Corona Hadang Rindu Keluarga, Berjualan Takjil demi Menyambung Hidup
Minggu, 17 Mei 2020 - 20:53 WIB
Sebanyak 20 mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padangsidimpuan, Sumatera Utara (Sumut), harus menahan rindu berat terhadap keluarga mereka di Thailand. Mahasiswa asal Negeri Gajah Putih itu, dipastikan berlebaran atau menjalani Hari Raya Idul Fitri di Kota Padangsidimpuan. Sebab, mereka tidak memiliki tiket pesawat untuk pulang ke negaranya.
Lantas, seperti apa kehidupan mereka di Kota Padangsidimpuan meski kampus mereka Institut Agama Islam Negeri (IAIN) sudah meliburkan mahasiswanya sejak beberapa bulan yang lalu?. Bagaimana mereka mengisi hari libur mereka, terutama pada saat Puasa Ramadhan?
SINDONews sengaja mendatangi kos-kosan mereka di Kelurahan Sihitang, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kota Padangsidimpuan, tepatnya tidak jauh dari kampus.
Sebagai mahasiswa IAIN, mereka tentunya memulai kehidupan dengan salat Subuh berjamah pada saat Puasa Ramadhan. Bagi mahasiswa pria, setelah melaksanakan ibadah, waktu luang dimanfaatkan untuk menjalin silaturrahmi antar sesama dan berdiskusi tentang mata perkuliahan.
Setelah pemerintah menerapkan sistem belajar di rumah, tentunya, mereka harus bisa saling mengisi, karena harus belajar jarak jauh dengan dibimbing seorang dosen.
Khusus Puasa Ramadhan, kesibukan semakin bertambah. Siang menjelang sore, para mahasiswa dari berbagai jurusan itu terlihat sibuk mempersiapkan menu buka puasa atau takjil yang akan dijual. Hasil dari penjualan akan dimanfaatkan untuk menambah stok keuangan yang dikirim oleh orangtua dari negaranya.
"Rindu kampung halaman itu pasti. Tapi di tengah situasi pandemi ini, tidak bisa pulang," ujar Asman Salae mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Mahasiswa yang akrab disapa Asman itu mengaku mendapatkan tiket pesawat. Berjualan merupakan aktifitasnya sehari-hari terutama pada saat Puasa Ramadhan. Tujuannya adalah untuk membantu orangtua mereka agar biaya yang akan dikirim tidak terlalu banyak.
”Menu apa yang kami bisa buat, itu yang dijual agar bisa menambah penghasilan dan mengurangi beban orangtua," tukasnya.
Secara keseluruhan kata Asman, jumlah mahasiswa asal Thailand yang menempuh pendidikan di IAIN Padangsidimpuan berjumlah 20 orang. Namun, empat rekannya sudah duluan pulang sebelum virus mematikan itu merebak.
Ketika ditanya tentang kesulitan yang dirasakan, Asman mengaku belum merasakan kesulitan, meski jauh dari orangtua. "Tapi kalau kondisi semakin membaik kami ingin pulang karena mau libur semester," tandasnya.
Lantas, seperti apa kehidupan mereka di Kota Padangsidimpuan meski kampus mereka Institut Agama Islam Negeri (IAIN) sudah meliburkan mahasiswanya sejak beberapa bulan yang lalu?. Bagaimana mereka mengisi hari libur mereka, terutama pada saat Puasa Ramadhan?
SINDONews sengaja mendatangi kos-kosan mereka di Kelurahan Sihitang, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kota Padangsidimpuan, tepatnya tidak jauh dari kampus.
Sebagai mahasiswa IAIN, mereka tentunya memulai kehidupan dengan salat Subuh berjamah pada saat Puasa Ramadhan. Bagi mahasiswa pria, setelah melaksanakan ibadah, waktu luang dimanfaatkan untuk menjalin silaturrahmi antar sesama dan berdiskusi tentang mata perkuliahan.
Setelah pemerintah menerapkan sistem belajar di rumah, tentunya, mereka harus bisa saling mengisi, karena harus belajar jarak jauh dengan dibimbing seorang dosen.
Khusus Puasa Ramadhan, kesibukan semakin bertambah. Siang menjelang sore, para mahasiswa dari berbagai jurusan itu terlihat sibuk mempersiapkan menu buka puasa atau takjil yang akan dijual. Hasil dari penjualan akan dimanfaatkan untuk menambah stok keuangan yang dikirim oleh orangtua dari negaranya.
"Rindu kampung halaman itu pasti. Tapi di tengah situasi pandemi ini, tidak bisa pulang," ujar Asman Salae mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Mahasiswa yang akrab disapa Asman itu mengaku mendapatkan tiket pesawat. Berjualan merupakan aktifitasnya sehari-hari terutama pada saat Puasa Ramadhan. Tujuannya adalah untuk membantu orangtua mereka agar biaya yang akan dikirim tidak terlalu banyak.
”Menu apa yang kami bisa buat, itu yang dijual agar bisa menambah penghasilan dan mengurangi beban orangtua," tukasnya.
Secara keseluruhan kata Asman, jumlah mahasiswa asal Thailand yang menempuh pendidikan di IAIN Padangsidimpuan berjumlah 20 orang. Namun, empat rekannya sudah duluan pulang sebelum virus mematikan itu merebak.
Ketika ditanya tentang kesulitan yang dirasakan, Asman mengaku belum merasakan kesulitan, meski jauh dari orangtua. "Tapi kalau kondisi semakin membaik kami ingin pulang karena mau libur semester," tandasnya.
(zil)
tulis komentar anda