Telkom Laba Rp18 Triliun, Pengamat: Bisnis Telekomunikasi Memang Moncer
Kamis, 04 Juni 2020 - 16:27 WIB
Hal senada disampaikan Luqman El Hakiem, founder aplikasi analisa saham TetraXchange sekaligus founder komunitas saham Teman Trader. Menurutnya, kinerja TLKM relatif baik dibandingkan emiten sejenis sekalipun sedang masa pandemi sekarang.
"Saat pandemi, saham TLKM sempat sentuh harga terendah Rp2.450, level ini terakhir dialami pada Minggu ke-2 Februari 2015. Walaupun terkoreksi tajam, tapi akhir pekan ini (akhir Mei 2020) sudah pulih ditutup di harga Rp3.150," pungkasnya.
Investasi TLKM ke anak perusahaan juga harus dipastikan terkendali dan tidak menggerogoti induk. Melalui cara ini, sambung Luqman, maka pertumbuhan EPS (Earning per Share) bisa lebih baik dari laporan keuangan 2019 sebesar 3,2%.
"Secara umum, operasional Telkom bagus. Namun perlu segera penanganan, restrukturisasi untuk investasi ke anak perusahaan agar tidak jadi beban dan balik menjadi penunjang kinerja saham TLKM," sambungnya.
(Baca: Berjangka Setahun, PT Inti Garap Proyek Pemeliharaan Indihome)
Dimitri Mahayana, dosen Sekoleh Teknik Elektro Informatika ITB mengatakan, kinerja PT Telkom terus bertambah kuat karena selaras dengan karakter bisnis TIK yang simultan kenaikan kebutuhan masyarakat Indonesia ke layanan bisnis tersebut.
Menurut dia, posisi fundamental itu perlu dipertajam dengan fokus bisnis perusahaan pada tiga elemen utama penopang bisnis eksisting maupun masa depan. Yakni broadband, cloud, dan big data. Melalui cara ini, maka Telkom makin beranjak dari perusahaan operator telekomunikasi ke digital telecommunication company.
"Saat pandemi, saham TLKM sempat sentuh harga terendah Rp2.450, level ini terakhir dialami pada Minggu ke-2 Februari 2015. Walaupun terkoreksi tajam, tapi akhir pekan ini (akhir Mei 2020) sudah pulih ditutup di harga Rp3.150," pungkasnya.
Investasi TLKM ke anak perusahaan juga harus dipastikan terkendali dan tidak menggerogoti induk. Melalui cara ini, sambung Luqman, maka pertumbuhan EPS (Earning per Share) bisa lebih baik dari laporan keuangan 2019 sebesar 3,2%.
"Secara umum, operasional Telkom bagus. Namun perlu segera penanganan, restrukturisasi untuk investasi ke anak perusahaan agar tidak jadi beban dan balik menjadi penunjang kinerja saham TLKM," sambungnya.
(Baca: Berjangka Setahun, PT Inti Garap Proyek Pemeliharaan Indihome)
Dimitri Mahayana, dosen Sekoleh Teknik Elektro Informatika ITB mengatakan, kinerja PT Telkom terus bertambah kuat karena selaras dengan karakter bisnis TIK yang simultan kenaikan kebutuhan masyarakat Indonesia ke layanan bisnis tersebut.
Menurut dia, posisi fundamental itu perlu dipertajam dengan fokus bisnis perusahaan pada tiga elemen utama penopang bisnis eksisting maupun masa depan. Yakni broadband, cloud, dan big data. Melalui cara ini, maka Telkom makin beranjak dari perusahaan operator telekomunikasi ke digital telecommunication company.
(muh)
tulis komentar anda