Dyah Gitarja Nama Kecil Ratu Tribhuwana Tunggadewi yang Turun Langsung Tumpas Pemberontakan Sedeng-Keta
Minggu, 17 Oktober 2021 - 05:19 WIB
Dyah Gitarja atau Tribhuwana Tunggadewi merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Ketika Raden Wijaya meninggal, dari kelima istrinya, hanya dikaruniai satu orang putra, yakni Jayanegara dan dua orang putri, yaitu Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat.
Gayatri, istri Raden Wijaya memberi titah kepada putri pertamanya, Tribhuwana Tunggadewi untuk naik takhta menjadi ratu penguasa Majapahit setelah mendapat titah dari Gayatri, istri Raden Wijaya.
Ketika Jayanegara masih hidup, Tribhuwana Tunggadewi dan adiknya, Dyah Wiyat, dilarang menikah. Jayanegara takut takhtanya terancam. Setelah Jayanegara tewas, pangeran dari berbagai negeri yang datang untuk melamar Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat. Kemudian diadakan sayembara.
Th. Pigeaud, Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, 2001: 540 menuliskan, Tribhuwana Tunggadewi disunting oleh Pangeran Cakradhara atau Kertawardhana, bangsawan muda keturunan raja-raja Singhasari Sedangkan Dyah Wiyat kawin dengan pangeran Kudamerta.
Perkawinan Tribhuwana dengan Cakradhara dikaruniai anak laki-laki bernama Hayam Wuruk. Tribhuwana memerintah didampingi suaminya, Kertawardhana.
Pada tahun 1331, ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Di Pararaton disebutkan terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan panglima penumpasan Sadeng. Akhirnya Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng, didampingi sepupunya, Adityawarman.
Dalam Nagarakertagama diceritakan, pemberontakan Sadeng melawan kerajaan Majapahit adalah aksi pembalasan atas kematian Nambi. Ia dan Keta serta orang-orang Sadeng terlibat perang dengan pasukan Majapahit pada 1331 Masehi.
Sadeng dan Keta juga Lamajang (Lumajang) merupakan wilayah taklukan Kerajaan Majapahit. Sadeng, Keta, dan Lamajang yang sama-sama merupakan daerah pelabuhan terhubung lewat jalur-jalur sungai. Ketiganya berperan penting sebagai bandar dagang sekaligus pemasok stok pangan untuk Majapahit.
M. Nasruddin Anshoriy Ch & Dri Arbaningsih Soeleiman dalam Negara Maritim Nusantara: Jejak Sejarah yang Terhapus (2008) menyebut Sadeng terletak di sebelah selatan Probolinggo. Ada pula yang meyakini bahwa Sadeng kini termasuk wilayah Jember bagian pesisir selatan.
Gayatri, istri Raden Wijaya memberi titah kepada putri pertamanya, Tribhuwana Tunggadewi untuk naik takhta menjadi ratu penguasa Majapahit setelah mendapat titah dari Gayatri, istri Raden Wijaya.
Ketika Jayanegara masih hidup, Tribhuwana Tunggadewi dan adiknya, Dyah Wiyat, dilarang menikah. Jayanegara takut takhtanya terancam. Setelah Jayanegara tewas, pangeran dari berbagai negeri yang datang untuk melamar Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat. Kemudian diadakan sayembara.
Th. Pigeaud, Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, 2001: 540 menuliskan, Tribhuwana Tunggadewi disunting oleh Pangeran Cakradhara atau Kertawardhana, bangsawan muda keturunan raja-raja Singhasari Sedangkan Dyah Wiyat kawin dengan pangeran Kudamerta.
Perkawinan Tribhuwana dengan Cakradhara dikaruniai anak laki-laki bernama Hayam Wuruk. Tribhuwana memerintah didampingi suaminya, Kertawardhana.
Pada tahun 1331, ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Di Pararaton disebutkan terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan panglima penumpasan Sadeng. Akhirnya Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng, didampingi sepupunya, Adityawarman.
Dalam Nagarakertagama diceritakan, pemberontakan Sadeng melawan kerajaan Majapahit adalah aksi pembalasan atas kematian Nambi. Ia dan Keta serta orang-orang Sadeng terlibat perang dengan pasukan Majapahit pada 1331 Masehi.
Sadeng dan Keta juga Lamajang (Lumajang) merupakan wilayah taklukan Kerajaan Majapahit. Sadeng, Keta, dan Lamajang yang sama-sama merupakan daerah pelabuhan terhubung lewat jalur-jalur sungai. Ketiganya berperan penting sebagai bandar dagang sekaligus pemasok stok pangan untuk Majapahit.
M. Nasruddin Anshoriy Ch & Dri Arbaningsih Soeleiman dalam Negara Maritim Nusantara: Jejak Sejarah yang Terhapus (2008) menyebut Sadeng terletak di sebelah selatan Probolinggo. Ada pula yang meyakini bahwa Sadeng kini termasuk wilayah Jember bagian pesisir selatan.
tulis komentar anda