Kisah Raja Mataram Dharmawangsa Teguh yang Minim Tinggalkan Bukti Artefak Sejarah

Senin, 22 Januari 2024 - 05:57 WIB
Kerajaan Mataram Kuno memasuki masa gelap dari sisi catatan sejarah di masa raja Dharmawangsa Teguh. Foto/ilustrasi/gurupendidikant
Kerajaan Mataram Kuno memasuki masa gelap dari sisi catatan sejarah di masa raja Dharmawangsa Teguh. Saat itu konon Mataram kuno telah berpindah ke ibu kota di Jawa Timur, selepas pemerintahan Raja Mpu Sindok.

Selama 70 tahun setelah Mpu Sindok berkuasa konon hanya ada tiga prasasti yang ditemukan dari masa Dharmawangsa Teguh. Ketiganya yakni Prasasti Hara-hara berangka tahun 888 Saka atau 966 M, Prasasti Kawambang Kulwan tahun 913 Saka atau 992 M, dan Prasasti Lucem tahun 934 Saka atau perkiraan antara 1012 - 1013 M.

Prasasti Hara-Hara berisi keterangan tentang pemberian tanah sima oleh Pu Mano, yang telah diwarisinya dari nenek moyangnya, yang terletak di Desa Hara- Hara, di sebelah selatan perumahannya, kepada Mpungku di Susuk Pagěr dan Mpungku di Nairañjana yang bernama Mpu Buddhiwala, untuk digunakan sebagai tempat mendirikan bangunan suci (kuți).



Sebagai sumber pembiayaan pemeliharaan dan biaya upacara di dalam bangunan suci tersebut, ditebuslah sawah yang terletak di sebelah selatannya seluas 3 tampah, yang telah digadai oleh Mpungku Susuk Pagěr dan Mpungku di Nairañjana, sebagaimana dikisahkan pada "Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno".



Prasasti Kawambang Kulwan boleh dikatakan belum diterbitkan sebagaimana mestinya. Apa yang terdapat dalam transkripsi Brandes sebagian kecil permulaannya saja, itu pun hanya dibaca satu sisi, sedangkan prasasti ini ditulis melingkar.

Secara garis besar prasasti ini menggambarkan anugerah raja, berupa sima kepada Desa Kawambang Kulwan, agar Sang Pamgat Kanuruhan mendirikan suatu bangunan suci pemujaan dewa. Melihat angka tahunnya, prasasti ini berasal dari masa pemerintahan Dharmmawangsa Teguh. Sayang nama rajanya belum terbaca, yang ada ialah nama pejabat tinggi yang menerima hadiah, yaitu Pu Dharmmasanggrāmawikranta.

Suatu peristiwa unik yang diperingati dengan prasasti yang dipahat pada batu alam yang besar ialah perbaikan jalan oleh Samgat Lucem pu Ghek (atau Lök), dan penanaman pohon beringin oleh Sang Apañji Těpět. Konon pohon beringin itu ditanam di tempat permulaan atau akhir jalan yang diperbaiki itu. Peristiwa ini diperingati dengan prasasti Lucěm yang ditulis dengan huruf kuadrat yang besar-besar.
(hri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content