Kisah Ki Ageng Pamanahan Membangun Tanah Mataram Menjadi Kerajaan Besar
Kamis, 06 April 2023 - 05:38 WIB
Jalan-jalan ditanami dengan pohon buah-buahan. Pembangunan ini berlangsung pada 1591.
Tetapi yang mencolok disini dari catatan De Graaf adalah adanya piagam raja dan pengakuan dari rakyat, yang tidak terdapat dalam Babad Tanah Djawi. Disebutkan bahwa Jawa kadang-kadang lebih demokratis daripada apa yang tampak. Hal ini memunculkan tafsiran apakah karena pengaruh luar negeri di sini.
Kisah lain konon Ki Gede Pamanahan pernah mengumpulkan segerombolan penjahat dan pencuri yang melakukan pencurian dan perampokan. Tak hanya itu ia mengumpulkan rakyatnya untuk digunakan merebut daerah Mataram dan menyebut dirinya Kiai Gede Mataram.
Karena nasib mujur, ia mendapatkan banyak pengikut serta kekuasaan yang tidak kurang besarnya, sehingga dalam waktu singkat dapat merebut tempat-tempat di sekitarnya, dan dengan kekerasan menaklukkan daerah-daerah Jipang, Panaraga, Canbang, dan Coerij (atau Coenij)."
Begitu damai tampaknya berita dari kronik-kronik resmi, sebaliknya begitu banyak kekerasan yang termuat dalam berita-berita dari Cirebon. Mengenai pendirian keraton tidak ada sepatah kata pun; tetapi banyak dikisahkan ekspedisi-ekspedisi ke daerah-daerah yang ketika itu belum dibayangkan orang Mataram.
Canbang dan Coerij (Coenij) mungkin salah penulisan terhadap kata Kembang Kuning, seperti nama berbagai desa, sehingga tiada pegangan yang cukup kuat bagi kita. Rupanya, terjadi percampurbauran antara sejumlah penaklukan yang lama dan yang kemudian, oleh raja-raja Mataram.
Tetapi yang mencolok disini dari catatan De Graaf adalah adanya piagam raja dan pengakuan dari rakyat, yang tidak terdapat dalam Babad Tanah Djawi. Disebutkan bahwa Jawa kadang-kadang lebih demokratis daripada apa yang tampak. Hal ini memunculkan tafsiran apakah karena pengaruh luar negeri di sini.
Kisah lain konon Ki Gede Pamanahan pernah mengumpulkan segerombolan penjahat dan pencuri yang melakukan pencurian dan perampokan. Tak hanya itu ia mengumpulkan rakyatnya untuk digunakan merebut daerah Mataram dan menyebut dirinya Kiai Gede Mataram.
Karena nasib mujur, ia mendapatkan banyak pengikut serta kekuasaan yang tidak kurang besarnya, sehingga dalam waktu singkat dapat merebut tempat-tempat di sekitarnya, dan dengan kekerasan menaklukkan daerah-daerah Jipang, Panaraga, Canbang, dan Coerij (atau Coenij)."
Begitu damai tampaknya berita dari kronik-kronik resmi, sebaliknya begitu banyak kekerasan yang termuat dalam berita-berita dari Cirebon. Mengenai pendirian keraton tidak ada sepatah kata pun; tetapi banyak dikisahkan ekspedisi-ekspedisi ke daerah-daerah yang ketika itu belum dibayangkan orang Mataram.
Canbang dan Coerij (Coenij) mungkin salah penulisan terhadap kata Kembang Kuning, seperti nama berbagai desa, sehingga tiada pegangan yang cukup kuat bagi kita. Rupanya, terjadi percampurbauran antara sejumlah penaklukan yang lama dan yang kemudian, oleh raja-raja Mataram.
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda