Ahli Kesehatan Unair Bicara Cara Risma Tangani Covid-19

Jum'at, 05 Juni 2020 - 15:24 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
SURABAYA - Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (IKA FKM Unair) menyebut, tes polymerase chain reaction (PCR) massal yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini merupakan langkah berani.

Upaya itu bertujuan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kota Pahlawan. “Tes ini membawa konsekuensi yakni semakin ditemukannya kasus terkonfirmasi atau positif COVID-19 dalam jumlah banyak,” kata pengurus pusat Persakmi yang juga Ketua IKA FKM Unair, Estiningtyas Nugraheni SKM MARS, Jumat (5/6/2020).

Namun, menurutnya, temuan banyaknya kasus terkonfirmasi positif itu tidak perlu dicemaskan, apalagi secara berlebihan. “Justru langkah Wali Kota Bu Risma (Tri Rismaharini) perlu mendapat apresiasi tinggi. Sebab belum tentu semua kepala daerah berani mengambil langkah beresiko itu,” kata Estiningtyas.



“Sebagaimana prinsip dasar penanganan Covid-19, bahwa tes masif adalah pintu masuk penemuan dini kasus baru, perlu diikuti dengan proses tracing dan penanganan perawatan sesuai standar. Dengan kata lain upaya Pemkot Surabaya dalam menangani virus corona saat ini adalah on the track,” lanjutnya.

Hingga 3 Juni 2020, kontribusi Kota Surabaya atas kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jatim mencapai 53 persen. Sementara bila dibandingkan dengan kasus konfirmasi positif di seluruh Indonesia, maka Surabaya menyumbang sekitar 10 persen.

"Angka dan persentase tersebut, mungkin dianggap tidak terlalu baik dalam penanganan Covid-19. Meski sebetulnya bila kasus konfirmasi positif di Surabaya yang mencapai 2.803 orang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Surabaya sebesar 3,15 juta masih berada dikisaran 0,009," terang Estiningtyas.

Dia menjelaskan, semakin banyak tes yang dilakukan, maka upaya memutus rantai penularan akan semakin terarah. Test yang masif setidaknya dilakukan 1/1000 penduduk. “Dengan jumlah penduduk Surabaya sekitar 3,15 juta, maka idealnya tes Covid-19 dilakukan minimal kepada 3.150 warga Surabaya,” tandasnya.

Dosen dan peneliti FKM Unair, Prof Dr. Sri Sumarmi S.K.M, M.Si, mengatakan, berdasarkan temuan 2.803 kasus positif, sebanyak 78 persen mendapatkan perawatan. Sebanyak 19 persen diantaranya telah dinyatakan sembuh. Tentu ini merupakan capaian yang cukup baik dari aspek prinsip dasar treatmen.

“Adapun kasus yang meninggal dunia yang mencapai 9 persen, Pemkot Surabaya perlu merilis data lebih lanjut karakteristik kasus kematiannya. Apakah ada penyakit penyerta (komorbid) yang juga diderita pasien kasus konfirmasi dan rata-rata usia yang meninggal. Hal ini penting untuk menjadi pelajaran dan bahan edukasi bagi masyarakat berbasis bukti,” jelasnya.

Guru besar ilmu kesehatan FKM Unair itu berharap, dengan pelaksanaan tes uji PCR yang masif di Kota Surabaya, Pemkot Surabaya dapat melakukan pemetaan berdasarkan ukuran informasi angka reproduksi Covid-19 per kecamatan.

“Berdasar ukuran bilangan reproduksi Covid-19 inilah Bu Risma dan Gugus Tugas Surabaya dapat menetapkan strategi pencegahan dan penanganan yang lebih tepat,” pungkas Sumarmi
(msd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content