Catat! Ini yang Diperlukan untuk Persiapan PSBB Surabaya Raya
Kamis, 23 April 2020 - 14:26 WIB
SURABAYA - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya tinggal hitungan hari lagi. Ketiga daerah, baik itu Surabaya, Sidoarjo maupun Gresik harus mempersiapkan diri dengan matang sebelum penerapan PSBB resmi dilakukan.
Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair) Surabaya, Mustain menuturkan, kebijakan PSSB merupakan pilihan dan jalan tengah terbaik dan menguntungkan baik bagi negara dan masyarakat.
Hal itu didasarkan pada pertimbangan kondisi masyarakat Indonesia yang berkultur agraris yang biasanya penuh kebersamaan, bukan individual dan soliter seperti masyarakat negara-negara Eropa dan negara China.
"Untuk kasus di Indonesia, kebijakan memutus rantai penularan Corona dengan PSBB merupakan pilihan sulit tetapi paling mungkin dilakukan. Tidak mungkin pakai lockdown karena faktor sosial, budaya, ekonomi," ujar Mustain, Kamis (23/4/2020).
Agar pelaksanakan PSBB efektif, lanjutnya, harus ada prakondisi, pengkondisian, dan kesiapan mulai dari aparatur penegak maupun masyarakat. Semua masyarakat harus diberikan pemahaman melalui sosialisasi yang baik, sehingga betul-betul mengerti tentang bagaimana ganasnya Covid-19.
Hal itu dilakukan agar masyarakat menyadari pentingnya tinggal di rumah dan tidak akan keluar rumah. Demikian pula dengan warung, kedai kopi, tempat cangkruk, tidak buka dan semua toko dan mall juga harus menutup diri.
"Semua perkantoran, kecuali kantor-kantor tertentu yang melayani kepentingan dasar masyarakat masih dibuka dengan terbatas. Kebijakan PSBB memang mengekang dan karena itu sangat tidak enak. Tetapi untuk kepentingan bersama, kebijakan yang pahit harus diterima semua pihak selama dua minggu," ucapnya.
Kesiapan implementasi PSBB yang bagus, katanya, suka atau tidak suka mengharuskan semua orang untuk tetap berada di rumah. Untuk itu, PSBB harus ditegakkan dengan tegas dan jelas. Bila perlu dilakukan dengan keras untuk menjalankan efektifitasnya. Semua itu akan dapat dilakukan ketika semua kebutuhan dasar masyarakat, khususnya kelompok miskin, sudah dipenuhi selama diberlakukannya PSBB.
Mustain mengatakan, PSBB yang sudah dilakukan di Jakarta dapat dijadikan rujukan untuk pembelajaran di semua daerah di Indonesia. "Kita perlu waktu beberapa hari untuk persiapan itu. Misalnya, mengidentifikasi dan memetakan kondisi eksisting warga miskin yang perlu mendapat bantuan melalui camat, lurah, RT, RW. RT mencatat kebutuhan warga miskin di lingkungannya, kemudian data disetorkan ke RW, RW menyetorkan ke lurah, sampai ke kepala daerah," tegasnya.
"Dengan persiapan yang baik, semua orang akan tinggal di rumah. Tidak ada alasan keluar rumah dengan alasan bekerja. Kalau toh harus keluar rumah, harus jelas alasannya dan seijin RT," tambahnya.
Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair) Surabaya, Mustain menuturkan, kebijakan PSSB merupakan pilihan dan jalan tengah terbaik dan menguntungkan baik bagi negara dan masyarakat.
Hal itu didasarkan pada pertimbangan kondisi masyarakat Indonesia yang berkultur agraris yang biasanya penuh kebersamaan, bukan individual dan soliter seperti masyarakat negara-negara Eropa dan negara China.
"Untuk kasus di Indonesia, kebijakan memutus rantai penularan Corona dengan PSBB merupakan pilihan sulit tetapi paling mungkin dilakukan. Tidak mungkin pakai lockdown karena faktor sosial, budaya, ekonomi," ujar Mustain, Kamis (23/4/2020).
Agar pelaksanakan PSBB efektif, lanjutnya, harus ada prakondisi, pengkondisian, dan kesiapan mulai dari aparatur penegak maupun masyarakat. Semua masyarakat harus diberikan pemahaman melalui sosialisasi yang baik, sehingga betul-betul mengerti tentang bagaimana ganasnya Covid-19.
Hal itu dilakukan agar masyarakat menyadari pentingnya tinggal di rumah dan tidak akan keluar rumah. Demikian pula dengan warung, kedai kopi, tempat cangkruk, tidak buka dan semua toko dan mall juga harus menutup diri.
"Semua perkantoran, kecuali kantor-kantor tertentu yang melayani kepentingan dasar masyarakat masih dibuka dengan terbatas. Kebijakan PSBB memang mengekang dan karena itu sangat tidak enak. Tetapi untuk kepentingan bersama, kebijakan yang pahit harus diterima semua pihak selama dua minggu," ucapnya.
Kesiapan implementasi PSBB yang bagus, katanya, suka atau tidak suka mengharuskan semua orang untuk tetap berada di rumah. Untuk itu, PSBB harus ditegakkan dengan tegas dan jelas. Bila perlu dilakukan dengan keras untuk menjalankan efektifitasnya. Semua itu akan dapat dilakukan ketika semua kebutuhan dasar masyarakat, khususnya kelompok miskin, sudah dipenuhi selama diberlakukannya PSBB.
Mustain mengatakan, PSBB yang sudah dilakukan di Jakarta dapat dijadikan rujukan untuk pembelajaran di semua daerah di Indonesia. "Kita perlu waktu beberapa hari untuk persiapan itu. Misalnya, mengidentifikasi dan memetakan kondisi eksisting warga miskin yang perlu mendapat bantuan melalui camat, lurah, RT, RW. RT mencatat kebutuhan warga miskin di lingkungannya, kemudian data disetorkan ke RW, RW menyetorkan ke lurah, sampai ke kepala daerah," tegasnya.
"Dengan persiapan yang baik, semua orang akan tinggal di rumah. Tidak ada alasan keluar rumah dengan alasan bekerja. Kalau toh harus keluar rumah, harus jelas alasannya dan seijin RT," tambahnya.
(eyt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda