Wali Kota Rai Mantra Didaulat jadi Penguji Program Sekolah Pimpinan Bank Indonesia
Senin, 14 September 2020 - 22:01 WIB
DENPASAR - Wali Kota Denpasar I.B Rai Dharmawijaya Mantra tampil sebagai salah satu penguji dalam Program Sekolah Pimpinan (SESPI) Bank Indonesia Tahun 2020 yang dilaksanakan via digital meeting pada Senin (14/9/2020) di Denpasar.
Program ini sendiri diselenggarakan tanggal 3 Agustus 2020 kurang lebih selama 2.5 bulan dan mengambil tema "Membangun Kepemimpinan Transformatif dalam Menavigasi Ekonomi Digital Menuju Indonesia Maju".
Walikota Rai Mantra tampil sebagai penguji bersama sejumlah tokoh seperti Prof. Eko Indrajit dari Perbanas Institute dan Dwi Pranoto dari Bank Indonesia.
Walikota Rai Mantra, menguji para peserta kelompok 8 yang terdiri dari Akhis R. Hutabarat, Wini Purwanti A, Gatot Miftakhul Manan dan Ryan Rizaldy yang mengambil judul Strategi Penguatan Eksosistem Ekonomi Kreatif Berbasis Digital.
Mereka menyampaikan Potret Ekonomi Kreatif dimana sekitar 18.1 Juta atau 14 % orang Indonesia bekerja di sektor Industri Kreatif. Empat subsektor Ekraf yang paling banyak menyerap tenaga kerja di tahun 2017 adalah Fashion, Kuliner, Kriya dan Penerbitan.
Dan 5 Kontributor PDB subsektor Ekraf teratas di tahun 2017 adalah Kuliner (41.47%), Fashion (17.68 %), Kriya (14.99%), Tv dan Radio (8.84 %) serta Penerbitan (6.18 %)
Selanjutnya disampaikam bagaimana membangun ekosistem Ekraf berbasis digital untuk mendongkrak kinerja dan kontribusi sektor Ekraf kedepan ditengah adverse impact Covid-19.
Bagaimana memaksimalkan kekayaan. Budaya dan nilai kearifan lokal sebagai kekuatan daya saing dengana produk Ekraf negara lain seperti Pawai Ogoh" dapat bertransformasi ke ranah digital berupa virtual show.
I.B Rai Dharmawijaya Mantra mengambil dalam sesi satu pertanyaan, apakah produk kebudayaan dijadikan bagian atau sekedar konten dalam industri kreatif.
Wali Kota Rai Mantra mengambil studi kasus terkait pengalamannya sebagai Wali Kota Denpasar dalam mengembangkan akonomi kreatif dan ekositemnya. Harmonisasi dan perubahan pada kebijakan serta bagaimana membangun ekonomi pendamping selain pariwisata. "Ekraf dan pariwisata sebagai satu Lokomotif dan bagaimana kebijakan dalam membangun ekraf sebagai pendamping pariwisata dan budaya sebagai elemen pembangunan kota Denpasar. Kami telah melakukan pendekatan kepada komunitas san membangun jejaring kerjasama (sister city) dengan sejumlah kota baik di dalam negeri dan luar negeri. Diantaranya yang menarik kerjasama dengan kota Perth (Australia) dan Brighton (Inggris)."
Untuk menjawab tantangan di era 4.0 Pemkot Denpasar telah membangun DNA (Dharma Negara Alaya) yang merupakan Pusat Orange Economy dan kita buktikan budaya juga bsa berinteraksi dengan Ekraf dan digitalisasi.
"Mengaplikasikan seperti yang diterapkan di Kota Perth, kami bukan mengambil alih kewenangan di sektor pendidkan, tapi kami berusaha sebagai fasilitator yang menghubungkan instansi-instansi tersebut. Pemkot Denpasar juga didukung BI, kami mengintegrasikan antara kebudayaan dan literatur yang memang menyangkut potensi kebudayaan yang mampu jadi 1 konten diolah dan berinteraksi dengan Ekraf baik digitalisasi maupun non digitalisasi," ujar Rai Mantra.
Program ini sendiri diselenggarakan tanggal 3 Agustus 2020 kurang lebih selama 2.5 bulan dan mengambil tema "Membangun Kepemimpinan Transformatif dalam Menavigasi Ekonomi Digital Menuju Indonesia Maju".
Walikota Rai Mantra tampil sebagai penguji bersama sejumlah tokoh seperti Prof. Eko Indrajit dari Perbanas Institute dan Dwi Pranoto dari Bank Indonesia.
Walikota Rai Mantra, menguji para peserta kelompok 8 yang terdiri dari Akhis R. Hutabarat, Wini Purwanti A, Gatot Miftakhul Manan dan Ryan Rizaldy yang mengambil judul Strategi Penguatan Eksosistem Ekonomi Kreatif Berbasis Digital.
Mereka menyampaikan Potret Ekonomi Kreatif dimana sekitar 18.1 Juta atau 14 % orang Indonesia bekerja di sektor Industri Kreatif. Empat subsektor Ekraf yang paling banyak menyerap tenaga kerja di tahun 2017 adalah Fashion, Kuliner, Kriya dan Penerbitan.
Dan 5 Kontributor PDB subsektor Ekraf teratas di tahun 2017 adalah Kuliner (41.47%), Fashion (17.68 %), Kriya (14.99%), Tv dan Radio (8.84 %) serta Penerbitan (6.18 %)
Selanjutnya disampaikam bagaimana membangun ekosistem Ekraf berbasis digital untuk mendongkrak kinerja dan kontribusi sektor Ekraf kedepan ditengah adverse impact Covid-19.
Bagaimana memaksimalkan kekayaan. Budaya dan nilai kearifan lokal sebagai kekuatan daya saing dengana produk Ekraf negara lain seperti Pawai Ogoh" dapat bertransformasi ke ranah digital berupa virtual show.
I.B Rai Dharmawijaya Mantra mengambil dalam sesi satu pertanyaan, apakah produk kebudayaan dijadikan bagian atau sekedar konten dalam industri kreatif.
Wali Kota Rai Mantra mengambil studi kasus terkait pengalamannya sebagai Wali Kota Denpasar dalam mengembangkan akonomi kreatif dan ekositemnya. Harmonisasi dan perubahan pada kebijakan serta bagaimana membangun ekonomi pendamping selain pariwisata. "Ekraf dan pariwisata sebagai satu Lokomotif dan bagaimana kebijakan dalam membangun ekraf sebagai pendamping pariwisata dan budaya sebagai elemen pembangunan kota Denpasar. Kami telah melakukan pendekatan kepada komunitas san membangun jejaring kerjasama (sister city) dengan sejumlah kota baik di dalam negeri dan luar negeri. Diantaranya yang menarik kerjasama dengan kota Perth (Australia) dan Brighton (Inggris)."
Untuk menjawab tantangan di era 4.0 Pemkot Denpasar telah membangun DNA (Dharma Negara Alaya) yang merupakan Pusat Orange Economy dan kita buktikan budaya juga bsa berinteraksi dengan Ekraf dan digitalisasi.
"Mengaplikasikan seperti yang diterapkan di Kota Perth, kami bukan mengambil alih kewenangan di sektor pendidkan, tapi kami berusaha sebagai fasilitator yang menghubungkan instansi-instansi tersebut. Pemkot Denpasar juga didukung BI, kami mengintegrasikan antara kebudayaan dan literatur yang memang menyangkut potensi kebudayaan yang mampu jadi 1 konten diolah dan berinteraksi dengan Ekraf baik digitalisasi maupun non digitalisasi," ujar Rai Mantra.
(ars)
tulis komentar anda