Kisah Ratu Kalinyamat Terima Bisikan Gaib Agar Tinggalkan Pertapaan karena Tak Aman

Rabu, 24 Januari 2024 - 06:18 WIB
Ratu Kalinyamat merupakan penguasa Jepara yang berani melawan penjajah Portugis di Malaka. Foto/Ist/Wikipedia
Konflik internal melanda Kesultanan Demak setelah pembunuhan Sultan Trenggono dan suami dari Ratu Kalinyamat . Aktornya antara Arya Penangsang, yang tak lain juga penguasa Jipang, sekaligus tercatat penguasa Demak kelima. Drama pembunuhan dan balas dendam kental keberhasilan Arya Penangsang membunuh beberapa keluarga dekat Sultan Trenggono.

Ratu Kalinyamat penguasa Jepara, yang juga anak Sultan Trenggono pun bereaksi dengan ulah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional pemerintah Indonesia pada November 2023 lalu pun, menaruh dendam kepada Arya Penangsang.

Apalagi Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat pun terbunuh di tangan Arya Penangsang. Sang ratu Jepara itu pun mencoba mencari cara menghabisi Arya Penangsang, dengan meminta petunjuk melalui bertapa. Sang ratu bertapa di pegunungan Danaraja, di wilayah Jepara bagian utara.



Ratu Kalinyamat bersumpah bahwa dirinya akan bertapa dan tidak akan keluar dari pertapaannya, sampai dendamnya terhadap Arya Penangsang terpenuhi. Sang Ratu bersumpah, dirinya akan terus bertapa sampai bisa menginjak-injak kepalanya Arya Penangsang.



Soal pertapaannya Ratu Kalinyamat ini, Hadi Priyanto dalam bukunya, 'Ratu Kalinyamat : Reinha de Jepara', sebagaimana tercantum dalam "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II" tulisan Peri Mardiyono menjelaskan, bahwa pertama kali tempat yang digunakan Ratu Kalinyamat untuk bertapa itu adalah Batu Gilang. Namun tidak lama kemudian, ia mendapatkan bisikan gaib untuk meninggalkan Batu Gilang sebab tempat ini tidak aman.

Selain itu, orang yang ditugasi sebagai telik sandi atau mata-mata dari Ratu Kalinyamat memberikan informasi bahwa keselamatannya di Batu Gilang terancam. Maka pada malam harinya, dengan diiringi sejumlah pasukan pengawalnya, Ratu Kalinyamat meninggalkan Batu Gilang untuk menuju ke pelosok Desa Danaraja atau Donoroso.

Di tempat baru ini, Ratu Kalinyamat memilih tempat bernama Batu Gandik, sebuah bukit yang menghadap ke laut, sebagai tempat pertapaannya. Di bukit Danaraja ini pula, Ratu Kalinyamat bersama para prajuritnya membangun sebuah banteng yang kokoh untuk basis perlindungan dari kemungkinan penyerangan pasukan Arya Penangsang.

Tentang pembangunan banteng di bukit Danaraja itu, De Graaf dan Pigeaud menduga, bahwa upaya Ratu Kalinyamat, untuk mendirikan banteng tersebut karena dirinya khawatir akan serangan kembali Arya Penangsang. Sebab meskipun Arya Penangsang telah berhasil membunuh Sultan Prawoto, kakak kandungnya dan suaminya, Sultan Hadirin.

Pada kenyataannya Adipati Pajang itu belum berhasil menguasai takhta Kasultanan Demak. Atas dasar ini pula, Ratu Kalinyamat membangun bantengnya itu jauh dari istananya yang ada di Kalinyamat, berdekatan dengan Kudus.
(hri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content