Kisah Pemberontakan Adipati Pragola I yang Dipicu Rasa Cemburu di Kerajaan Mataram
Rabu, 19 Juni 2024 - 06:08 WIB
Pada zaman kerajaan Mataram , Panembahan Senopati menikahi Retna Dumilah, seorang wanita dari Madiun. Pernikahan ini, meskipun membahagiakan, membawa konflik yang tak terduga. Adipati Pragola I, penguasa Pati, merasa cemburu dengan hubungan baru tersebut. Rasa cemburu ini membuat hubungan antara Pati dan Mataram menjadi retak.
Setelah pernikahan, Retna Dumilah menjadi permaisuri Panembahan Senopati, yang menambah rasa tidak puas Adipati Pragola I. Rasa cemburu yang membara ini akhirnya memicu niat pemberontakan di hati Pragola. Ia mengirim seorang utusan bernama Patradita untuk menyampaikan permintaan kepada Panembahan Senopati agar diberikan wilayah-wilayah di sebelah utara Gunung Kendeng.
Dalam buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja-Raja Jawa: Intrik, Konspirasi, Perebutan Harta, Tahta dan Wanita", disebutkan bahwa Panembahan Senopati mengabulkan permintaan tersebut. Beberapa wilayah seperti Warung Blora, Grobogan, dan Jipang, kemudian berada di bawah kekuasaan Pati. Namun, permohonan ini belum memuaskan Adipati Pragola I.
Adipati Pragola I kembali mengutus Patradita untuk meminta tombak beserta batangnya kepada Panembahan Senopati. Dengan alasan bahwa wilayah bang wetan menyerang Pati, Pragola ingin menguji kesetiaan Panembahan Senopati. Panembahan, yang menyadari maksud tersembunyi dari permintaan ini, hanya memberikan tombaknya tanpa batangnya.
Tidak lama setelah itu, Adipati Demak, Mas Sori, melaporkan kepada Panembahan Senopati bahwa wilayah-wilayah seperti Warung, Blora, Grobogan, dan Jipang sudah tunduk kepada Pati. Sementara itu, Adipati Pragola I, yang semakin percaya diri, secara terbuka menyatakan pembangkangannya terhadap Mataram.
Panembahan Senopati, yang menyadari ancaman ini, memerintahkan pasukan Mataram untuk bersiap menghadapi pasukan Pati. Pasukan Pati yang dipimpin oleh Adipati Pragola I terdiri dari tamtama-tamtama tangguh seperti Mangunjaya, Arya Sindurraja, Rajamanggala, Sawunggaling, Tohpati, Binorong, dan Surengpati, serta Pecatanda, Kanduruhan, dan Wilatikta yang bergerak menuju Mataram.
Mendengar kabar bahwa pasukan Pati akan menyerang, Mataram pun bersiap. Panembahan Senopati menunjuk Adipati Anom Mataram, Raden Mas Jolang, sebagai panglima perang. Pasukan Mataram kemudian berangkat ke Prambanan untuk menghadapi pasukan Pati.
Pertempuran sengit pun terjadi. Adipati Anom Mataram berhadapan langsung dengan Adipati Pragola I. Karena kesaktiannya, Adipati Pragola berhasil memukul mundur pasukan Adipati Anom Mataram. Namun, Panembahan Senopati telah menyiapkan rencana cadangan. Ia turun langsung ke medan perang bersama Adipati Mondaraka.
Dengan strategi dan kekuatan yang lebih matang, Panembahan Senopati berhasil membuat pasukan Pati kacau balau. Banyak prajurit Pati yang terluka dan tewas dalam pertempuran itu. Meskipun telah menang, Panembahan Senopati tidak berhenti di situ. Ia terus mengejar Adipati Pragola dan pasukannya hingga ke Sungai Sampang, di mana banyak prajurit Pati yang gugur dan mayat mereka mengapung di permukaan air.
Adipati Pragola I, dalam kekacauan tersebut, hilang tanpa jejak. Setelah menghancurkan pasukan musuh, Panembahan Senopati pulang ke Mataram dengan kemenangan, membawa cerita tentang intrik dan cemburu yang akhirnya memecah belah dan meneguhkan kekuasaan Mataram.
Lihat Juga: Ini Tampang Bengis Suami Tikam Istri Bertubi-tubi hingga Tewas saat Live Karaoke di Facebook
Setelah pernikahan, Retna Dumilah menjadi permaisuri Panembahan Senopati, yang menambah rasa tidak puas Adipati Pragola I. Rasa cemburu yang membara ini akhirnya memicu niat pemberontakan di hati Pragola. Ia mengirim seorang utusan bernama Patradita untuk menyampaikan permintaan kepada Panembahan Senopati agar diberikan wilayah-wilayah di sebelah utara Gunung Kendeng.
Dalam buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja-Raja Jawa: Intrik, Konspirasi, Perebutan Harta, Tahta dan Wanita", disebutkan bahwa Panembahan Senopati mengabulkan permintaan tersebut. Beberapa wilayah seperti Warung Blora, Grobogan, dan Jipang, kemudian berada di bawah kekuasaan Pati. Namun, permohonan ini belum memuaskan Adipati Pragola I.
Adipati Pragola I kembali mengutus Patradita untuk meminta tombak beserta batangnya kepada Panembahan Senopati. Dengan alasan bahwa wilayah bang wetan menyerang Pati, Pragola ingin menguji kesetiaan Panembahan Senopati. Panembahan, yang menyadari maksud tersembunyi dari permintaan ini, hanya memberikan tombaknya tanpa batangnya.
Tidak lama setelah itu, Adipati Demak, Mas Sori, melaporkan kepada Panembahan Senopati bahwa wilayah-wilayah seperti Warung, Blora, Grobogan, dan Jipang sudah tunduk kepada Pati. Sementara itu, Adipati Pragola I, yang semakin percaya diri, secara terbuka menyatakan pembangkangannya terhadap Mataram.
Panembahan Senopati, yang menyadari ancaman ini, memerintahkan pasukan Mataram untuk bersiap menghadapi pasukan Pati. Pasukan Pati yang dipimpin oleh Adipati Pragola I terdiri dari tamtama-tamtama tangguh seperti Mangunjaya, Arya Sindurraja, Rajamanggala, Sawunggaling, Tohpati, Binorong, dan Surengpati, serta Pecatanda, Kanduruhan, dan Wilatikta yang bergerak menuju Mataram.
Mendengar kabar bahwa pasukan Pati akan menyerang, Mataram pun bersiap. Panembahan Senopati menunjuk Adipati Anom Mataram, Raden Mas Jolang, sebagai panglima perang. Pasukan Mataram kemudian berangkat ke Prambanan untuk menghadapi pasukan Pati.
Pertempuran sengit pun terjadi. Adipati Anom Mataram berhadapan langsung dengan Adipati Pragola I. Karena kesaktiannya, Adipati Pragola berhasil memukul mundur pasukan Adipati Anom Mataram. Namun, Panembahan Senopati telah menyiapkan rencana cadangan. Ia turun langsung ke medan perang bersama Adipati Mondaraka.
Dengan strategi dan kekuatan yang lebih matang, Panembahan Senopati berhasil membuat pasukan Pati kacau balau. Banyak prajurit Pati yang terluka dan tewas dalam pertempuran itu. Meskipun telah menang, Panembahan Senopati tidak berhenti di situ. Ia terus mengejar Adipati Pragola dan pasukannya hingga ke Sungai Sampang, di mana banyak prajurit Pati yang gugur dan mayat mereka mengapung di permukaan air.
Adipati Pragola I, dalam kekacauan tersebut, hilang tanpa jejak. Setelah menghancurkan pasukan musuh, Panembahan Senopati pulang ke Mataram dengan kemenangan, membawa cerita tentang intrik dan cemburu yang akhirnya memecah belah dan meneguhkan kekuasaan Mataram.
Lihat Juga: Ini Tampang Bengis Suami Tikam Istri Bertubi-tubi hingga Tewas saat Live Karaoke di Facebook
(hri)
tulis komentar anda