Tembus 3.000 Lebih, Kematian Akibat COVID-19 di Jatim Lampaui Jakarta

Selasa, 29 September 2020 - 13:10 WIB
Kasus kematian akibat COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) per Senin (28/9/2020) sebanyak 3.138. Foto Ilustrasi : DOK SINDOnews
SURABAYA - Kasus kematian akibat COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) masih tetap menjadi yang tertinggi di Indonesia. Di kutip dari laman covid19.go.id menyebutkan, per Senin (28/9/2020) jumlah kematian di Jatim akibat COVID-19 sebanyak 3.138 kasus.

Disusul DKI Jakarta sebanyak 1.695 kasus kasus dan Jawa Tengah (Jateng) sebanyak 1.397 kasus.( )

Sementara untuk pasien sembuh, DKI Jakarta menduduki peringkat teratas dengan jumlah 57.657 kasus. Diikuti Jatim 36.323 kasus. Jawa Tengah (Jateng) berada di urutan ketiga sebanyak 15.572 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus positif COVID-19, DKI Jakarta menempati urutan pertama dengan jumlah 71.339 kasus. Disusul Jatim dengan jumlah 43.172 kasus dan Jateng 21.930 kasus.



Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penanganan COVID-19 di Jatim terus menunjukkan hasil positif. Bahkan, rate of transmission (RT) COVID-19 di Jatim dinyatakan terendah se Indonesia. “Pagi ini, rate of transmission kita terendah se Indonesia. Kemudian, positivity rate kita sudah di bawah rata-rata nasional, kita 12% dan nasional 16%,” kata Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat berada di RRI Pro 1 Sumenep, Selasa (29/9/2020).

Orang nomor satu di Jatim ini menyatakan, pengendalian COVID-19 ini seiring dengan operasi yustisi yang sedang ditegakkan. Operasi yustisi lebih mengajak masyarakat untuk memakai masker dan menurunkan RT.

“Sehingga, dalam operasi yustisi tersebut bukan masalah denda yang ada, tapi lebih pada kedisiplinan masyarakat pada protokol kesehatan (protkes),” terangnya.(Baca juga : Bus Sekolah DKI Bawa Ribuan Pasien Terkonfirmasi Covid-19 ke Tempat Isolasi )

Khofifah berpesan supaya warga terus taat pada protokol kesehatan. Sehingga bisa terhindar dari COVID-19. Sedangkan bagi yang sudah terpapar, Khofifah meminta supaya menghindari isolasi mandiri di rumah kalau tidak disiplin. Kemudian kondisi sanitasi, ventilasi, dan gizi juga harus cukup. “Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka lebih baik penderita melakukan isolasi di RSUD atau RS Darurat Lapangan,” pungkasnya.
(nun)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content