Temukan Super Spreader COVID-19, Gugus Tugas Riau Kritik Rapid Test

Selasa, 23 Juni 2020 - 20:48 WIB
Jubir Gugus Tugas Provinsi Riau, Indra Yopi saat teleconference di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha BNPB, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Foto/Ist
JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Daerah Riau mengungkapkan tentang ditemukannya super spreader dalam penularan COVID-19. Ini yang diyakini menjadi salah satu pemicu kenaikan kasus positif COVID-19. Juru Bicara Gugus Tugas Provinsi Riau , Indra Yopi menjelaskan super spreader adalah satu orang positif COVID-19 menularkan ke banyak orang.

“Kami mendalami terdapat super spreader satu kasusnya dari Palembang. Kasusnya dari Palembang. Dia dari Palembang, kemudian dua hari dirawat, kemudian meninggal. Hasil PCR-nya positif dan dia begitu ditracing dia memberikan, mentransmisikan ke sembilan baru. Ke anaknya, istrinya, saudaranya, tetangganya, teman sekantor istrinya,” katanya melalui teleconference di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Selasa (23/6/2020). (Baca juga: Video Hiu Tutul Sengaja Ditabrak dan Dipegang Viral, Polisi Gelar Operasi)

Selain itu, Indra menilai banyaknya kasus di wilayah Riau lebih didominasi oleh kasus dari luar atau imported case. “Imported case bisa kami kelola, tapi agak sulit. Kalau memang pemeriksaan itu diwajibkan swab, itu lebih aman sebenarnya. Misal orang bepergian, kemudian dipastikan swab sebelumnya negatif, saya pikir itu lebih aman,” katanya. (Baca juga: Dipicu Cemburu, 2 Kelompok Pemuda di Wajo Tawuran Tengah Malam)



Indra pun mengkritik rapid test atau tes cepat yang hanya digunakan untuk syarat perjalanan oleh pemerintah. Pasalnya, dia menemukan jika angka negatif palsu COVID-19 lebih tinggi dengan metode rapid test. Sehingga, Indra menyarankan untuk menggunakan metode PCR atau polymerase chain reaction dibandingkan dengan rapid test.

“Karena memang sudah dibukanya oleh pemerintah pusat, orang bepergian dan cuma mengandalkan rapid test. Ini menjadi kelemahan dan mungkin kritik kami juga pada teman-teman di gugus tugas. Hasil rapid test yang kami dapatkan di sini angka negatif palsu lumayan tinggi. Artinya seseorang negatif tetapi begitu PCR hasil tesnya positif,” kata Indra.

Indra juga menyampaikan bahwa pihaknya tidak mengenal sebutan orang tanpa gejala atau OTG. Mereka dikelompokkan menjadi orang dalam pemantauan (ODP). Ini akan membantu upaya pemberitahuan dan pemantauan secara baik. “Kami tidak mengenal PDP (pasien dalam pengawasan) dan COVID itu di luar. PDP dan COVID-19 walaupun itu tidak bergejala kami rawat di ruang isolasi rumah sakit,” tambahnya.

Saat ini, Gugus Tugas Percepatan Penangan COVID-19 Provinsi Riau, lanjut Indra, menerapkan perawatan di rumah sakit terhadap pasien positif meskipun bergejala ringan. Ia mengatakan bahwa pihaknya melakukan perawatan sehingga pasien itu tidak menularkan virus ke orang lain. “Semua pasien-pasien COVID tersebut betul-betul dirawat sampai dinyatakan sembuh dengan dua kali negatif PCR baru kita bolehkan pulang ke rumah dan tambahan isolasi tujuh hari di rumah,” tandasnya.
(shf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content