Bela Rakyat yang Menderita Kerja Rodi, Pangeran Kornel Berani Tantang Daendls
Selasa, 05 Juli 2022 - 05:04 WIB
JAKARTA - Jika melintasi Jalan Raya Ciherang, Pamulihan, Kabupaten Sumedang , Jawa Barat, tepatnya di persimpangan yang memisahkan Jalan Cadas Pangeran atas dan bawah, patung berupa dua sosok lelaki akan menggoda perhatian.
Sosok lelaki yang satu berperawakan Eropa, mengenakan topi tricorn di kepalanya. Tubuhnya yang jangkung dibalut seragam militer ala Eropa dengan pedang panjang di pinggang. Dia menyodorkan tangan kanan ke arah lelaki yang ada di depannya.
Lelaki di hadapannya tampak mengenakan ikat kepala khas Sunda dan tangan kanan menenteng keris. Uniknya, lalaki perawakan Sunda itu menyodorkan tangan kirinya menerima uluran tangan kanan lelaki bertopi tricorn itu. Mereka bersalaman, tangan kanan ketemu tangan kiri. Unik dan tentu tidak biasa.
Dua sosok lelaki itu adalah patung pengingat, simbol perlawanan pribumi terhadap keangkuhan penjajah. Disebutkan bahwa sosok bertopi tricorn dan pedang panjang di pinggang adalah Jenderal Herman Willem Daendels.
Dia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang membangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan di kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Masa baktinya berlangsung hanya tiga tahun, dari 1808 hingga 1811.
Namun, dalam waktu yang singkat itu, rakyat di Pulau Jawa, khususnya Sumedang banyak menanggung derita kerja paksa. Penderitaan rakyat itu dirasakan oleh pemimpinnya saat itu yakni Pangeran Kornel.
Pada masa Gubernur Jenderal Daendels, Pangeran Kornel menjabat Bupati Sumedang periode 1791-1828. Pangeran bergelar Kusumadinata IX ini memiliki nama kecil Raden Asep Djamu.
Lahir pada 1762 dari pasangan Adipati Surianagara II (Bupati Sumedang yang menjabat antara 1761-1765) dan Nyi Mas Nagakasih, Raden Asep Djamu kemudian lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kornel.
Sebutan Kornel itu sendiri berasal dari kata kolonel, jabatan yang masih langka pada zaman itu. Pangkat kolonel diberikan kepada Pangeran Kusumadinata IX atau Raden Asep Jamu atas jasanya membantu Inggris mengatasi pemberontakan Bagus Rangin di perbatasan Sumedang-Cirebon.
Sosok lelaki yang satu berperawakan Eropa, mengenakan topi tricorn di kepalanya. Tubuhnya yang jangkung dibalut seragam militer ala Eropa dengan pedang panjang di pinggang. Dia menyodorkan tangan kanan ke arah lelaki yang ada di depannya.
Lelaki di hadapannya tampak mengenakan ikat kepala khas Sunda dan tangan kanan menenteng keris. Uniknya, lalaki perawakan Sunda itu menyodorkan tangan kirinya menerima uluran tangan kanan lelaki bertopi tricorn itu. Mereka bersalaman, tangan kanan ketemu tangan kiri. Unik dan tentu tidak biasa.
Dua sosok lelaki itu adalah patung pengingat, simbol perlawanan pribumi terhadap keangkuhan penjajah. Disebutkan bahwa sosok bertopi tricorn dan pedang panjang di pinggang adalah Jenderal Herman Willem Daendels.
Dia adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang membangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan di kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Masa baktinya berlangsung hanya tiga tahun, dari 1808 hingga 1811.
Namun, dalam waktu yang singkat itu, rakyat di Pulau Jawa, khususnya Sumedang banyak menanggung derita kerja paksa. Penderitaan rakyat itu dirasakan oleh pemimpinnya saat itu yakni Pangeran Kornel.
Pada masa Gubernur Jenderal Daendels, Pangeran Kornel menjabat Bupati Sumedang periode 1791-1828. Pangeran bergelar Kusumadinata IX ini memiliki nama kecil Raden Asep Djamu.
Lahir pada 1762 dari pasangan Adipati Surianagara II (Bupati Sumedang yang menjabat antara 1761-1765) dan Nyi Mas Nagakasih, Raden Asep Djamu kemudian lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Kornel.
Baca Juga
Sebutan Kornel itu sendiri berasal dari kata kolonel, jabatan yang masih langka pada zaman itu. Pangkat kolonel diberikan kepada Pangeran Kusumadinata IX atau Raden Asep Jamu atas jasanya membantu Inggris mengatasi pemberontakan Bagus Rangin di perbatasan Sumedang-Cirebon.
tulis komentar anda