Pertengkaran Pangeran Diponegoro dengan Sultan Hamengkubuwono IV yang Merugikan Pribumi Jawa
Kamis, 30 November 2023 - 08:29 WIB
YOGYAKARTA - Keputusan Sultan Hamengkubuwono IV yang mengizinkan Belanda, orang Eropa dan Tionghoa menyewa tanah disesali Pangeran Diponegoro. Bahkan akibat kebijakan Sultan Yogya yang masih adik Pangeran Diponegoro, keduanya sempat berseteru.
Reaksi Pangeran Diponegoro terhadap persoalan sewa tanah sudah dapat diduga. Sang pangeran tidak senang dengan kebijakan yang diambil oleh adiknya untuk menyewakan tanah di Bedoyo, kawasan dataran tinggi lereng Gunung Merapi.
Sang pangeran sendiri konon tidak pernah menyewakan tanah jabatannya. Pangeran Diponegoro konon tidak seperti kebanyakan pangeran keraton di zamannya. Sosoknya juga terkenal sangat teliti dan berhati hati dalam mengelola harta kekayaan.
Hubungannya yang akrab dengan para petani penggarap tanah dan perluasan tanah yang dilakukan membuat dia menjadi salah satu pemilik tanah terluas dan terkaya di kesultanan.
Alhasil ketika ada inisiatif dan usulan Nahuys Van Burgst Residen Belanda di Yogyakarta dan Belanda, sang pangeran amat begitu terganggu.
Bahkan Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1855" menyebut Pangeran sering bertengkar dengan adiknya, Sultan Hamengku Buwono IV, tentang pantas tidaknya menyewakan lahan kepada orang Eropa.
Sementara itu, Buku Kedung Kebo bahkan menyebutkan bagaimana pada saat dilangsungkan upacara Garebeg Puwasa, 12 Juli 1820, Pangeran Diponegoro secara terbuka di muka umum memarahi Danurejo IV, yang mengizinkan penyewaan lahan sawah milik kerajaan kepada pengusaha perkebunan nila asal Inggris.
Reaksi Pangeran Diponegoro terhadap persoalan sewa tanah sudah dapat diduga. Sang pangeran tidak senang dengan kebijakan yang diambil oleh adiknya untuk menyewakan tanah di Bedoyo, kawasan dataran tinggi lereng Gunung Merapi.
Sang pangeran sendiri konon tidak pernah menyewakan tanah jabatannya. Pangeran Diponegoro konon tidak seperti kebanyakan pangeran keraton di zamannya. Sosoknya juga terkenal sangat teliti dan berhati hati dalam mengelola harta kekayaan.
Baca Juga
Hubungannya yang akrab dengan para petani penggarap tanah dan perluasan tanah yang dilakukan membuat dia menjadi salah satu pemilik tanah terluas dan terkaya di kesultanan.
Alhasil ketika ada inisiatif dan usulan Nahuys Van Burgst Residen Belanda di Yogyakarta dan Belanda, sang pangeran amat begitu terganggu.
Bahkan Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1855" menyebut Pangeran sering bertengkar dengan adiknya, Sultan Hamengku Buwono IV, tentang pantas tidaknya menyewakan lahan kepada orang Eropa.
Sementara itu, Buku Kedung Kebo bahkan menyebutkan bagaimana pada saat dilangsungkan upacara Garebeg Puwasa, 12 Juli 1820, Pangeran Diponegoro secara terbuka di muka umum memarahi Danurejo IV, yang mengizinkan penyewaan lahan sawah milik kerajaan kepada pengusaha perkebunan nila asal Inggris.
Lihat Juga :
tulis komentar anda