Diterjang Wabah Corona, Peternakan Bebek Pedaging Purwakarta Mulai Ambruk
Minggu, 26 April 2020 - 21:12 WIB
PURWAKARTA - Dampak pandemi virus Corona (COVID-19) mulai merambah para peternak bebek pedaging di Kabupaten Purwakarta. Sudah lebih dari sebulan, aktivitas para peternak di Purwakarta terhenti lantaran permintaan yang turun drastis.
Akibatnya, unggas yang sudah siap jual pun terpaksa ditahan di dalam kandang. Buntutnya, para peternak harus mengeluarkan ongkos ekstra untuk perawatan ribuan bebek mereka.
”Kami tidak bisa memasarkan ternak karena bandarnya sudah lebih dulu menyetop pengambilan, termasuk suplai DOD (day old duck) yang sudah lebih dulu terhenti,” kata Toyib, salah satu peternak di Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta kepada SINDOnews, Minggu (26/4/2020).
Toyib bersama lima peternak lain totalnya memelihara 4.500 ekor bebek untuk sekali pembibitan. Dalam sebulan biasanya mereka bisa dua kali melakukan pembibitan. Namun sepinya permintaan membuat keadaan berubah 180 derajat.
”Bebek yang tertahan itu tentu saja menambah beban biaya karena kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan,” tutur Toyib.
Menurut dia, saat ini harga pakan sudah naik dari yang sebelumnya Rp6.500 menjadi Rp7.000 per kilogram. Inilah yang membuat para peternak merugi. Sementara bebek ternak tak terjual, biaya pakan harus terus digelontorkan. ”Kerugian kami hingga saat ini sudah mencapai Rp15 juta,” ungkapnya.
Untuk menekan kerugian, para peternak menjual bebek di kandang secara eceran meskipun tingkat lakunya rendah. Dalam sehari, Toyib paling banyak hanya bisa menjual sekitar 10 ekor.
Saat ini Toyib hanya bisa berharap situasi segera kembali normal. Meskipun, dia sadar kalaupun pandemi selesai, kehidupan ekonomi belum tentu bisa pulih dengan cepat, termasuk pulihnya kandang para peternak bebek di Purwakarta.
Akibatnya, unggas yang sudah siap jual pun terpaksa ditahan di dalam kandang. Buntutnya, para peternak harus mengeluarkan ongkos ekstra untuk perawatan ribuan bebek mereka.
”Kami tidak bisa memasarkan ternak karena bandarnya sudah lebih dulu menyetop pengambilan, termasuk suplai DOD (day old duck) yang sudah lebih dulu terhenti,” kata Toyib, salah satu peternak di Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta kepada SINDOnews, Minggu (26/4/2020).
Toyib bersama lima peternak lain totalnya memelihara 4.500 ekor bebek untuk sekali pembibitan. Dalam sebulan biasanya mereka bisa dua kali melakukan pembibitan. Namun sepinya permintaan membuat keadaan berubah 180 derajat.
”Bebek yang tertahan itu tentu saja menambah beban biaya karena kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan,” tutur Toyib.
Menurut dia, saat ini harga pakan sudah naik dari yang sebelumnya Rp6.500 menjadi Rp7.000 per kilogram. Inilah yang membuat para peternak merugi. Sementara bebek ternak tak terjual, biaya pakan harus terus digelontorkan. ”Kerugian kami hingga saat ini sudah mencapai Rp15 juta,” ungkapnya.
Untuk menekan kerugian, para peternak menjual bebek di kandang secara eceran meskipun tingkat lakunya rendah. Dalam sehari, Toyib paling banyak hanya bisa menjual sekitar 10 ekor.
Saat ini Toyib hanya bisa berharap situasi segera kembali normal. Meskipun, dia sadar kalaupun pandemi selesai, kehidupan ekonomi belum tentu bisa pulih dengan cepat, termasuk pulihnya kandang para peternak bebek di Purwakarta.
(muh)
tulis komentar anda