Telat Penanganan, Bocah Blitar Tewas Akibat Serangan Demam Berdarah Dengue
Jum'at, 19 Maret 2021 - 22:05 WIB
BLITAR - Seorang bocah di Kabupaten Blitar meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD). Plt Kabid Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Eko Wahyudi menyatakan, penyebab kematian dikarenakan pola pengobatan yang berpindah pindah.
Baca juga: 16 Langkah Terhindari dari Demam Berdarah
"Lalu datang ke rumah sakit kondisinya sudah jelek. Yang bersangkutan meninggal dunia," ujar Eko kepada wartawan, Jumat (19/3/2021). Bocah yang meninggal dunia akibat gigitan nyamuk aedes aegyptie tersebut, berusia lima tahun yang berasal dari wilayah Kecamatan Talun.
Baca juga: Tragis, Jatuh dari Atap dengan Posisi Kepala di Bawah, Pelajar SMK Meregang Nyawa
"Yang bersangkutan meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit," tambah Eko. Tercatat sejak Januari hingga pertengahan Maret ini, kata Eko baru ditemukan satu kasus DBD dan korban meninggal dunia. Sementara untuk kasus demam dengeue (DD), dinas kesehatan setempat menerima laporan 17 kasus.
"Kalau demam dengeue saja ada 17 kasus," terang Eko. Berdasarkan catatan dinkes, kasus DBD di Kabupaten Blitar dalam dua tahun terakhir ini relatif menurun. Pada tahun 2020 ada sebanyak 199 kasus dengan satu kasus meninggal dunia. Dibanding tahun 2019, jumlah ini kata Eko lebih rendah.
Hanya saja ia tidak menyebutkan data. "Relatif menurun dibanding tahun sebelumnya," kata Eko menjelaskan. Eko juga menyoroti pola pengobatan di masyarakat. Masih banyak warga yang melakukan pola pengobatan berpindah pindah saat menjumpai anggota keluarga yang terkena DBD.
Apa yang dilakukan tersebut, kata Eko bisa berdampak fatal. Seharusnya mereka langsung melakukan uji lab agar penyakit DBD bisa langsung diketahui. "Harus periksa laborat agar nanti terdeteksi lebih cepat," papar Eko menganjurkan.
Eko juga mengatakan, musim penghujan yang berlangsung saat ini, yakni dengan diselingi panas, merupakan siklus perkembangbiakkan nyamuk aedes aegyptie. Ia menghimbau warga untuk terus menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). "Terutama menutup, menguras dan menghilangkan barang bekas," katanya.
Baca juga: 16 Langkah Terhindari dari Demam Berdarah
"Lalu datang ke rumah sakit kondisinya sudah jelek. Yang bersangkutan meninggal dunia," ujar Eko kepada wartawan, Jumat (19/3/2021). Bocah yang meninggal dunia akibat gigitan nyamuk aedes aegyptie tersebut, berusia lima tahun yang berasal dari wilayah Kecamatan Talun.
Baca juga: Tragis, Jatuh dari Atap dengan Posisi Kepala di Bawah, Pelajar SMK Meregang Nyawa
"Yang bersangkutan meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit," tambah Eko. Tercatat sejak Januari hingga pertengahan Maret ini, kata Eko baru ditemukan satu kasus DBD dan korban meninggal dunia. Sementara untuk kasus demam dengeue (DD), dinas kesehatan setempat menerima laporan 17 kasus.
"Kalau demam dengeue saja ada 17 kasus," terang Eko. Berdasarkan catatan dinkes, kasus DBD di Kabupaten Blitar dalam dua tahun terakhir ini relatif menurun. Pada tahun 2020 ada sebanyak 199 kasus dengan satu kasus meninggal dunia. Dibanding tahun 2019, jumlah ini kata Eko lebih rendah.
Hanya saja ia tidak menyebutkan data. "Relatif menurun dibanding tahun sebelumnya," kata Eko menjelaskan. Eko juga menyoroti pola pengobatan di masyarakat. Masih banyak warga yang melakukan pola pengobatan berpindah pindah saat menjumpai anggota keluarga yang terkena DBD.
Apa yang dilakukan tersebut, kata Eko bisa berdampak fatal. Seharusnya mereka langsung melakukan uji lab agar penyakit DBD bisa langsung diketahui. "Harus periksa laborat agar nanti terdeteksi lebih cepat," papar Eko menganjurkan.
Eko juga mengatakan, musim penghujan yang berlangsung saat ini, yakni dengan diselingi panas, merupakan siklus perkembangbiakkan nyamuk aedes aegyptie. Ia menghimbau warga untuk terus menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). "Terutama menutup, menguras dan menghilangkan barang bekas," katanya.
(shf)
tulis komentar anda