Megawati Beri Sinyal Kuat Puan Maharani Capres PDI Perjuangan
Rabu, 22 Juni 2022 - 19:01 WIB
BANDUNG - Wakil Sekretaris NU Jawa Barat (2010-2021), H. Adlan Daie menilai pidato Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam pembukaan Rakernas PDI Perjuangan mengirim sinyal kuat. Sinyal tersebut adalah bahwa Puan Maharani kandidat kuat Calon Presiden (Capres) yang hendak diusung PDI Perjuangan dalam kontestasi pilpres 2024.
Sinyal itu dapat dibaca dari aksentuasi pidato Megawati sebagai pertanda keteguhan sikap politik seorang Ketua Umum PDI Perjuangan.
Dalam pidatonya jelas Adlan, Megawati dengan tegas meletakkan peta survey elektoral "hanya boleh dilihat, tidak boleh bergerak mengikuti irama survei".
Megawati meyakinkan para kader PDI Perjuangan justru harus bergerak mengikuti irama aspirasi rakyat.
“Inilah prinsip yang dipegang ibu Mega. Berdaulat secara politik, kokoh secara ideologis dan legitimated secara sosial. Tidak mudah kaget ("gumonan") atas framing media, lembaga survey dan kekuatan "mainan" politik dari luar PDI Perjuangan,” ujarnya.
Selain itu lanjunya, aksentuasi pidato politik Megawati tersebut jelas dan tegak lurus dalam konteks menjaga konstitusi partai.
Bahwa amanat kongres PDI Perjuangan telah memberi mandat dan hak prerogatif tunggal kepada Megawati dalam menentukan Capres yang akan diusung PDI Perjuangan.
Karena itu, Megawati tidak ragu-ragu untuk memecat siapa pun kader PDI Perjuangan yang menurutnya "coba-coba bermanuver di luar garis partai dan bermain dua kaki".
Tak hanya itu, tekanan lain dari pidato Megawati sengaja disampaikan tentang posisi Puan "sebagai anak tercintanya dan Puan mencintai ibunya". Pernyataan ini meskipun secara tersurat dalam konteks "trah" biologis Puan akan tetapi dalam konstruksi disampaikan dalam forum resmi setingkat Rakernas PDI Perjuangan yang sangat berwibawa dan dihadiri Presiden Jokowi jelas sebuah pernyataan berbobot politis dalam kerangka ideologi. “Saya kira, ini sikap politik PDI Perjuangan,” tuturnya.
Sinyal itu dapat dibaca dari aksentuasi pidato Megawati sebagai pertanda keteguhan sikap politik seorang Ketua Umum PDI Perjuangan.
Dalam pidatonya jelas Adlan, Megawati dengan tegas meletakkan peta survey elektoral "hanya boleh dilihat, tidak boleh bergerak mengikuti irama survei".
Megawati meyakinkan para kader PDI Perjuangan justru harus bergerak mengikuti irama aspirasi rakyat.
“Inilah prinsip yang dipegang ibu Mega. Berdaulat secara politik, kokoh secara ideologis dan legitimated secara sosial. Tidak mudah kaget ("gumonan") atas framing media, lembaga survey dan kekuatan "mainan" politik dari luar PDI Perjuangan,” ujarnya.
Selain itu lanjunya, aksentuasi pidato politik Megawati tersebut jelas dan tegak lurus dalam konteks menjaga konstitusi partai.
Bahwa amanat kongres PDI Perjuangan telah memberi mandat dan hak prerogatif tunggal kepada Megawati dalam menentukan Capres yang akan diusung PDI Perjuangan.
Karena itu, Megawati tidak ragu-ragu untuk memecat siapa pun kader PDI Perjuangan yang menurutnya "coba-coba bermanuver di luar garis partai dan bermain dua kaki".
Tak hanya itu, tekanan lain dari pidato Megawati sengaja disampaikan tentang posisi Puan "sebagai anak tercintanya dan Puan mencintai ibunya". Pernyataan ini meskipun secara tersurat dalam konteks "trah" biologis Puan akan tetapi dalam konstruksi disampaikan dalam forum resmi setingkat Rakernas PDI Perjuangan yang sangat berwibawa dan dihadiri Presiden Jokowi jelas sebuah pernyataan berbobot politis dalam kerangka ideologi. “Saya kira, ini sikap politik PDI Perjuangan,” tuturnya.
tulis komentar anda