Kebanggaan Warga Pariaman, Ungku Saliah Terkenal Lewat Bingkai Foto
Jum'at, 15 Mei 2020 - 05:00 WIB
Dari Balai ke Balai
Dari semua kisah kesaktian Ungku Saliah, yang paling melegenda adalah perjalanannya dari balai ke balai. Di selingkar Pariaman, ada budaya balai (pasar) bergilir. Senen di Kurai Taji. Sampai ada lagu Kurai Taji balai sinayan/urang tuo manggaleh lado/capek kaki ringan tangan/namun salero lapeh juo...
Hari Rabu balai di Sungai Sariak. Kamis di Pakandangan. Sabtu di Pauah Kamba. Lebih kurang macam di Jakarta, ada Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Jumat.
Di balai--tempat pertemuan orang--kisah Ungku Saliah tak habis-habisnya. Di tiap balai. Semasa kanak-kanak, bahkan hingga hari ini, bila sesekali pergi ngopi di balai, ada saja orang tua yang membuka kisah lama, meriwayatkan kesaktian Ungku Saliah.Seperti baru-baru ini.
Dikisahkan, Ungku Saliah ke balai hendak membeli sesuatu, tapi duitnya kurang, bila pedagang itu tidak memberikan maka sepanjang hari dagangannya tak akan laku.Sebaliknya, bila si pedagang memberikan apa yang hendak di beli Ungku Saliah, meski duitnya kurang, maka dalam waktu singkat laris manis itu barang.
Cerita ini saya dapat di Balai Kamih Pakandangan. Meski diulang-ulang, tak bosan mendengarnya. Di balai-balai lain pun demikian.Sebagaimana dikisahkan, di Pasar Sungai Sariak. "Hampir semua pedagang di sana sudah tahu tabiat Ungku yang berbelanja seperti itu. Dan Ungku juga tidak mau menerima gratis jika ditawarkan."Pun belanja sesuka hati, Ungku Saliah lebih sering tak mau mengambil uang kembalian bila uangnya berlebih. Jadi, sebetulnya dia tidak terlalu hirau akan uang.
Ketika berpulang pada suatu siang di tanggal 3 Agustus 1974, kuburannya dibuat di dalam suraunya karena semasa hidup ia pernah berpesan, jika meninggal agar dikuburkan di mana ia meninggal.
Makamnya di Korong Lareh Nan Panjang, Nagari Sungai Sariak, masih sering diziarahi orang sampai sekarang. Orang sana menyebutnya Gubah Syekh Tuangku Saliah.
Gusni Yunita, dari Antropologi Unand dalam skripsinya menulis, banyak masyarakat yang yakin akan keramatnya Ungku Saliah. Makamnya ramai diziarahi. Fotonya dipajang di tempat membuka usaha.
"Si pemajang foto Ungku Saliah akan selalu berfikiran positif tanpa ada kekhawatiran bahwa barang dagangan mereka tidak laku. Ketika memajang foto terdapat suatu perasaan tenang dan terlindungi karena sugesti dari foto Ungku Saliah tersebut."
Dari semua kisah kesaktian Ungku Saliah, yang paling melegenda adalah perjalanannya dari balai ke balai. Di selingkar Pariaman, ada budaya balai (pasar) bergilir. Senen di Kurai Taji. Sampai ada lagu Kurai Taji balai sinayan/urang tuo manggaleh lado/capek kaki ringan tangan/namun salero lapeh juo...
Hari Rabu balai di Sungai Sariak. Kamis di Pakandangan. Sabtu di Pauah Kamba. Lebih kurang macam di Jakarta, ada Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Jumat.
Di balai--tempat pertemuan orang--kisah Ungku Saliah tak habis-habisnya. Di tiap balai. Semasa kanak-kanak, bahkan hingga hari ini, bila sesekali pergi ngopi di balai, ada saja orang tua yang membuka kisah lama, meriwayatkan kesaktian Ungku Saliah.Seperti baru-baru ini.
Dikisahkan, Ungku Saliah ke balai hendak membeli sesuatu, tapi duitnya kurang, bila pedagang itu tidak memberikan maka sepanjang hari dagangannya tak akan laku.Sebaliknya, bila si pedagang memberikan apa yang hendak di beli Ungku Saliah, meski duitnya kurang, maka dalam waktu singkat laris manis itu barang.
Cerita ini saya dapat di Balai Kamih Pakandangan. Meski diulang-ulang, tak bosan mendengarnya. Di balai-balai lain pun demikian.Sebagaimana dikisahkan, di Pasar Sungai Sariak. "Hampir semua pedagang di sana sudah tahu tabiat Ungku yang berbelanja seperti itu. Dan Ungku juga tidak mau menerima gratis jika ditawarkan."Pun belanja sesuka hati, Ungku Saliah lebih sering tak mau mengambil uang kembalian bila uangnya berlebih. Jadi, sebetulnya dia tidak terlalu hirau akan uang.
Ketika berpulang pada suatu siang di tanggal 3 Agustus 1974, kuburannya dibuat di dalam suraunya karena semasa hidup ia pernah berpesan, jika meninggal agar dikuburkan di mana ia meninggal.
Makamnya di Korong Lareh Nan Panjang, Nagari Sungai Sariak, masih sering diziarahi orang sampai sekarang. Orang sana menyebutnya Gubah Syekh Tuangku Saliah.
Gusni Yunita, dari Antropologi Unand dalam skripsinya menulis, banyak masyarakat yang yakin akan keramatnya Ungku Saliah. Makamnya ramai diziarahi. Fotonya dipajang di tempat membuka usaha.
"Si pemajang foto Ungku Saliah akan selalu berfikiran positif tanpa ada kekhawatiran bahwa barang dagangan mereka tidak laku. Ketika memajang foto terdapat suatu perasaan tenang dan terlindungi karena sugesti dari foto Ungku Saliah tersebut."
tulis komentar anda