Pengolahan Sampah Berbasis Teknologi Zero Waste Dibangun di Klungkung
Senin, 27 Mei 2024 - 21:17 WIB
KLUNGKUNG - Pemkab Klungkung, Bali bakal membangun tempat pengolahan sampah berbasis teknologi dengan luas 5,6 hektare di Desa Dawan Kaler. Pembangunan pengolahan sampah ini bekerja sama dengan Yayasan Marutha Sejahtera Abadi.
"Tempat pengolahan sampah yang akan dibangun mampu mengolah semua sampah tanpa menyisakan residu atau zero waste. Sampah tersebut masuk akan otomatis dipilah oleh mesin, bukan tenaga manusia, sehingga bisa mempercepat proses pemilahan karena bisa terus bekerja tanpa libur," kata penjabat (Pj) Bupati Klungkung, I Nyoman Jendrika Senin (27/05/2024).
Tempat pengeloaan sampah tersebut akan menggunakan teknologi yang dengan metode Marutha Saiber 5R/Zero Waste (reduce, reuse, recycle, recovery, dan regenerative) berkapasitas 300 ton per 10 jam per hari. Teknologi tersebut bisa mengasilkan nol sampah residu.
Saat ini pengolahan sampah yang diterapkan oleh Pemkab Klungkung berada di TOSS Center Kusamba dan di TPS3R masing-masing desa.
"Namun sayangnya kedua tempat pengelolaan sampah tersebut masih menyisakan sampah residu dari hasil pemilahan sampah organik dan sampah anorganik. Sehingga harus dikelola di TPA Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan yang kondisinya sudah overload," papar I Nyoman Jendrika.
Proses pemilahan sampah rumah tangga di sumbernya membutuhkan dari partisipasi masyarakat. Mengoptimalkan pemilahan sampah membutuhkan tenaga kerja pemilah sampah, sementara volume sampah di Kabupaten Klungkung mencapai 200 ton per hari.
"Klungkung daratan menghasilkan sekitar 140 ton per hari dan Kecamatan Nusa Penida 60 ton per hari sampah per hari. Itu pun baru sampah rumah tangga, belum termasuk sampah industri pariwisata. Dengan adanya teknologi ini maka saya bersyukur karena bisa menjadi solusi permasalahan sampah yang ada," ujar Jendrika.
Sampah organik diolah menjadi pupuk organik. Air lindi yang keluar dari sampah diolah menjadi air untuk menyiram tanaman. Sampah anorganik seperti plastik, besi, kaca, dan sebagainya diolah menjadi bahan baku yang bisa diolah kembali menjadi produk.
"Jika tempat pengolahan sampah berbasis teknologi bisa beroperasi tahun ini, maka saya optimistis Klungkung akan menjadi pilot project dan menjadi yang pertama memiliki teknologi ini di Bali. Saya berharap masyarakat bisa menerima program ini. Jika jalan desa rusak karena dilalui oleh truk sampah, maka pemerintah akan turun tangan untuk perbaiki jalan tersebut," ujar Jendrika.
"Tempat pengolahan sampah yang akan dibangun mampu mengolah semua sampah tanpa menyisakan residu atau zero waste. Sampah tersebut masuk akan otomatis dipilah oleh mesin, bukan tenaga manusia, sehingga bisa mempercepat proses pemilahan karena bisa terus bekerja tanpa libur," kata penjabat (Pj) Bupati Klungkung, I Nyoman Jendrika Senin (27/05/2024).
Tempat pengeloaan sampah tersebut akan menggunakan teknologi yang dengan metode Marutha Saiber 5R/Zero Waste (reduce, reuse, recycle, recovery, dan regenerative) berkapasitas 300 ton per 10 jam per hari. Teknologi tersebut bisa mengasilkan nol sampah residu.
Saat ini pengolahan sampah yang diterapkan oleh Pemkab Klungkung berada di TOSS Center Kusamba dan di TPS3R masing-masing desa.
"Namun sayangnya kedua tempat pengelolaan sampah tersebut masih menyisakan sampah residu dari hasil pemilahan sampah organik dan sampah anorganik. Sehingga harus dikelola di TPA Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan yang kondisinya sudah overload," papar I Nyoman Jendrika.
Proses pemilahan sampah rumah tangga di sumbernya membutuhkan dari partisipasi masyarakat. Mengoptimalkan pemilahan sampah membutuhkan tenaga kerja pemilah sampah, sementara volume sampah di Kabupaten Klungkung mencapai 200 ton per hari.
"Klungkung daratan menghasilkan sekitar 140 ton per hari dan Kecamatan Nusa Penida 60 ton per hari sampah per hari. Itu pun baru sampah rumah tangga, belum termasuk sampah industri pariwisata. Dengan adanya teknologi ini maka saya bersyukur karena bisa menjadi solusi permasalahan sampah yang ada," ujar Jendrika.
Sampah organik diolah menjadi pupuk organik. Air lindi yang keluar dari sampah diolah menjadi air untuk menyiram tanaman. Sampah anorganik seperti plastik, besi, kaca, dan sebagainya diolah menjadi bahan baku yang bisa diolah kembali menjadi produk.
"Jika tempat pengolahan sampah berbasis teknologi bisa beroperasi tahun ini, maka saya optimistis Klungkung akan menjadi pilot project dan menjadi yang pertama memiliki teknologi ini di Bali. Saya berharap masyarakat bisa menerima program ini. Jika jalan desa rusak karena dilalui oleh truk sampah, maka pemerintah akan turun tangan untuk perbaiki jalan tersebut," ujar Jendrika.
(shf)
tulis komentar anda