Cerita Tukang Tahu Keliling Wujudkan Impian Naik Haji setelah 40 Tahun Menabung di Celengan
Rabu, 14 Juni 2023 - 09:36 WIB
SURABAYA - Penjual tahu keliling, Kasan Solin mengaku sangat berbahagia lantaran bisa berangkat ke tanah suci untuk bisa menunaikan ibadah haji. Calon jemaah haji kloter 48 asal Dusun Karangsukup, Desa Kunir Kidul, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang naik haji bersama istrinya, Susiana.
Bagi Kasan, bisa berhaji ke Baitullah sudah menjadi cita yang diidam-idamkan sejak ia masih remaja. “Sejak saya masih bujang (belum menikah), saya sudah kepingin sekali bisa berangkat haji. Sedikit demi sedikit, waktu itu sekitar tahun 1983 saya mulai menyisihkan setiap pendapatan yang saya terima,” tuturnya sambil mengenang awal mula perjuangannya untuk berhaji.
Dia mengatakan, pertama kali menabung untuk haji dengan menyisihkan uangnya di celengan yang ia simpan dalam lemari bajunya. Mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000. Waktu itu, pria berusia 55 tahun tersebut masih menjadi buruh perusahaan tahu milik pamannya.
Baca juga: Kisah Penjual Nasi Goreng Naik Haji dari Tabungan Uang Rokok Selama 20 Tahun
Setelah merasa mampu berusaha sendiri, Kasan mulai merintis usaha produksi tahunya sendiri. Tak hanya produksi sendiri, dia juga yang menjajakan tahunya dari kampung ke kampung sambil naik motor ini. Setelah uang dalam celengan dirasa penuh, Kasan pun memecahkannya dan ia pergunakan untuk membeli seekor sapi.
“Dari seekor sapi itu, saya rawat baik-baik sehingga berkembang menjadi 4 ekor sapi. Pada tahun 2011, saya jual semua sapi yang saya punya untuk daftar naik haji dan dijadwalkan berangkat tahun 2021,” jelasnya.
Kini, setiap hari dia memproduksi tahu dari sekitar 30 kilogram (kg) kedelai. Selama Kasan berhaji, usaha tahunya tetap berjalan dengan dibantu anak-anaknya. Ia mengaku tidak memiliki karyawan lain selain istri dan anak-anaknya yang telah ia ajari produksi tahu.
Kasan dan istri sangat berbahagia, setelah sempat tertunda karena pandemi Covid-19, tahun ini mereka bisa menyempurnakan rukun Islam ke-5. “Doa yang dipanjatkan nanti semoga hidup makmur dan sehat serta anak-anak kami juga bisa naik haji semua,” pungkasnya
Bagi Kasan, bisa berhaji ke Baitullah sudah menjadi cita yang diidam-idamkan sejak ia masih remaja. “Sejak saya masih bujang (belum menikah), saya sudah kepingin sekali bisa berangkat haji. Sedikit demi sedikit, waktu itu sekitar tahun 1983 saya mulai menyisihkan setiap pendapatan yang saya terima,” tuturnya sambil mengenang awal mula perjuangannya untuk berhaji.
Dia mengatakan, pertama kali menabung untuk haji dengan menyisihkan uangnya di celengan yang ia simpan dalam lemari bajunya. Mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000. Waktu itu, pria berusia 55 tahun tersebut masih menjadi buruh perusahaan tahu milik pamannya.
Baca juga: Kisah Penjual Nasi Goreng Naik Haji dari Tabungan Uang Rokok Selama 20 Tahun
Setelah merasa mampu berusaha sendiri, Kasan mulai merintis usaha produksi tahunya sendiri. Tak hanya produksi sendiri, dia juga yang menjajakan tahunya dari kampung ke kampung sambil naik motor ini. Setelah uang dalam celengan dirasa penuh, Kasan pun memecahkannya dan ia pergunakan untuk membeli seekor sapi.
“Dari seekor sapi itu, saya rawat baik-baik sehingga berkembang menjadi 4 ekor sapi. Pada tahun 2011, saya jual semua sapi yang saya punya untuk daftar naik haji dan dijadwalkan berangkat tahun 2021,” jelasnya.
Kini, setiap hari dia memproduksi tahu dari sekitar 30 kilogram (kg) kedelai. Selama Kasan berhaji, usaha tahunya tetap berjalan dengan dibantu anak-anaknya. Ia mengaku tidak memiliki karyawan lain selain istri dan anak-anaknya yang telah ia ajari produksi tahu.
Kasan dan istri sangat berbahagia, setelah sempat tertunda karena pandemi Covid-19, tahun ini mereka bisa menyempurnakan rukun Islam ke-5. “Doa yang dipanjatkan nanti semoga hidup makmur dan sehat serta anak-anak kami juga bisa naik haji semua,” pungkasnya
(msd)
tulis komentar anda