Kisah Tragis Ronggolawe, Kesetiaan Bela Raja Majapahit Berujung Kematian dengan Cap Pemberontak
Kamis, 01 Agustus 2024 - 17:48 WIB
Lembu Sora, yang merupakan paman Ronggolawe ternyata tidak sepakat dengan sikap keras Ronggolawe. Lembu Sora kemudian menasihati Ronggolawe agar memohon maaf kepada Raja Majapahit.
Meski sudah dinasihati, Ronggolawe enggan dan memilih pulang ke Tuban. Kirab Pararaton menyebut, pemberontakan Ronggolawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya.
Pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta. Dalam Nagarakertagama, Raden Wijaya meninggal dunia, digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309.
Namun Nagarakertagama juga mengisahkan, pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai Yuwaraja atau "raja muda" di Istana Daha.
Di Kidung Panji Wijayakrama, dan Kidung Ronggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ronggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.
Slamet Mulyana dalam Tafsir Sejarah Nagarakartagama (2006), mengutip Kidung Ronggolawe, menuliskan bahwa peperangan dalam pemberontakan Ronggalawe terjadi di sekitar Sungai Tambak Beras, Jombang.
Atas perintah Raden Wijaya, Nambi ditemani Kebo Anabrang dan Lembu Sora memimpin pasukan Majapahit, menuju Tuban untuk menghukum Ronggolawe. Di Tuban, Ronggolawe yang mengetahui bahwa ada pasukan yang dikirim untuk menyerangnya, ia segera mempersiapkan diri.
Ronggolawe membawa pasukannya untuk menghadang rombongan Nambi di Sungai Tambak Beras. Terjadilah peperangan sengit. Ronggolawe berhasil menikam kuda yang ditunggangi Nambi, namun Nambi masih selamat.
Kebo Anabrang, panglima perang Majapahit mengambil-alih pimpinan perang pasukan Majapahit. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengepung pasukan Ronggolawe dari tiga penjuru arah mata angin, yakni dari timur, barat, dan utara. Taktik tersebut belum mampu mengungguli pasukan Ronggolawe.
Kebo Anabrang memacu kudanya namun dikejar oleh Ronggolawe. Namun, dalam pengejaran itu, kuda Ronggolawe terjatuh dan tercebur ke Sungai Tambak Beras.
Meski sudah dinasihati, Ronggolawe enggan dan memilih pulang ke Tuban. Kirab Pararaton menyebut, pemberontakan Ronggolawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya.
Pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta. Dalam Nagarakertagama, Raden Wijaya meninggal dunia, digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309.
Namun Nagarakertagama juga mengisahkan, pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai Yuwaraja atau "raja muda" di Istana Daha.
Di Kidung Panji Wijayakrama, dan Kidung Ronggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ronggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.
Slamet Mulyana dalam Tafsir Sejarah Nagarakartagama (2006), mengutip Kidung Ronggolawe, menuliskan bahwa peperangan dalam pemberontakan Ronggalawe terjadi di sekitar Sungai Tambak Beras, Jombang.
Atas perintah Raden Wijaya, Nambi ditemani Kebo Anabrang dan Lembu Sora memimpin pasukan Majapahit, menuju Tuban untuk menghukum Ronggolawe. Di Tuban, Ronggolawe yang mengetahui bahwa ada pasukan yang dikirim untuk menyerangnya, ia segera mempersiapkan diri.
Ronggolawe membawa pasukannya untuk menghadang rombongan Nambi di Sungai Tambak Beras. Terjadilah peperangan sengit. Ronggolawe berhasil menikam kuda yang ditunggangi Nambi, namun Nambi masih selamat.
Kebo Anabrang, panglima perang Majapahit mengambil-alih pimpinan perang pasukan Majapahit. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengepung pasukan Ronggolawe dari tiga penjuru arah mata angin, yakni dari timur, barat, dan utara. Taktik tersebut belum mampu mengungguli pasukan Ronggolawe.
Kebo Anabrang memacu kudanya namun dikejar oleh Ronggolawe. Namun, dalam pengejaran itu, kuda Ronggolawe terjatuh dan tercebur ke Sungai Tambak Beras.
tulis komentar anda