Pemilu 2024 di Puncak Musim Hujan, BMKG: Waspadai Potensi Bencana
Rabu, 31 Januari 2024 - 14:18 WIB
BANDUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk mewaspadai potensi bencana alam pada hari pencoblosan dan perhitungan surat suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, puncak musim hujan di Jabar akan terjadi pada akhir Januari hingga Maret 2024. Dari kondisi itu, berpotensi menimbulkan beberapa bencana alam.
”Apalagi kita akan punya hajat besar, pemungutan suara. Tentunya kita berkoordinasi dengan Pak Gubernur, BPBD bagaimana upaya mitigasi agar curah hujan yang tinggi tidak mengganggu hajat nasional kita,” ucap Dwikorita di Gedung Sate Bandung, Rabu (31/1/2024).
Usai pertemuannya dengan Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, kata Dwikorita, pihaknya mendorong agar segera melakukan mitigasi kebencanaan dilakukan, guna menjaga kelancaran hajat lima tahunan itu.
Meski begitu, curah hujan tinggi akhir Januari-Maret ini sebetulnya normal jika mengukur rata-rata bulanan selama 30 tahun terakhir.
”Kurang lebih sama, tidak ada anomali. Bisa mencapai 400 milimeter dalam satu bulan. Tetapi secara harian bisa mengalami ekstrem. Curah hujan bisa mencapai 100 milimeter lebih perhari dan kadang bisa mencapai 150 milimeter,” terangnya.
Menurut dia, hujan ekstrem ini berpotensi menganggu lingkungan, merusak dan mengakibatkan longsor dan banjir bandang. Sehingga upaya mitigasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini di kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat.
”Perlu kewaspadaan, inspeksi sungai apakah ada sunbatan agar tidak menyebabkan banjir bandang,” ujarnya.
Kepala Stasiun BMKG Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, dalam pertemuan pihaknya juga menyampaikan daerah-daerah di Jabar yang rawan bencana.
Sampai saat ini, wilayah Jabar bagian timur yang harus diberikan mitigasi lebih. ”Yang harus diwaspadai adalah Jawa Barat bagian timur dan selatan. Majalengka, Sukabumi. Iya (itu daerah) lumbung pangan,” tandasnya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, puncak musim hujan di Jabar akan terjadi pada akhir Januari hingga Maret 2024. Dari kondisi itu, berpotensi menimbulkan beberapa bencana alam.
”Apalagi kita akan punya hajat besar, pemungutan suara. Tentunya kita berkoordinasi dengan Pak Gubernur, BPBD bagaimana upaya mitigasi agar curah hujan yang tinggi tidak mengganggu hajat nasional kita,” ucap Dwikorita di Gedung Sate Bandung, Rabu (31/1/2024).
Usai pertemuannya dengan Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin, kata Dwikorita, pihaknya mendorong agar segera melakukan mitigasi kebencanaan dilakukan, guna menjaga kelancaran hajat lima tahunan itu.
Meski begitu, curah hujan tinggi akhir Januari-Maret ini sebetulnya normal jika mengukur rata-rata bulanan selama 30 tahun terakhir.
”Kurang lebih sama, tidak ada anomali. Bisa mencapai 400 milimeter dalam satu bulan. Tetapi secara harian bisa mengalami ekstrem. Curah hujan bisa mencapai 100 milimeter lebih perhari dan kadang bisa mencapai 150 milimeter,” terangnya.
Menurut dia, hujan ekstrem ini berpotensi menganggu lingkungan, merusak dan mengakibatkan longsor dan banjir bandang. Sehingga upaya mitigasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini di kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat.
”Perlu kewaspadaan, inspeksi sungai apakah ada sunbatan agar tidak menyebabkan banjir bandang,” ujarnya.
Kepala Stasiun BMKG Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, dalam pertemuan pihaknya juga menyampaikan daerah-daerah di Jabar yang rawan bencana.
Sampai saat ini, wilayah Jabar bagian timur yang harus diberikan mitigasi lebih. ”Yang harus diwaspadai adalah Jawa Barat bagian timur dan selatan. Majalengka, Sukabumi. Iya (itu daerah) lumbung pangan,” tandasnya.
(ams)
tulis komentar anda