Cek Penyebaran COVID-19, Dinkes Kota Bandung Lakukan Tes Antigen Ribuan Siswa
Jum'at, 15 Oktober 2021 - 12:58 WIB
BANDUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mulai melakukan tes antigen secara acak kepada tenaga pendidik serta ribuan siswa SD, SMP, hingga SMA/sederajat. Tes antigen acak ini untuk mengetahui penyebaran COVID-19 setelah digelarnya pembelajaran tatap muka (PTM).
"Ya mulai hari ini kami akan melakukan tes antigen secara acak kepada siswa, untuk mengatahui ada tidaknya siswa yang terpapar COVID-19," kata Kepala Dinkes Bandung Ahyani Reksanagara, Jumat (15/10/2021).
Menurut dia, tes antigen ini akan dilakukan dengan kompsisi 10 persen dari total sekolah yang menggelar PTM. Di mana, satu sekolah akan di tes sebanyak 30 siswa secara acak untuk kelas dan hari.
"Total tes antigen yang akan kami lakukan yaitu kepada sekitar 4.500-an siswa. Diharapkan ini bisa mendeteksi sejak dini jika ada yang terpapar COVID-19 di lingkungan sekolah," beber Ahyani.
Ahyani mengungkapkan, tes antigen ini adalah program Kemenkes. Di Jawa Barat ada dua daerah percontohan, yaitu Kota Bogor dan Kota Bandung. Aturannya yang harus diperiksa 10 persen dari sekolah yang sudah melaksanakan PTM.
Angka 10 persen tersebut harus menggambarkan situasi kota atau dari perwakilan semua wilayah yang dipilih Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung. Tiap sekolah diambil 30 sasaran terdiri dari siswa dan PTK.
"Kami baru mendapatkan datanya dari Disdik, karena yang memilih sekolahnya Disdik secara random. Kami akan berkoordinasin untuk jadwalnya," kata Ahyani.
Menurutnya, akan ada perlakuan yang berbeda jika ditemukan hasil positif saat test acak tersebut. Jika di bawah satu persen yang positif, cukup anak yang positif yang ditangani dan dikarantina. Kemudian dilacak keluarga terdekatnya.
"Kalau 1-5 persen, maka pelacakan akan dilakukan tidak ke si anak saja, tapi rombongan belajar anak tersebut bersama dengan teman-temannya. Jadi lebih luas," ucapnya.
Sedangkan jika di atas 5 persen, maka pelacakan akan semakin luas. Sekolah harus menghentikan terlebih dahulu kegiatannya sampai selesai memetakan pelacakan sumbernya.
"Hati-hati juga penyebutan bisa saja bukan klaster sekolah, tetapi bisa saja dari rumah ke sekolah. Kalau lihat dari 1.600-an sekolah yang buka, 10 persennya 160 sekolah, dan sekolah masing-masing 30 orang berarti sekitar 4.800 yang akan dites," katanya.
"Ya mulai hari ini kami akan melakukan tes antigen secara acak kepada siswa, untuk mengatahui ada tidaknya siswa yang terpapar COVID-19," kata Kepala Dinkes Bandung Ahyani Reksanagara, Jumat (15/10/2021).
Baca Juga
Menurut dia, tes antigen ini akan dilakukan dengan kompsisi 10 persen dari total sekolah yang menggelar PTM. Di mana, satu sekolah akan di tes sebanyak 30 siswa secara acak untuk kelas dan hari.
"Total tes antigen yang akan kami lakukan yaitu kepada sekitar 4.500-an siswa. Diharapkan ini bisa mendeteksi sejak dini jika ada yang terpapar COVID-19 di lingkungan sekolah," beber Ahyani.
Ahyani mengungkapkan, tes antigen ini adalah program Kemenkes. Di Jawa Barat ada dua daerah percontohan, yaitu Kota Bogor dan Kota Bandung. Aturannya yang harus diperiksa 10 persen dari sekolah yang sudah melaksanakan PTM.
Angka 10 persen tersebut harus menggambarkan situasi kota atau dari perwakilan semua wilayah yang dipilih Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung. Tiap sekolah diambil 30 sasaran terdiri dari siswa dan PTK.
"Kami baru mendapatkan datanya dari Disdik, karena yang memilih sekolahnya Disdik secara random. Kami akan berkoordinasin untuk jadwalnya," kata Ahyani.
Menurutnya, akan ada perlakuan yang berbeda jika ditemukan hasil positif saat test acak tersebut. Jika di bawah satu persen yang positif, cukup anak yang positif yang ditangani dan dikarantina. Kemudian dilacak keluarga terdekatnya.
"Kalau 1-5 persen, maka pelacakan akan dilakukan tidak ke si anak saja, tapi rombongan belajar anak tersebut bersama dengan teman-temannya. Jadi lebih luas," ucapnya.
Sedangkan jika di atas 5 persen, maka pelacakan akan semakin luas. Sekolah harus menghentikan terlebih dahulu kegiatannya sampai selesai memetakan pelacakan sumbernya.
"Hati-hati juga penyebutan bisa saja bukan klaster sekolah, tetapi bisa saja dari rumah ke sekolah. Kalau lihat dari 1.600-an sekolah yang buka, 10 persennya 160 sekolah, dan sekolah masing-masing 30 orang berarti sekitar 4.800 yang akan dites," katanya.
(don)
tulis komentar anda