Kunjungi Mahakam Ulu, Kepala BKKBN Ajak Masyarakat KB dan Cegah Stunting
Senin, 13 Mei 2024 - 12:47 WIB
Sulit untuk meningkatkan kesertaan KB karena masih terdapat budaya di mana masyarakat cenderung menganggap KB adalah hal abu.
”Karena penduduknya sedikit, dengan wilayah yang cukup luas, sehingga masyarakatnya banyak yang keberatan apabila jumlah anak di Mahakam Ulu dibatasi hanya dua,” kata Petronella Tugan, Senin (13/5/2024).
Namun, dirinya beserta Tim Pendamping Keluarga (TPK), para dokter, bidan, perawat, kader, beserta Penyuluh KB, tak henti-hentinya memberikan edukasi mengenai pentingnya KB dan aktif melakukan penggerakkan kepada masyarakat.
”Kita harapkan ke depan masyarakat lebih aware untuk menggunakan KB terutama implan karena efek sampingnya rendah bisa langsung digunakan setelah melahirkan, dipakai selama tiga tahun. Tidak repot seperti minum pil setiap malam, ketika lupa bisa kebobolan,” ujarnya.
Dia menyebut selain KB, juga digalakkan upaya percepatan penurunan stunting melalui pemberian makanan tambahan, berkoordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. “Melalui Kementerian Agama juga untuk mencegah pernikahan dini,” katanya.
Prevalensi stunting di Kabupaten Mahakam Ulu berada pada angka 10,78 persen berdasarkan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) 2023. Angka tersebut sudah menunjukkan penurunan dari sebelumnya 14,8% di 2022.
Kepala BKKBN dokter Hasto menjelaskan sebetulnya yang menjadi concern kualitas SDM. Walaupun tinggal di daerah hulu, menurutnya, tetap saja masyarakatnya harus hebat. “Memang jalanannya belum bagus, namun SDMnya harus bagus,” kata dokter Hasto.
“Saya tidak datang untuk menekan masyarakat maksimal anak dua, tapi misalnya anak tiga kehamilannya dijarakkan tiga tahun. Karena saya sangat concern dengan membangun kualitas SDM," ujarnya.
Hal itu diungkapkan dokter Hasto seusai memasangkan KB implan, lalu berdiskusi terbuka dengan para akseptor yang hadir. Salah satunya Ibu Tipung (40) yang memiliki lima anak. Akseptor KB ini sebelumnya memakai pil dan mengaku akan dipasang implan.
”Memang lebih bagus pakai susuk, karena sekarang sudah modern, sudah 1 batang. Hari ini pasang susuk nanti diganti setelah tiga tahun,” katanya.
”Karena penduduknya sedikit, dengan wilayah yang cukup luas, sehingga masyarakatnya banyak yang keberatan apabila jumlah anak di Mahakam Ulu dibatasi hanya dua,” kata Petronella Tugan, Senin (13/5/2024).
Namun, dirinya beserta Tim Pendamping Keluarga (TPK), para dokter, bidan, perawat, kader, beserta Penyuluh KB, tak henti-hentinya memberikan edukasi mengenai pentingnya KB dan aktif melakukan penggerakkan kepada masyarakat.
”Kita harapkan ke depan masyarakat lebih aware untuk menggunakan KB terutama implan karena efek sampingnya rendah bisa langsung digunakan setelah melahirkan, dipakai selama tiga tahun. Tidak repot seperti minum pil setiap malam, ketika lupa bisa kebobolan,” ujarnya.
Dia menyebut selain KB, juga digalakkan upaya percepatan penurunan stunting melalui pemberian makanan tambahan, berkoordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. “Melalui Kementerian Agama juga untuk mencegah pernikahan dini,” katanya.
Prevalensi stunting di Kabupaten Mahakam Ulu berada pada angka 10,78 persen berdasarkan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) 2023. Angka tersebut sudah menunjukkan penurunan dari sebelumnya 14,8% di 2022.
Kepala BKKBN dokter Hasto menjelaskan sebetulnya yang menjadi concern kualitas SDM. Walaupun tinggal di daerah hulu, menurutnya, tetap saja masyarakatnya harus hebat. “Memang jalanannya belum bagus, namun SDMnya harus bagus,” kata dokter Hasto.
“Saya tidak datang untuk menekan masyarakat maksimal anak dua, tapi misalnya anak tiga kehamilannya dijarakkan tiga tahun. Karena saya sangat concern dengan membangun kualitas SDM," ujarnya.
Hal itu diungkapkan dokter Hasto seusai memasangkan KB implan, lalu berdiskusi terbuka dengan para akseptor yang hadir. Salah satunya Ibu Tipung (40) yang memiliki lima anak. Akseptor KB ini sebelumnya memakai pil dan mengaku akan dipasang implan.
”Memang lebih bagus pakai susuk, karena sekarang sudah modern, sudah 1 batang. Hari ini pasang susuk nanti diganti setelah tiga tahun,” katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda