Seniman Ludruk: Pemkot Surabaya Jangan Tinggalkan Kesenian Tradisional
Senin, 31 Agustus 2020 - 15:51 WIB
SURABAYA - Pemerintah kota Surabaya terus diingatkan supaya tidak meninggalkan eksistensi seni tradisional. Kesenian rakyat seperti Ludruk , Wayang Orang dan Ketoprak yang kian terjepit oleh pesatnya pembangunan kota.
Menurut Meimura, tiga kesenian itu sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Bahkan para pelaku seni tradisi tersebut juga menjadi salah satu kelompok yang ikut berjuang melawan penjajahan. "Saya kesini ingin mengingatkan supaya pemerintahan kedepan tidak lupa," katanya usai bertemu komisi D DPRD Kota Surabaya, Senin (31/8). (Baca: Ludruk, Kesenian Tradisional yang Terus Eksis Walau Terjepit )
Seniman Ludruk ini ingin pemerintah kota Surabaya membangun tiga gedung yang dikhususnya untuk Wayang Orang , Ludruk dan Ketoprak. Mei menuturkan, gedung kesenian itu merupakan simbol kecerdasan bangsa, khususnya orang Surabaya. Tentang bagaimana menghargai kebudayaan dan pembangunan karakter kebangsaan melalui pendekatan budaya.
"Kalau itu tidak ada saya kawatir generasi kita akan semakin jauh dengan simbol kebudayaan tadi. Meskipun gedung itu dalam kondisi buruk, proses regenerasi terjadi. Mereka melatih anaknya, membuat komunitas," tuturnya.
Pelakon Besut-Rusmini ini menegaskan, bahwa ada kekayaan tak benda yang melekat disetiap seni tradisi. Seperti Ludruk misalnya disana ditemukan logam disaat bangsa lain belum menemukan. Bagaimana logam menjadi musikalitas yang luar biasa.
"Makanya itu harus diingatkan terus, paling tidak ada gedung Ludruk yang dibuat setara dengan kabuki di Jepang. Bagaimana bangsa Jepang mentrasfomasikan menjadi sebuah ilmu baru. Dan Ludruk mampu, karena ada sembilan variabel yang melekat didalam kesenian Ludruk. Mulai dari remo, bedayan, dagelan dan cerita macam-macam masuk didalmnya," paparnya.
Ludruk, lanjut Mei, dibangun dengan spirit perlawanan dan spirit koreksi. Sehingga harus dipelihara supaya generasi bangsa ini menjadi kritis dan cerdas. Meskipun saat ini kota Surabaya sudah memiliki gedung sebaguna megah di Balai Pemuda, menurut Meimura belum mampu mereprensentasikan kekhasan seni tradisi. (Baca: Cak Kartolo: Masyarakat Butuh Hiburan, Ludruk Bisa di Alun-alun Surabaya )
"Memang gedung tersebut serbaguna dan megah. Namun tidak punya spesifikasi artistik untuk Ludruk, Ketoprak dan Wayang Orang. Kalau para pakar tidak melihat spesifikasi itu, dimana bangsa lain tidak punya, maka kita akan menjadi bangsa yang rugi nantinya," tandasnya.
Menurut Meimura, tiga kesenian itu sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Bahkan para pelaku seni tradisi tersebut juga menjadi salah satu kelompok yang ikut berjuang melawan penjajahan. "Saya kesini ingin mengingatkan supaya pemerintahan kedepan tidak lupa," katanya usai bertemu komisi D DPRD Kota Surabaya, Senin (31/8). (Baca: Ludruk, Kesenian Tradisional yang Terus Eksis Walau Terjepit )
Seniman Ludruk ini ingin pemerintah kota Surabaya membangun tiga gedung yang dikhususnya untuk Wayang Orang , Ludruk dan Ketoprak. Mei menuturkan, gedung kesenian itu merupakan simbol kecerdasan bangsa, khususnya orang Surabaya. Tentang bagaimana menghargai kebudayaan dan pembangunan karakter kebangsaan melalui pendekatan budaya.
"Kalau itu tidak ada saya kawatir generasi kita akan semakin jauh dengan simbol kebudayaan tadi. Meskipun gedung itu dalam kondisi buruk, proses regenerasi terjadi. Mereka melatih anaknya, membuat komunitas," tuturnya.
Pelakon Besut-Rusmini ini menegaskan, bahwa ada kekayaan tak benda yang melekat disetiap seni tradisi. Seperti Ludruk misalnya disana ditemukan logam disaat bangsa lain belum menemukan. Bagaimana logam menjadi musikalitas yang luar biasa.
"Makanya itu harus diingatkan terus, paling tidak ada gedung Ludruk yang dibuat setara dengan kabuki di Jepang. Bagaimana bangsa Jepang mentrasfomasikan menjadi sebuah ilmu baru. Dan Ludruk mampu, karena ada sembilan variabel yang melekat didalam kesenian Ludruk. Mulai dari remo, bedayan, dagelan dan cerita macam-macam masuk didalmnya," paparnya.
Ludruk, lanjut Mei, dibangun dengan spirit perlawanan dan spirit koreksi. Sehingga harus dipelihara supaya generasi bangsa ini menjadi kritis dan cerdas. Meskipun saat ini kota Surabaya sudah memiliki gedung sebaguna megah di Balai Pemuda, menurut Meimura belum mampu mereprensentasikan kekhasan seni tradisi. (Baca: Cak Kartolo: Masyarakat Butuh Hiburan, Ludruk Bisa di Alun-alun Surabaya )
"Memang gedung tersebut serbaguna dan megah. Namun tidak punya spesifikasi artistik untuk Ludruk, Ketoprak dan Wayang Orang. Kalau para pakar tidak melihat spesifikasi itu, dimana bangsa lain tidak punya, maka kita akan menjadi bangsa yang rugi nantinya," tandasnya.
(don)
tulis komentar anda