Si Jalak Harupat, Otto Iskandardinata Pahlawan dari Bojongsoang
Sabtu, 29 Agustus 2020 - 05:00 WIB
Setelah selesai bersekolah, Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada Juli 1920, Otto pindah ke Bandung dan mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat.
Selain mengajar, Otto aktif berorganisasi. Dalam berorganisasi, Otto dipercaya sebagai Wakil Ketua Budi Utomo Cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo Cabang Pekalongan pada 1924. Ketika itu, dia menjadi anggota Gemeenteraad atau Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo.
Selama aktif di Budi Utomo, aktivitas Otto menjadi perhatian kolonial Belanda. Pertemuan-pertemuan yang kerap digelar di rumahnya kerap diintai oleh intel Belanda.
Nama Otto pun kian dikenal di kalangan aktivis pergerakan sehingga membuat khawatir Belanda. Akhirnya, pada 1928, Otto dipindah ke Jakarta. Namun sebelum meninggalkan Pekalongan, Otto sempat memprakarsai berdirinya Sekolah Kartini.
Di Jakarta, Otto bekerja sebagai guru Muhammadiyah dan tetap giat beraktivitas di organisasi pergerakan politik. Selain Budi Utomo, Otto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan.
Di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan itu, Otto menjabar Sekretaris Pengurus Besar Paguyuban Pasundan pada 1928 dan Ketua Umum Paguyuban Pasundan periode 1929-1942.
Di bawah kepemimpinan Otto, Paguyuban Pasundan berkembang pesat. Sekolah dasar hingga menengah atas didirikan. Bahkan, Paguyuban Pasundan mampu mendirikan Bank Pasundan.
Kantor Pusat PB Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera, Kota Bandung. Foto/Unpas.ac.id
Meskipun sibuk membesarkan Paguyuban Pasundan, Otto juga aktif sebagai anggota Permufakatan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dalam di Surabaya pada 1932, Otto terpilih sebagai Sekertaris PPPKI. Saat itu, PPPKI diketuai oleh Muhammad Husni (MH) Thamrin.
Selain mengajar, Otto aktif berorganisasi. Dalam berorganisasi, Otto dipercaya sebagai Wakil Ketua Budi Utomo Cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo Cabang Pekalongan pada 1924. Ketika itu, dia menjadi anggota Gemeenteraad atau Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo.
Selama aktif di Budi Utomo, aktivitas Otto menjadi perhatian kolonial Belanda. Pertemuan-pertemuan yang kerap digelar di rumahnya kerap diintai oleh intel Belanda.
Nama Otto pun kian dikenal di kalangan aktivis pergerakan sehingga membuat khawatir Belanda. Akhirnya, pada 1928, Otto dipindah ke Jakarta. Namun sebelum meninggalkan Pekalongan, Otto sempat memprakarsai berdirinya Sekolah Kartini.
Di Jakarta, Otto bekerja sebagai guru Muhammadiyah dan tetap giat beraktivitas di organisasi pergerakan politik. Selain Budi Utomo, Otto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan.
Di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan itu, Otto menjabar Sekretaris Pengurus Besar Paguyuban Pasundan pada 1928 dan Ketua Umum Paguyuban Pasundan periode 1929-1942.
Di bawah kepemimpinan Otto, Paguyuban Pasundan berkembang pesat. Sekolah dasar hingga menengah atas didirikan. Bahkan, Paguyuban Pasundan mampu mendirikan Bank Pasundan.
Kantor Pusat PB Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera, Kota Bandung. Foto/Unpas.ac.id
Meskipun sibuk membesarkan Paguyuban Pasundan, Otto juga aktif sebagai anggota Permufakatan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dalam di Surabaya pada 1932, Otto terpilih sebagai Sekertaris PPPKI. Saat itu, PPPKI diketuai oleh Muhammad Husni (MH) Thamrin.
tulis komentar anda