Buka 40 Hektar Lahan Pembibitan Sawit, PTPN V Gandeng Emak-emak
Minggu, 18 Oktober 2020 - 12:15 WIB
PEKANBARU - Wajah perempuan paruh baya itu begitu segar, meski hitam rambutnya mulai memudar. Suaranya lantang dan semangatnya berkobar kala berbicara lika-liku kehidupan.
(Baca juga: Tinjau Jembatan Ponorogo-Pacitan, Khofifah: Utamakan Keselamatan )
Suara sumbang tak pernah ia hiraukan, yang terpenting baginya adalah masa depan, untuk anak-anaknya. Lantang bicaranya selaras dengan tangannya yang bergerak cepat di atas hamparan polibag berisi bibit sawit.
Dengan cekatan, dia membersihkan, memindahkan, dan menyiram barisan bibit sawit unggul tersebut. Heddina, begitu perempuan itu akrab disapa. Meski memasuki senja, sama sekali tak tergambar usia sebenarnya. Heddina merupakan warga Kecamatan Bukit Kapur, Kota Dumai, Provinsi Riau.
Dia menjadi satu dari 52 pekerja di sentral pembibitan sawit unggul Kerja Sama Operasional (KSO) antara PTPN V dengan Penyedia benih Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara, yang ada di kota pelabuhan tersebut.
(Baca juga: Komplotan Pencuri Sembunyikan 6 Ekor Sapi di Lereng Argopuro )
Bagi Heddina, keberadaan sentral pembibitan itu adalah sebuah anugerah, kala sang suami tercinta kembali ke sang pencipta dan meninggalkan dirinya untuk selamanya, pada tiga tahun silam. Baginya, sentral pembibitan itu juga sebuah berkah kala dia harus menjadi penopang keluarga untuk ketiga anaknya yang kini tengah mencari pekerjaan usai tamat sekolah.
"Saya sangat bersyukur bisa bekerja di sini, bisa membantu ekonomi keluarga. Apalagi saya sekarang orangtu tunggal setelah suami meninggal tiga tahun lalu," kata Heddina.
Perempuan yang telah tinggal di Dumai, sejak 30 tahun lalu usai merantau dari kampung halamannya di provinsi tetangga itu, mengisahkan bahwa tak jarang dulu ia harus menepis rasa malu untuk meminta pekerjaan kepada tetangganya. Semuanya ia lakoni demi dapur tetap mengepul. Namun, semuanya menjadi lebih baik kala PTPN V membuka areal pembibitan sawit unggul, tidak jauh dari tempat tinggalnya.
(Baca juga: Tinjau Jembatan Ponorogo-Pacitan, Khofifah: Utamakan Keselamatan )
Suara sumbang tak pernah ia hiraukan, yang terpenting baginya adalah masa depan, untuk anak-anaknya. Lantang bicaranya selaras dengan tangannya yang bergerak cepat di atas hamparan polibag berisi bibit sawit.
Dengan cekatan, dia membersihkan, memindahkan, dan menyiram barisan bibit sawit unggul tersebut. Heddina, begitu perempuan itu akrab disapa. Meski memasuki senja, sama sekali tak tergambar usia sebenarnya. Heddina merupakan warga Kecamatan Bukit Kapur, Kota Dumai, Provinsi Riau.
Dia menjadi satu dari 52 pekerja di sentral pembibitan sawit unggul Kerja Sama Operasional (KSO) antara PTPN V dengan Penyedia benih Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara, yang ada di kota pelabuhan tersebut.
(Baca juga: Komplotan Pencuri Sembunyikan 6 Ekor Sapi di Lereng Argopuro )
Bagi Heddina, keberadaan sentral pembibitan itu adalah sebuah anugerah, kala sang suami tercinta kembali ke sang pencipta dan meninggalkan dirinya untuk selamanya, pada tiga tahun silam. Baginya, sentral pembibitan itu juga sebuah berkah kala dia harus menjadi penopang keluarga untuk ketiga anaknya yang kini tengah mencari pekerjaan usai tamat sekolah.
"Saya sangat bersyukur bisa bekerja di sini, bisa membantu ekonomi keluarga. Apalagi saya sekarang orangtu tunggal setelah suami meninggal tiga tahun lalu," kata Heddina.
Perempuan yang telah tinggal di Dumai, sejak 30 tahun lalu usai merantau dari kampung halamannya di provinsi tetangga itu, mengisahkan bahwa tak jarang dulu ia harus menepis rasa malu untuk meminta pekerjaan kepada tetangganya. Semuanya ia lakoni demi dapur tetap mengepul. Namun, semuanya menjadi lebih baik kala PTPN V membuka areal pembibitan sawit unggul, tidak jauh dari tempat tinggalnya.
tulis komentar anda