Medan, Senin (29/6/2020) menjelaskan, industri konstruksi khususnya baja ringan selama ini dibagi menjadi 2 segmen. Yang pertama segmen project dan yang kedua segmen retail. Kedua segmen ini tentunya ikut terdampak oleh pandemi Covid-19 yang kini terjadi. (BACA JUGA: Menuju New Normal, Konsumsi Avtur di Sumut Meningkat)
Saat pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak awal Maret lalu, kedua segmen ini banyak yang terhenti. Meski diakui masih ada beberapa project on going yang tetap dilanjutkan selama pandemi, namun sebagian lainnya nyaris tak berdenyut lagi.
Kondisi ini berlangsung cukup lama hingga akhirnya pemerintah mulai memberlakukan tatanan normal baru disegala lini untuk menggerakan perekonomian bangsa. Namun demikian, tatanan normal baru ini dirasakan masih belum 100 persen mengembalikan keadaan seperti sedia kala.
“Misalkan pembangunan LRT, tadinya ada 200 orang sekarang jadi 100 orang. Tidak efektif, tapi kita harus menyesuaikan kondisi sekarang ini. Itu yang menjadi fokus kita. Kondisi new normal ini belum bisa memulihkan total. Tapi setidaknya kita sudah bisa menyiapkan sesuatu, seperti bekerja lebih high performance,” terang Nicolas.
Nicolas menuturkan, 13 produsen baja ringan besar yang tergabung di ARFI, selama pandemi berlangsung dengan taat menjalankan protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk seluruh karyawan baik di kantor hingga ke pabrik. Edukasi tentang pencegahan penularan hingga pemberian nutrisi tambahan tak ketinggalan dilakukan.
Karena itu, ARFI berharap, protokol kesehatan dalam pelaksanaan new normal di sektor jasa konstruksi ini nantinya dibakukan agar industri dapat segera bangkit. Selain itu, dalam protokol baru itu ARFI juga berharap peran pemerintah untuk memberikan dukungan kepada industri dalam negeri agar mendapat kesempatan terlibat dalam pembangunan yang ada untuk mengejar ketertinggalan mereka pada semester kedua 2020 saat ini yang hanya menyisakan waktu 6 bulan lagi. (BACA JUGA: Pelindo 1 Salurkan Rp2,4 Miliar untuk Mitra Binaan)
Ketua ARFI, Stephanus Koeswandi menjelaskan, selama pandemi, demand atau permintaan produk baja ringan dan atap baja menurun drastis. Kondisi ini tentunya diharapkan tidak sampai terganggu dengan masuknya produk baja ringan dari luar negeri.
Untuk itu pemerintah diharapkan dapat membantu melindungi pengusaha nasional dengan memberi ruang lebih luas melalui proyek-proyek pembangunan yang sebelumnya sempat terhenti dan akan digerakkan kembali saat new normal diberlakukan.
“Kalau protokol kesehatan dari gugus tugas covid yang sudah diberlakukan sudah sangat baik. Tapi tentu saat ini kejadiannya bukan hanya masalah kesehatan saja. Tapi kami di industri baja ringan juga mengalami demand shock. Karena itu kami harap kalau bisa swasta atau perusahaan-perusahan nasional yang tergabung di ARFI ini bisa ikut berperan serta dalam proyek-proyek pemulihan,” urainya.
Lihat Juga: Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari Berkolaborasi Usung Industri Baja yang Berkelanjutan
(vit)
tulis komentar anda