Alfianah Khusyuk Berdoa di Tepi Curah Kobokan, Ayahnya Hilang Saat Erupsi Semeru Menerjang
Jum'at, 10 Desember 2021 - 18:37 WIB
LUMAJANG - Alfianah menengadahkan tangannya, di antara puing-puing sisa pos pintu masuk penambangan yang hancur di terjang erupsi Gunung Semeru, bocah kelas lima sekolah dasar ini khusyuk memanjatkan doa.
Dia ingin ayahnya segera ditemukan. Kerinduannya pada ayahnya tak terbendung lagi. Sejak material vulkanik menerjang Curah Kobokan, pada Sabtu (4/12/2021) sore, ayah Alfianah, Samsul Arifin tak ada kabar lagi.
Siang itu, Alfianah bersama ibunya, Marhamah diantar pamannya, Usman Hakim menuju lokasi penambangan tempat Samsul Arifin bekerja. Setiba di lokasi yang telah porak-poranda, Alfianah dan ibunya khusyuk memanjatkan doa.
Lantunan ayat suci mengalun lembut di antara desir angin yang menerbangkan debu-debu vulkanik. Di sisi utara, nampak Gunung Semeru masih mengepulkan asap putih dari dalam kawah Jonggring Saloko.
Alfianah harus kehilangan ayah kandungnya saat erupsi Gunung Semeru menerjang, dan hingga enam hari usai erupsi belum ada kabarnya. Isak tangis tak dapat dibendung Marhamah dan Alfianah. Mereka menatap kosong lautan pasir sisa erupsi.
Saat erupsi menerjang, menurut Usman Hakim, Alfianah berada di rumah neneknya yang ada di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo. Sementara ayahnya bekerja sebagai penjaga portal penambangan pasir di Curah Kobokan. "Kami berdoa di lokasi penambangan ini, dan berharap ayah Alfianah segera dapat ditemukan," ujarnya.
Harapan yang sama juga diungkapkan Marhamah. Sambil terisak menahan air mata yang tak dapat dibendungnya lagi, ibu muda ini hanya bisa berharap suami dan ayah dari anaknya segera ditemukan.
Baca Juga
Dia ingin ayahnya segera ditemukan. Kerinduannya pada ayahnya tak terbendung lagi. Sejak material vulkanik menerjang Curah Kobokan, pada Sabtu (4/12/2021) sore, ayah Alfianah, Samsul Arifin tak ada kabar lagi.
Siang itu, Alfianah bersama ibunya, Marhamah diantar pamannya, Usman Hakim menuju lokasi penambangan tempat Samsul Arifin bekerja. Setiba di lokasi yang telah porak-poranda, Alfianah dan ibunya khusyuk memanjatkan doa.
Baca Juga
Lantunan ayat suci mengalun lembut di antara desir angin yang menerbangkan debu-debu vulkanik. Di sisi utara, nampak Gunung Semeru masih mengepulkan asap putih dari dalam kawah Jonggring Saloko.
Alfianah harus kehilangan ayah kandungnya saat erupsi Gunung Semeru menerjang, dan hingga enam hari usai erupsi belum ada kabarnya. Isak tangis tak dapat dibendung Marhamah dan Alfianah. Mereka menatap kosong lautan pasir sisa erupsi.
Baca Juga
Saat erupsi menerjang, menurut Usman Hakim, Alfianah berada di rumah neneknya yang ada di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo. Sementara ayahnya bekerja sebagai penjaga portal penambangan pasir di Curah Kobokan. "Kami berdoa di lokasi penambangan ini, dan berharap ayah Alfianah segera dapat ditemukan," ujarnya.
Harapan yang sama juga diungkapkan Marhamah. Sambil terisak menahan air mata yang tak dapat dibendungnya lagi, ibu muda ini hanya bisa berharap suami dan ayah dari anaknya segera ditemukan.
(eyt)
tulis komentar anda