Pengorbanan Guru-Siswa saat Metode Belajar Online Berjalan Tak Mulus
Kamis, 23 April 2020 - 12:33 WIB
CIREBON - Saeni bergegas mengambil dua buku latihan siswa di ruang guru SDN 1 Tegalkarang, Kabupaten Cirebon, begitu menyadari matahari mulai naik. Sambil membawa dua buku itu kantong plastik putih, Saeni lalu memacu motor matic-nya menuju pelosok desa.
Sekitar 15 menit kemudian, sampailah Saeni di sebuah rumah sederhana dengan dinding tanpa polesan semen. Di rumah itu, Saeni sudah ditunggu sejumlah murid yang siap menerima materi pelajaran darinya .
Begitulah aktivitas sehari-hari Saeni dan guru SDN Tegalkarang, sejak awal virus corona mewabah. Setiap hari, Saeni yang mengajar siswa kelas 1 meninggalkan sekolah, menjemput bola dengan mengajar siswa di rumah mereka. Baginya ini adalah kewajibanya sebagai guru. (Baca : Bantu Penanganan COVID-19, Perbankan Jabar Salurkan APD)
Maklum, tidak semua muridnya beruntung punya peralatan ponsel atau tablet yang mendukung program belajar di rumah secara online. Siswa dari keluarga kurang mampu tidak bisa mengikuti metode belajar online yang diterapkan pemerintah akibat pandemi corona.
Foto: SINDOnews/Toikskandar
Saeni pun memilih ”mengalah” dengan menjemput bola. Setiap hari, Saeni menempuh jarak antara 2-3 kilometer untuk mengajar. ”Kalau yang tidak punya android kan tidak bisa. Ya jadi saya yang mesti menemui mereka,” kata Saeni, Kamis (23/4/2020). (Baca : Indonesia Kembangkan Plasma Konvalesent, Percepat Penyembuhan Pasien COVID-19)
Menurut Saeni, rumah yang digunakan untuk aktivitas belajar mengajar setiap hari dibuat bergiliran dengan jumlah siswa 5-6 orang. Mata pelajaran yang disampaikan merupakan materi dasar untuk kelas 1 seperti matematika dan Bahasa Indonesia.
Hari itu, Saeni mengajarkan matematika. Jepri, salah satu siswa, mengakui lebih senang belajar di sekolah. Tapi virus corona membuat keinginannya itu mesti ditahan. Dia senang pihak sekolah masih memperhatikan dia dan teman-temannya yang tak memiliki handphone. ”Saya senang masih bisa belajar,” kata Jepri.
Pihak sekolah berharap ada solusi untuk mengatasi kendala bagi siswa dari keluarga tak mampu, selama pandemi masih berlangsung. “Mudah-mudahan wabah cepet selesai dan aktivitas sekolah bisa normal lagi,” ujar Saeni.
Sekitar 15 menit kemudian, sampailah Saeni di sebuah rumah sederhana dengan dinding tanpa polesan semen. Di rumah itu, Saeni sudah ditunggu sejumlah murid yang siap menerima materi pelajaran darinya .
Begitulah aktivitas sehari-hari Saeni dan guru SDN Tegalkarang, sejak awal virus corona mewabah. Setiap hari, Saeni yang mengajar siswa kelas 1 meninggalkan sekolah, menjemput bola dengan mengajar siswa di rumah mereka. Baginya ini adalah kewajibanya sebagai guru. (Baca : Bantu Penanganan COVID-19, Perbankan Jabar Salurkan APD)
Maklum, tidak semua muridnya beruntung punya peralatan ponsel atau tablet yang mendukung program belajar di rumah secara online. Siswa dari keluarga kurang mampu tidak bisa mengikuti metode belajar online yang diterapkan pemerintah akibat pandemi corona.
Foto: SINDOnews/Toikskandar
Saeni pun memilih ”mengalah” dengan menjemput bola. Setiap hari, Saeni menempuh jarak antara 2-3 kilometer untuk mengajar. ”Kalau yang tidak punya android kan tidak bisa. Ya jadi saya yang mesti menemui mereka,” kata Saeni, Kamis (23/4/2020). (Baca : Indonesia Kembangkan Plasma Konvalesent, Percepat Penyembuhan Pasien COVID-19)
Menurut Saeni, rumah yang digunakan untuk aktivitas belajar mengajar setiap hari dibuat bergiliran dengan jumlah siswa 5-6 orang. Mata pelajaran yang disampaikan merupakan materi dasar untuk kelas 1 seperti matematika dan Bahasa Indonesia.
Hari itu, Saeni mengajarkan matematika. Jepri, salah satu siswa, mengakui lebih senang belajar di sekolah. Tapi virus corona membuat keinginannya itu mesti ditahan. Dia senang pihak sekolah masih memperhatikan dia dan teman-temannya yang tak memiliki handphone. ”Saya senang masih bisa belajar,” kata Jepri.
Pihak sekolah berharap ada solusi untuk mengatasi kendala bagi siswa dari keluarga tak mampu, selama pandemi masih berlangsung. “Mudah-mudahan wabah cepet selesai dan aktivitas sekolah bisa normal lagi,” ujar Saeni.
(muh)
tulis komentar anda