Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Minggu, 24 November 2024 - 14:38 WIB
JAKARTA - Kisah Malam Takbiran di Timor Timur ini mungkin bisa jadi salah satu yang cukup mencekam. Pada umumnya malam takbir jadi suasana yang hangat bersama keluarga, namun itu tak berlaku bagi sejumlah prajurit yang tengah bertugas.
Kisah Malam Takbiran di Timor Timur ini datang dari Amran Hilba Siregar, saat bertugas dalam Operasi Militer Seroja di Timor Timur ketika masih menjadi bagian dari NKRI.
Pada saat malam takbiran menyambut Hari Raya Idul Adha di Timor Timur, merupakan salah satu hari yang cukup mencekam bagi sejumlah prajurit yang tengah bertugas di lokasi konflik.
Pada sekitar tahun 1980-1981, Amran Hilba Siregar yang seorang anggota TNI AD mendapat perintah untuk bertugas di Timor Timur, yang kini telah menjadi Timor Leste setelah berpisah dari NKRI.
Saat itu Amran harus bertugas dengan meninggalkan istri dan ketiga anaknya yang tinggal di sebuah kompleks militer di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pada malam takbir tahun 1980, saat semua umat Islam menyerukan takbir, bersuka cita, bercengkrama dengan keluarga, atau bertegur sapa dengan tetangga dan sesama jamaah masjid, Amran justru berada dalam situasi yang berbeda.
Di mana prajurit itu harus bertaruh nyawa dan berusaha untuk selamat. Malam itu, Amran bersama beberapa unit pasukan Brimob dikepung habis-habisan oleh pasukan pemberontak Fretilin yang selalu membuat kekacauan di Timor Timur.
Kisah Malam Takbiran di Timor Timur ini datang dari Amran Hilba Siregar, saat bertugas dalam Operasi Militer Seroja di Timor Timur ketika masih menjadi bagian dari NKRI.
Baca Juga
Pada saat malam takbiran menyambut Hari Raya Idul Adha di Timor Timur, merupakan salah satu hari yang cukup mencekam bagi sejumlah prajurit yang tengah bertugas di lokasi konflik.
Pada sekitar tahun 1980-1981, Amran Hilba Siregar yang seorang anggota TNI AD mendapat perintah untuk bertugas di Timor Timur, yang kini telah menjadi Timor Leste setelah berpisah dari NKRI.
Saat itu Amran harus bertugas dengan meninggalkan istri dan ketiga anaknya yang tinggal di sebuah kompleks militer di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pada malam takbir tahun 1980, saat semua umat Islam menyerukan takbir, bersuka cita, bercengkrama dengan keluarga, atau bertegur sapa dengan tetangga dan sesama jamaah masjid, Amran justru berada dalam situasi yang berbeda.
Di mana prajurit itu harus bertaruh nyawa dan berusaha untuk selamat. Malam itu, Amran bersama beberapa unit pasukan Brimob dikepung habis-habisan oleh pasukan pemberontak Fretilin yang selalu membuat kekacauan di Timor Timur.
tulis komentar anda