Sekolah Damai Ciptakan Lingkungan Pendidikan Bersih dari Intoleransi dan Bullying
Jum'at, 21 Juni 2024 - 17:52 WIB
Irfan mengatakan, peserta didik harus paham dengan bentuk intoleransi, kekerasan dan bullying dilingkungan sekolah. Ia juga mengingatkan untuk para guru harus selalu waspada terhadap perekrutan kelompok radikal di dunia maya. Pasalnya kelompok teroris dalam aksi perekrutannya menyasar generasi muda lewat media sosial.
“Kelompok radikal teroris menggunakan dua cara untuk merekrut simpatisannya, yaitu soft approach dan hard approach,” tambahnya.
Saat ini, jelas Irfan, target radikalisasi adalah perempuan, anak, dan remaja. Dengan pendekatan lembut, kelompok radikal teroris merubah perempuan dan anak menjadi militan.
“Di mana posisi biasanya generasi remaja dan anak berada? Ya di sekolah. Karena itu para guru perlu fokus menjadi pendidik di institusi pendidikan,” sambungnya.
Ia mengingatkan agar para guru harus mengetahui bahwa kelompok radikal teroris biasanya masuk melalui kajian-kajian ringan.
“Semakin lama, mereka akan mengatakan bahwa negara ini kafir dan sebagainya. Oleh karena itu guru juga perlu memahami propaganda-propaganda seperti “kafir” dan “negara agama,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan bahwa pada tahun 2023 tidak ada serangan teror terbuka di Indonesia. Selain sebagai sebuah capaian, realita ini menjadi alarm bahwa mereka sedang gencar menyebarkan propaganda ke generasi-generasi muda di institusi-institusi pendidikan.
“Karena itu indikator-indikator yang ada pada Sekolah Damai sangat mendorong untuk mewujudkan sikap toleran, anti kekerasan, dan anti bullying,” pungkasnya.
“Kelompok radikal teroris menggunakan dua cara untuk merekrut simpatisannya, yaitu soft approach dan hard approach,” tambahnya.
Saat ini, jelas Irfan, target radikalisasi adalah perempuan, anak, dan remaja. Dengan pendekatan lembut, kelompok radikal teroris merubah perempuan dan anak menjadi militan.
“Di mana posisi biasanya generasi remaja dan anak berada? Ya di sekolah. Karena itu para guru perlu fokus menjadi pendidik di institusi pendidikan,” sambungnya.
Ia mengingatkan agar para guru harus mengetahui bahwa kelompok radikal teroris biasanya masuk melalui kajian-kajian ringan.
“Semakin lama, mereka akan mengatakan bahwa negara ini kafir dan sebagainya. Oleh karena itu guru juga perlu memahami propaganda-propaganda seperti “kafir” dan “negara agama,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan bahwa pada tahun 2023 tidak ada serangan teror terbuka di Indonesia. Selain sebagai sebuah capaian, realita ini menjadi alarm bahwa mereka sedang gencar menyebarkan propaganda ke generasi-generasi muda di institusi-institusi pendidikan.
“Karena itu indikator-indikator yang ada pada Sekolah Damai sangat mendorong untuk mewujudkan sikap toleran, anti kekerasan, dan anti bullying,” pungkasnya.
(shf)
tulis komentar anda