Mahasiswa UNY Olah Limbah Abu Ampas Tebu Jadi Batu Bata Tahan Gempa
Sabtu, 13 Juni 2020 - 13:45 WIB
YOGYAKARTA - Tiga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil membuat inovasi batu bata segi enam tahan gempa dari bahan abu ampas tebu (AAT). Batu bata ini baik untuk bangunan dan juga ramah lingkungan.
Mahasiswa kreatif itu adalah Rania Nova Dechandra (mahasiswa program studi matematika), Siti Vera Lestari, dan Wahyuni Eka Maryati (mahasiswa prodi pendidikan matematika).
Rania Nova Dechandra mengatakan, ide pembuatan batu bata dari ATT dilatarbelakangi wilayah Indonesia yang berada di jalur cicin api dunia (ring of fire), sehingga rawan terjadi gempa bumi yang berpotensi merusak bangunan. Untuk itu diperlukan bahan bangunan tahan gempa. Mereka kemudian melakukan penelitian bahan apa yang bisa untuk membuat bangunan tahan gempa.( )
"Dari hasil penelitian, akhirnya didapatkan abu ampas tebu," kata Ratna, Sabtu (13/6/2020).
Ratne menjelaskan, abu ampas tebu dipilih karena memiliki kandungan silika tinggi yang baik untuk pengikat
bangunan sebagai penganti semen. Selain itu, juga kurang dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah serta mencemari lingkungan. Padahal jumlah abu ampas tebu hasil sisa pengolahan tebu di industri gula sangat melimpah.
"Abu ampas tebu ini banyak mengandung senyawa silika (SiO2) yang dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi pencampuran semen dan air sehingga dapat menghasilkan zat perekat seperti semen. Karena itu sayang jika potensi tersebut tidak dimanfaatkan," katanya.
Mengenai alasan mengapa batu bata yang mereka buat berbentuk segi enam, bukan segi empat, menurut Siti Vera Lestari, karena dari hasil penelitian, secara metematis menghemat tempat hingga 13% dan menghasilkan populasi lebih banyak 15% dibandingkan bentuk segi empat.
"Segi enam yang disusun bersama-sama juga mempunyai tingkat kerekatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh simetri putar segienam yang berjumlah enam buah. Sehingga hasilnya lebih baik dibandingkan
Mahasiswa kreatif itu adalah Rania Nova Dechandra (mahasiswa program studi matematika), Siti Vera Lestari, dan Wahyuni Eka Maryati (mahasiswa prodi pendidikan matematika).
Rania Nova Dechandra mengatakan, ide pembuatan batu bata dari ATT dilatarbelakangi wilayah Indonesia yang berada di jalur cicin api dunia (ring of fire), sehingga rawan terjadi gempa bumi yang berpotensi merusak bangunan. Untuk itu diperlukan bahan bangunan tahan gempa. Mereka kemudian melakukan penelitian bahan apa yang bisa untuk membuat bangunan tahan gempa.( )
"Dari hasil penelitian, akhirnya didapatkan abu ampas tebu," kata Ratna, Sabtu (13/6/2020).
Ratne menjelaskan, abu ampas tebu dipilih karena memiliki kandungan silika tinggi yang baik untuk pengikat
bangunan sebagai penganti semen. Selain itu, juga kurang dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah serta mencemari lingkungan. Padahal jumlah abu ampas tebu hasil sisa pengolahan tebu di industri gula sangat melimpah.
"Abu ampas tebu ini banyak mengandung senyawa silika (SiO2) yang dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi pencampuran semen dan air sehingga dapat menghasilkan zat perekat seperti semen. Karena itu sayang jika potensi tersebut tidak dimanfaatkan," katanya.
Mengenai alasan mengapa batu bata yang mereka buat berbentuk segi enam, bukan segi empat, menurut Siti Vera Lestari, karena dari hasil penelitian, secara metematis menghemat tempat hingga 13% dan menghasilkan populasi lebih banyak 15% dibandingkan bentuk segi empat.
"Segi enam yang disusun bersama-sama juga mempunyai tingkat kerekatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh simetri putar segienam yang berjumlah enam buah. Sehingga hasilnya lebih baik dibandingkan
tulis komentar anda