Wakil Ketua DPR RI Tinjau Smelter Milik Kalla Group di Bua
Senin, 16 November 2020 - 15:18 WIB
Selain itu Kalla Group juga telah melakukan investasi pabrik pengolahan nikel berupa pabrik smelter dengan nilai investasi diperkirakan mencapai Rp7 triliun lebih. Sementara proses eksploitasi perusahaan tambang emas PT Masmindo di area pegunungan Latimojong.
"Tanpa dukungan pemerintah pusat kami juga sulit menjalankan investasi di mana ada sejumlah kewenangan pusat yang berlalu di daerah. Olehnya itu, kami usulkan ke pusat beberapa permintaan, pertama pelebaran jalan naisonal dalam Kota Belopa sepanjang 5 kilometer, kedua pelebaran jalan nasional dari Bandara Bua ke perbatasan Kota Palopo sepanjang 5 kilometer, pembangunan Bendungan Radda dan terakhir permintaan di Bua pembangunan dan pengembangan objek wisata religi di Bua, kami berharap pemerintah pusat bisa membantu melalui APBN," sebut Andi Pallanggi.
Dalam kesempatan yang sama Site Manager PT BMS, Zulkarnaen menyampaikan, progres pembangunan smelter sudah mendekati 30 persen. Di mana dari tujuh dapur tungku yang rencananya dibangun, satu di antaranya telah selesai.
Untuk menyelesaikan tujuh dapur smelter ini diperkirakan masih membutuhkan waktu hingga lima tahun mendatang. "Rencana tahun ini kita bikin dua namun baru selesai satu dapur. Kita butuh waktu lima tahun untuk menyelesaikan tujuh tungku.
Untuk satu tungku dapur smelter membutuhkan luas tanah sekira 8 sampai 9 hektar. Untuk saat ini, PT BMS sudah memiliki 141 hektare lahan di mana saat ini 42 hektare di antaranya berstatus HGB, yakni lokasi pabrik. Lahan PT BMS ini mencakup tiga desa di Kecamatan Bua yakni Desa Karang-Karangan, Desa Bukti Harapan dan Desa Toddopuli.
Zulkarnaen menyebutkan, keberadaan PT BMS ini akan menyerap tenaga kerja hingga 6.000 an orang. "Melihat PT. Vale, satu tungku butuh tenaga kerja 800 hingga 900 tenaga kerja, perencanaan kita sampai tujuh tungku, jadi kita butuh ribuan tenaga kerja nantinya," ujarnya.
Untuk nilai investasi perusahaan smelter milik Kalla Group ini mencapai Rp7 triliun atau berkisar Rp1 triliun untuk satu tungku dapur smlter.
Lihat Juga: 18 Korban Tewas Ledakan Tungku Smelter PT ITSS Morowali Dapat Santunan Rp600 Juta Per Orang
"Tanpa dukungan pemerintah pusat kami juga sulit menjalankan investasi di mana ada sejumlah kewenangan pusat yang berlalu di daerah. Olehnya itu, kami usulkan ke pusat beberapa permintaan, pertama pelebaran jalan naisonal dalam Kota Belopa sepanjang 5 kilometer, kedua pelebaran jalan nasional dari Bandara Bua ke perbatasan Kota Palopo sepanjang 5 kilometer, pembangunan Bendungan Radda dan terakhir permintaan di Bua pembangunan dan pengembangan objek wisata religi di Bua, kami berharap pemerintah pusat bisa membantu melalui APBN," sebut Andi Pallanggi.
Dalam kesempatan yang sama Site Manager PT BMS, Zulkarnaen menyampaikan, progres pembangunan smelter sudah mendekati 30 persen. Di mana dari tujuh dapur tungku yang rencananya dibangun, satu di antaranya telah selesai.
Untuk menyelesaikan tujuh dapur smelter ini diperkirakan masih membutuhkan waktu hingga lima tahun mendatang. "Rencana tahun ini kita bikin dua namun baru selesai satu dapur. Kita butuh waktu lima tahun untuk menyelesaikan tujuh tungku.
Untuk satu tungku dapur smelter membutuhkan luas tanah sekira 8 sampai 9 hektar. Untuk saat ini, PT BMS sudah memiliki 141 hektare lahan di mana saat ini 42 hektare di antaranya berstatus HGB, yakni lokasi pabrik. Lahan PT BMS ini mencakup tiga desa di Kecamatan Bua yakni Desa Karang-Karangan, Desa Bukti Harapan dan Desa Toddopuli.
Zulkarnaen menyebutkan, keberadaan PT BMS ini akan menyerap tenaga kerja hingga 6.000 an orang. "Melihat PT. Vale, satu tungku butuh tenaga kerja 800 hingga 900 tenaga kerja, perencanaan kita sampai tujuh tungku, jadi kita butuh ribuan tenaga kerja nantinya," ujarnya.
Untuk nilai investasi perusahaan smelter milik Kalla Group ini mencapai Rp7 triliun atau berkisar Rp1 triliun untuk satu tungku dapur smlter.
Lihat Juga: 18 Korban Tewas Ledakan Tungku Smelter PT ITSS Morowali Dapat Santunan Rp600 Juta Per Orang
(luq)
tulis komentar anda