Pembangungan Berdampak bagi Warga Pinggiran, Ini Saran Guru Besar Unpad

Senin, 23 Agustus 2021 - 15:02 WIB
Guru Besar Unpad Opan S. Suwartapradja menyoroti pembangunan di Indonesia yang dinilai perlu ada sentuhan lebih dalam menangangi dampak bagi kehidupan sosial masyarakat.Foto/ilustrasi
BANDUNG - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Opan S. Suwartapradja menyoroti pembangunan di Indonesia yang dinilai perlu ada sentuhan lebih dalam menangangi dampak bagi kehidupan sosial masyarakat.

Menurut dia, proses alih fungsi lahan, seperti area persawahan menjadi perumahan, jalan tol, kawasan industri, hingga bendungan memiliki dampak besar terhadap terjadinya orang pinggiran, terutama bagi buruh tani.

“Buruh tani yang tidak memiliki lahan yang sumber penghidupannya mengandalkan dari sektor pertanian, termasuk para petani guram, itu berdampak besar,” ungkap Prof. Opan pada diskusi yang digelar Dewan Profesor Unpad seperti disampaikan dalam siaran persnya, Senin (23/8/2021).



Baca juga: Masuk Pusat Perbelanjaan di Majalengka Bebas, Syarat Sudah Vaksinasi Tak Digubris

Guru Besar pada Departemen Antropologi FISIP Unpad ini menjelaskan, upaya pemerintah untuk menangani kemiskinan akibat dampak pembangunan sudah dilakukan. Mulai dari pemberian kompensasi, penyediaan bantuan dan subsidi, penyediaan kredit rakyat/usaha, hingga jaminan akses kesehatan.

Hal ini dilakukan karena tidak bisa dimungkiri, pembangunan dilakukan untuk mencapai kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia. Meski demikian, pemberian kompensasi dan bantuan langsung saja tidak cukup.

Berdasarkan riset yang sudah dilakukan, Prof. Opan menjelaskan, penanganan orang pinggiran memerlukan tiga strategi, yaitu mengidentifikasi potensi daerah, menyiapkan model penanganan komprehensif, serta melakukan pemantauan.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Pembunuhan Perempuan Terbungkus Selimut, Korban Tinggal Seorang Diri di Bandung

Proses identifikasi atau pemetaan potensi daerah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana daerah tersebut “bertahan” akibat dampak pembangunan. Hal ini dilakukan agar kehidupan masyarakat tetap bisa mencapai kesejahteraan. Hasil pemetaan tersebut kemudian menjadi acuan untuk melaksanakan berbagai program pendampingan, termasuk salah satunya menggelar sejumlah pelatihan untuk memaksimalkan potensi yang ada.

Namun, kata Prof. Opan, untuk mencapai kesejahteraan melalui pemanfaatan potensi lokal ini tidak bisa singkat. Hasil observasi yang sudah dilakukan, rata-rata pencapaian kesejahteraan melalui model peta jalan (road map) tersebut memerlukan lebih dari 4 tahun. “Tidak hanya kolaborasi, kesuksesan ini juga bergantung dari ada atau tidaknya hibah dari pemerintah itu sendiri,” ujarnya.

Prof. Opan juga menegaskan, perhatian pemerintah dalam pemberian bantuan sangat diperlukan. Pemerintah tidak hanya berperan memberikan bantuan, tetapi juga aktif memantau dan melakukan evaluasi kepada masyarakat.

“Selama ini di lapangan, (pemerintah) hanya memberikan bantuan. Tidak ada pemantauan lebih lanjut, sehingga tidak diketahui secara persis bagaimana keberlanjutan dari orang yang diberikan bantuan tersebut,” pungkas Prof. Opan
(msd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content