Sejarah Kota Natal dan Hubungannya dengan Kerajaan Pagaruyung
Senin, 15 Juni 2020 - 05:00 WIB
Saat itu juga Pangeran Indra Sutan mendapat titah harus pergi merantau menemukan wilayah lain untuk dijadikan kerajaan baru. Kerajaan baru itulah yang kelak akan dipimpinnnya.
Sebelum berangkat Pangeran Indra Sutan melakukan beberapa persiapan. Dia mengumpulkan sejumlah pengikut setia untuk menemani selama pengembaraan nanti.
Rencananya Pangeran Indra Sutan melakukan perjalanan lewat jalur laut menggunakan kapal layar. Ia pun membawa perbekalan yang cukup banyak sebagai bersiapan menempuh perjalanan jauh yang belum dapat dipastikan tujuannya.
Selain perbekalan makanan, minuman dan pakaian, pangeran turut membawa hewan peliharaan di antaranya kuda untuk kendaraan mereka saat harus menyusuri daratan. Selebihnya, turut dibawa perlengkapan ritual tradisi berupa sekepal tanah dan buah labu yang dikeringkan.
Menurut kepercayaan tradisi lama, labu dan tanah kelahiran dibawa merantau agar yang bersangkutan merasa betah di tanah rantau namun tidak melupakan tanah kelahiran. Buah labu yang dikeringkan itu hanya berfungsi sebagai wadah menimbang tanah di tempat yang baru.
Cuaca di pesisir Minangkabau begitu cerah. Sebuah kapal kayu dengan tiang-tiang layar yang kokoh bersandar di dermaga. Dengan kapal itulah Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya akan berlayar mengarungi lautan memulai pengembaraan.
Pangeran Indra Sutan dan seluruh pengikut telah naik ke lambung kapal. Jangkar ditarik dan layar dikembangkan. Kapal pun bergerak meninggalkan dermaga, menyisir ombak ke arah utara.
Berminggu-minggu kapal berlayar mengarungi gelombang. Pangeran Indra Sutan mengamati sekaliling dan seperti melihat sesuatu.
“Lihat di depan sana. Saya melihat muara sungai. Kita menuju ke sana. Sungainya lebar, kapal ini bisa masuk dan kita ikuti aliran sungai itu,” perintah Pangeran Indra Sutan kepada juru mudi. “Baik pangeran, perintah dilaksanakan. Kita susuri sungai itu,” kata juru mudi.
Kapal pun berbelok ke muara dan bergerak menyusuri aliran sungai ke arah hulu. Kapal tiba di sebuah tangkahan yang ramai penduduk bertransaksi hasil bumi dan mata dagangan kebutuhan warga sehari-hari. Ternyata tempat itu sebuah pasar perniagaan di tepi sungai.
Sebelum berangkat Pangeran Indra Sutan melakukan beberapa persiapan. Dia mengumpulkan sejumlah pengikut setia untuk menemani selama pengembaraan nanti.
Rencananya Pangeran Indra Sutan melakukan perjalanan lewat jalur laut menggunakan kapal layar. Ia pun membawa perbekalan yang cukup banyak sebagai bersiapan menempuh perjalanan jauh yang belum dapat dipastikan tujuannya.
Selain perbekalan makanan, minuman dan pakaian, pangeran turut membawa hewan peliharaan di antaranya kuda untuk kendaraan mereka saat harus menyusuri daratan. Selebihnya, turut dibawa perlengkapan ritual tradisi berupa sekepal tanah dan buah labu yang dikeringkan.
Menurut kepercayaan tradisi lama, labu dan tanah kelahiran dibawa merantau agar yang bersangkutan merasa betah di tanah rantau namun tidak melupakan tanah kelahiran. Buah labu yang dikeringkan itu hanya berfungsi sebagai wadah menimbang tanah di tempat yang baru.
Cuaca di pesisir Minangkabau begitu cerah. Sebuah kapal kayu dengan tiang-tiang layar yang kokoh bersandar di dermaga. Dengan kapal itulah Pangeran Indra Sutan dan pengikutnya akan berlayar mengarungi lautan memulai pengembaraan.
Pangeran Indra Sutan dan seluruh pengikut telah naik ke lambung kapal. Jangkar ditarik dan layar dikembangkan. Kapal pun bergerak meninggalkan dermaga, menyisir ombak ke arah utara.
Berminggu-minggu kapal berlayar mengarungi gelombang. Pangeran Indra Sutan mengamati sekaliling dan seperti melihat sesuatu.
“Lihat di depan sana. Saya melihat muara sungai. Kita menuju ke sana. Sungainya lebar, kapal ini bisa masuk dan kita ikuti aliran sungai itu,” perintah Pangeran Indra Sutan kepada juru mudi. “Baik pangeran, perintah dilaksanakan. Kita susuri sungai itu,” kata juru mudi.
Kapal pun berbelok ke muara dan bergerak menyusuri aliran sungai ke arah hulu. Kapal tiba di sebuah tangkahan yang ramai penduduk bertransaksi hasil bumi dan mata dagangan kebutuhan warga sehari-hari. Ternyata tempat itu sebuah pasar perniagaan di tepi sungai.
tulis komentar anda