Tinjau Pengungsi Mayerga, Pangdam Kasuari : Jangan Takut, Saya Bertanggungjawab Atas Keamanan Pace dan Mace
Senin, 02 Agustus 2021 - 20:03 WIB
TELUK BINTUNI - Panglima Kodam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa mengunjungi para pengungsi Kampung Mayerga Distrik Moskona Barat di Gedung Serba Guna (GSG) Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat , Senin (2/8/2021). Pangdam mengatakan keselamatan adalah yang utama bagi masyarakat Indonesia, alasan tersebut yang mendasari TNI harus tampil segera untuk mengamankan masyarakat.
"Pace Mace, jangan takut. Kita tinggal di negeri sendiri, kita punya tanah air di sini karena Negara, Pemerintah hadir untuk menjamin keamanan. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi di negara kita, negara Indonesia. Saya selaku Pangdam bertanggungjawab atas keamanan terhadap saudara-saudara sekalian,” kata Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, saat bertatap muka dengan para pengungsi Kampung Mayerga Distrik Moskona Barat di Gedung Serba Guna (GSG) Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Senin (2/8/2021).
Dihadapan Gubernur dan Kapolda Provinsi Papua Barat, Pangdam Kasuari menyatakan sikap prihatin atas masalah keamanan yang berdampak adanya pengungsi warga dari Kampung Mayerga ke Bintuni.
"Kita semua prihatin atas kejadian ini, apalagi saat ini kita dihadapkan pandemi COVID-19. Akibatnya masyarakat harus mengungsi hampir dua minggu dan terpencar,'' ujarnya.
Ditegaskannya kejadian di Distrik Moskona Barat, menjadi bukti bahwa masih ada yang tidak sejalan dengan NKRI. Ia mengingatkan, Lodwick Mandacan sebagai kepala suku besar sudah mengikrarkan diri untuk bergabung dengan NKRI.
“Pengorbanan darah, air mata, tenaga, nyawa sudah habis-habisan dan sudah sepakat menjadi NKRI, hari ini kita sedang berjuang untuk anak cucu kita jangan sampai mereka tidak bisa sekolah karena kita terus terombang ambing dengan isu-isu Papua Merdeka, sudah hentikan,” tegas Pangdam.
Dikatakannya, pada tataran Provinsi, baik Pangdam, Gubernur dan Kalpoda telah bersepakat, bagaimana bersama-sama membangun SDM di Papua Barat.
"Mereka yang masih berteriak Papua Merdeka adalah mereka-mereka yang kalah bersaing, tidak mau bekerja keras, dan hanya bisa merongrong negara. Kita tidak bisa memilih tempat untuk kita dilahirkan. Kebetulan kita lahir di Papua. Ya.. kita jadi orang Bintuni. Jangan dijadikan konflik. Perbedaan harus ditutup, kita dukung pemerintah daerah," tegasnya.
"Pace Mace, jangan takut. Kita tinggal di negeri sendiri, kita punya tanah air di sini karena Negara, Pemerintah hadir untuk menjamin keamanan. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi di negara kita, negara Indonesia. Saya selaku Pangdam bertanggungjawab atas keamanan terhadap saudara-saudara sekalian,” kata Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, saat bertatap muka dengan para pengungsi Kampung Mayerga Distrik Moskona Barat di Gedung Serba Guna (GSG) Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Senin (2/8/2021).
Dihadapan Gubernur dan Kapolda Provinsi Papua Barat, Pangdam Kasuari menyatakan sikap prihatin atas masalah keamanan yang berdampak adanya pengungsi warga dari Kampung Mayerga ke Bintuni.
"Kita semua prihatin atas kejadian ini, apalagi saat ini kita dihadapkan pandemi COVID-19. Akibatnya masyarakat harus mengungsi hampir dua minggu dan terpencar,'' ujarnya.
Ditegaskannya kejadian di Distrik Moskona Barat, menjadi bukti bahwa masih ada yang tidak sejalan dengan NKRI. Ia mengingatkan, Lodwick Mandacan sebagai kepala suku besar sudah mengikrarkan diri untuk bergabung dengan NKRI.
“Pengorbanan darah, air mata, tenaga, nyawa sudah habis-habisan dan sudah sepakat menjadi NKRI, hari ini kita sedang berjuang untuk anak cucu kita jangan sampai mereka tidak bisa sekolah karena kita terus terombang ambing dengan isu-isu Papua Merdeka, sudah hentikan,” tegas Pangdam.
Dikatakannya, pada tataran Provinsi, baik Pangdam, Gubernur dan Kalpoda telah bersepakat, bagaimana bersama-sama membangun SDM di Papua Barat.
"Mereka yang masih berteriak Papua Merdeka adalah mereka-mereka yang kalah bersaing, tidak mau bekerja keras, dan hanya bisa merongrong negara. Kita tidak bisa memilih tempat untuk kita dilahirkan. Kebetulan kita lahir di Papua. Ya.. kita jadi orang Bintuni. Jangan dijadikan konflik. Perbedaan harus ditutup, kita dukung pemerintah daerah," tegasnya.
tulis komentar anda