Tragis! Pandemi COVID-19 Paksa Dalang Ini Jual Alat Keseniannya
Kamis, 14 Mei 2020 - 07:13 WIB
PASURUAN - Tragis! pandemi COVID-19 yang belum jelas kapan berakhirnya, membuat masyarakat semakin sulit mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
(Baca juga: Dok! PSBB Malang Raya Dilaksanakan Mulai Minggu (17/5/2020) )
Pembatasan kegiatan di luar rumah, dan penghentian segala bentuk kegiatan pertunjukkan yang menghadirkan massa, menjadi pukulan telak bagi masyarakat utamanya para pelaku kesenian tradisional.
Seorang dalang wayang kulit di Kabupaten Pasuruan, Ki Bagong Sabdo Sinukarto merasakan dampak yang berat akibat pandemi COVID-19. Dia harus rela berjalan kaki keliling kota untuk menjual barang-barang keseniannya.
Barang-barang kesenian yang selama ini menjadi alat untuk kegiatan pertunjukkan seninya, seperti blangkon, topeng, kuda lumping, hingga wayang kulit tersebut, terpaksa dia jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sudah tidak ada lagi pertunjukkan wayang kulit selama pandemi COVID-19. Seniman tradisional seperti saya tidak memiliki penghasilan lagi," ujarnya, sambil berjalan kaki keliling Alun-alun Pasuruan, untuk menjajakan barang dagangannya.
Dia harus berjalan kaki sejauh 2 km dari rumahnya, untuk menuju ke pusat kota Kabupaten Pasuruan. Berbagai peralatan kesenian tradisional yang selama ini menjadi kebanggaannya dalam setiap pertunjukan, harus rela dijualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
(Baca juga: Dok! PSBB Malang Raya Dilaksanakan Mulai Minggu (17/5/2020) )
Pembatasan kegiatan di luar rumah, dan penghentian segala bentuk kegiatan pertunjukkan yang menghadirkan massa, menjadi pukulan telak bagi masyarakat utamanya para pelaku kesenian tradisional.
Seorang dalang wayang kulit di Kabupaten Pasuruan, Ki Bagong Sabdo Sinukarto merasakan dampak yang berat akibat pandemi COVID-19. Dia harus rela berjalan kaki keliling kota untuk menjual barang-barang keseniannya.
Barang-barang kesenian yang selama ini menjadi alat untuk kegiatan pertunjukkan seninya, seperti blangkon, topeng, kuda lumping, hingga wayang kulit tersebut, terpaksa dia jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sudah tidak ada lagi pertunjukkan wayang kulit selama pandemi COVID-19. Seniman tradisional seperti saya tidak memiliki penghasilan lagi," ujarnya, sambil berjalan kaki keliling Alun-alun Pasuruan, untuk menjajakan barang dagangannya.
Dia harus berjalan kaki sejauh 2 km dari rumahnya, untuk menuju ke pusat kota Kabupaten Pasuruan. Berbagai peralatan kesenian tradisional yang selama ini menjadi kebanggaannya dalam setiap pertunjukan, harus rela dijualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
(eyt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda