Perjuangan Panjang Desa Tlilir Menjadi Kampung Mbako
Selasa, 21 Desember 2021 - 08:47 WIB
TEMANGGUNG - Jalan dan proses panjang Desa Tlilir untuk menjadi Kampung Mbako sangat panjang. Sepanjang proses t embakau untuk menjadi lembaran rupiah dari atas dataran tinggi ke para pengepul di pusat kota.
Ternyata, menyandang nama besar sebagai desa penghasil tembakau terbaik di dunia pun belum cukup. Para warga masih harus terus berjuang demi roda pereknomian berputar agar dinamis.
Kebijakan pemerintah terkait ekspor tembakau ternyata masih merugikan para petani tembakau seperti dari Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Membanjirnya produk tembakau dari China sangat menyumbat suplai tembakau dari desa yang berada di kaki Gunung Sumbing ini. Selain itu berimbas pula pada rendahnya harga tembakau, serta suplai daun tembakau dari Tlilir ini pun tak mampu keluar banyak ke pangsa pasar dalam negeri.
Fatur Rahman, Kepala Desa Tlilir menjelaskan, tembakau ini sifatnya musiman. Harus ada sisi lain yang harus digali agar perekonomian desa ini terus mengalir dan berdiri secara mandiri.
Pariwisata dapat menjadi salah satu pijakan rasional untuk menggerakan hal tersebut. Pasalnya, Desa Tlilir ini memiliki potensi wisata dan ekonomi kreatif untuk diangkat sebagai daya tariknya. Salah satunya kebudayaan warisan leluhur seperti mulai dari tanam hingga panen raya tembakau.
“Mulai dari tanam tembakau hingga panen raya itu ada ritualnya. Dan ini telah menjadi tradisi leluhur. Saat musim tanam para warga bawa ingkung ke kebun sebagai ucapan terima kasih kepada yang Maha Kuasa,” ungkap Fatur.
Ia menambahkan, Desa Tlilir memiliki event tahunan seni budaya yang terkait dengan tembakau. Oleh karena itu, tak salah jika Desa Tlilir mendeklarasikan diri sebagai Kampung Mbako. Selain sebagai penghasil tembakau terbaik di dunia, secara budaya Desa Tlilir terus menjaga tradisi leluhurnya.
“Tembakau dari salah satu warga Desa Tlilir pernah diuji di laboratorium di Jerman. Dan hasil uji laboratorium itu menyebut, jika tembakau dari warga kami menyandang hasil terbaik di seluruh dunia,” urainya.
Ternyata, menyandang nama besar sebagai desa penghasil tembakau terbaik di dunia pun belum cukup. Para warga masih harus terus berjuang demi roda pereknomian berputar agar dinamis.
Baca Juga
Kebijakan pemerintah terkait ekspor tembakau ternyata masih merugikan para petani tembakau seperti dari Desa Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Membanjirnya produk tembakau dari China sangat menyumbat suplai tembakau dari desa yang berada di kaki Gunung Sumbing ini. Selain itu berimbas pula pada rendahnya harga tembakau, serta suplai daun tembakau dari Tlilir ini pun tak mampu keluar banyak ke pangsa pasar dalam negeri.
Fatur Rahman, Kepala Desa Tlilir menjelaskan, tembakau ini sifatnya musiman. Harus ada sisi lain yang harus digali agar perekonomian desa ini terus mengalir dan berdiri secara mandiri.
Pariwisata dapat menjadi salah satu pijakan rasional untuk menggerakan hal tersebut. Pasalnya, Desa Tlilir ini memiliki potensi wisata dan ekonomi kreatif untuk diangkat sebagai daya tariknya. Salah satunya kebudayaan warisan leluhur seperti mulai dari tanam hingga panen raya tembakau.
“Mulai dari tanam tembakau hingga panen raya itu ada ritualnya. Dan ini telah menjadi tradisi leluhur. Saat musim tanam para warga bawa ingkung ke kebun sebagai ucapan terima kasih kepada yang Maha Kuasa,” ungkap Fatur.
Ia menambahkan, Desa Tlilir memiliki event tahunan seni budaya yang terkait dengan tembakau. Oleh karena itu, tak salah jika Desa Tlilir mendeklarasikan diri sebagai Kampung Mbako. Selain sebagai penghasil tembakau terbaik di dunia, secara budaya Desa Tlilir terus menjaga tradisi leluhurnya.
Baca Juga
“Tembakau dari salah satu warga Desa Tlilir pernah diuji di laboratorium di Jerman. Dan hasil uji laboratorium itu menyebut, jika tembakau dari warga kami menyandang hasil terbaik di seluruh dunia,” urainya.
tulis komentar anda