680 Ekor Sapi Terserang Penyakit Lato-lato, Peternak Gunungkidul Resah
Minggu, 07 Mei 2023 - 21:34 WIB
GUNUNGKIDUL - Penyakit lumpy skin disease (LSD) semakin masif menyerang ternak di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Sejumlah peternak resah harus mengeluarkan biaya tambahan dan harga sapi menjadi turun.
Penyakit LSD ini kerap disebut masyarakat dengan penyakit lato-lato lantaran kulitnya banyak terdapat benjolan. Sampai Mei ini tercatat lebih dari 680 sapi yang terserang LSD.
Sebanyak empat ekor di antaranya mati. Baca Juga Warga Pagerjurang Gunungkidul Minta Pemerintah Perbaiki Jembatan yang Putus “Kasus kumulatif sampai 3 Mei ada 680 kasus LSD dan ada 4 ternak mati,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Purbawanti Wulandari, Minggu (7/5/2023).
Kabid Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan penyakit tersebut memasuki Kabupaten Gunungkidul sejak Februari lalu. Kasus ini sudah menyebar di 17 dari 18 Kapanewon di Gunungkidul.
Baca juga: Detik-Detik Menegangkan Bus Pariwisata Sarat Penumpang Terjun ke Jurang di Tegal
Kasus terbanyak di Kapanewon Ngawen dengan 220 kasus, disusu Kapanewon Gedangsari 174 kasus. Di Kapanewon Nglipar ada 81 kasus, selebihnya bervariasi mulai dari 1 hingga 6 kasus dalam 1 kapanewon. “Kami terus lakukan pengawasan dan pendataan untuk menekan wabah ini, dan untuk vaksinasi kami masih menununggu instruksi dari pusat,” tuturnya.
Sementara itu peternak sapi di Pulutan, Tugiyanto mengaku resah dengan maraknya penyakit LSD. Sebab peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memeriksakan. Selain itu harga jual sapi juga turun.
“Jelas, kami harus mengeluarkan biaya tambahan. Harga jual sapi juga menjadi turun,” katanya. Sejauh ini peternak berupaya mengobati sapi secara swadaya. Peternak juga meningkatkan koondisi kandang agar lebih bersih dan tidak mudah terjangkit penyakit.
Penyakit LSD ini kerap disebut masyarakat dengan penyakit lato-lato lantaran kulitnya banyak terdapat benjolan. Sampai Mei ini tercatat lebih dari 680 sapi yang terserang LSD.
Sebanyak empat ekor di antaranya mati. Baca Juga Warga Pagerjurang Gunungkidul Minta Pemerintah Perbaiki Jembatan yang Putus “Kasus kumulatif sampai 3 Mei ada 680 kasus LSD dan ada 4 ternak mati,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Purbawanti Wulandari, Minggu (7/5/2023).
Kabid Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan penyakit tersebut memasuki Kabupaten Gunungkidul sejak Februari lalu. Kasus ini sudah menyebar di 17 dari 18 Kapanewon di Gunungkidul.
Baca juga: Detik-Detik Menegangkan Bus Pariwisata Sarat Penumpang Terjun ke Jurang di Tegal
Kasus terbanyak di Kapanewon Ngawen dengan 220 kasus, disusu Kapanewon Gedangsari 174 kasus. Di Kapanewon Nglipar ada 81 kasus, selebihnya bervariasi mulai dari 1 hingga 6 kasus dalam 1 kapanewon. “Kami terus lakukan pengawasan dan pendataan untuk menekan wabah ini, dan untuk vaksinasi kami masih menununggu instruksi dari pusat,” tuturnya.
Sementara itu peternak sapi di Pulutan, Tugiyanto mengaku resah dengan maraknya penyakit LSD. Sebab peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memeriksakan. Selain itu harga jual sapi juga turun.
“Jelas, kami harus mengeluarkan biaya tambahan. Harga jual sapi juga menjadi turun,” katanya. Sejauh ini peternak berupaya mengobati sapi secara swadaya. Peternak juga meningkatkan koondisi kandang agar lebih bersih dan tidak mudah terjangkit penyakit.
(msd)
tulis komentar anda