Anapha Ramaikan Car Free Day Dago

Senin, 11 Mei 2015 - 10:07 WIB
Anapha Ramaikan Car Free Day Dago
Anapha Ramaikan Car Free Day Dago
A A A
BANDUNG - Pertunjukan menarik namun tetap mengangkat sisi tradisi disuguhkan pada Pentas Seni dan Budaya Geulis Deui Car Free Day di Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, kemarin.

Selain mempertontonkan anak-anak dari Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kiaracondong, dan akustik BPI 2, juga hadir penari dari sanggar Anapha.

Penari dari sanggar tersebut, memulai dengan tari jaipong dengan lincahnya. Alunan suara kendang menjadi pengiring setiap gerakan tarian yang dibawakan. Dengan perpaduan kostum berwarna hijau dan kuning lengkap dengan aksesoris berwarna emas di kepala melengkapi kesempurnaan setiap gerakan tarian yang dibawakan. Tak lama kemudian hadir em pat penari lain yang menggunakan pakaian berwarna ungu.

Berbeda dengan penari se belumnya, empat penari ini membawakan tarian bergaya modern (modern dance). Keempat nya tampil energik membawakan setiap gerakan pada acara yang digelar di depan Hotel Geulis Jalan Ir H Djuanda, kemarin. Acara ini merupakan acara yang digelar kerja sama Hotel Geulis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung dan KORAN SINDOJabar.

Perwakilan Anapha Production Acep Mohamad Hamdan mengatakan, dalam acara ini ada empat tarian yang diba wakan yakni Tari Rampak Jaipong Rahwana Ibong, Tari Kreasi Ringkang Raspati, Tari Jaipong Tunggal Makalangan, dan tari kreasi kolaborasi antara tradisional dan modern. Masing masing tarian yang dibawakan memiliki sisi filosofi tersendiri. Seperti tarian rampak jaipong rahwana ibong yakni mencirikan wanita yang tengah merasa kehilangan tapi tetap bertahan.

Sehingga gerakan yang di bawakan cenderung lebih lemah lem but. Berbeda dengan tarian jaipong tunggal makalangan. Tarian ini menceritakan mengenai orang orang panggung tentang perang. Sehingga ge rak an yang dibawakan cen de rung lebih bertenaga. “Setiap tarian memiliki cerita tersen diri,” ujar Acep. Khusus untuk tari kolaborasi, dia mengaku memiliki banyak ide unik.

“Kami ngebaca situasi yang sedang ngetren. Misalnya lagi ngetren goyang dumang dipilih goyang dumang atau harlem shake. Seperti tadi saat kolaborasi kami menampilkan konsep tarian robotik. Kami fleksibel,” ucapnya. Acep menuturkan, sang garnya sudah sering diundang di acara Dago CFD. Sejak awal CFD digelar pada 2011, sanggarnya sudah minta tampil di gelaran acara pentas seni. “Dulu pas awal awal dago CFD kami nanya sama pani tianya, apa kami bisa tampil apa eng gak. Setelah diizinkan tampil, justru kami banyak diajakin tampil di luar,” katanya.

Menurut Acep, Anapha sendiri merupakan kumpulan dari para siswa-siswi serta alumni SMA 6 Cimahi yang memiliki minat terhadap keseni an tradisional. Berawal ektrakulikuler karawitan dari sekolah, Anapha kini telah menjadi komunitas yang diakui oleh masyarakat termasuk dari kota kota lain. “Kami dulunya pecinta saja. Karena kami kumpulan pecinta seni tari dari SMA 6 Cimahi. Ada siswa alumni. Kami semua belajar otodidak. Akhirnya kami mulai ikut lomba jaipong murni,” kata nya.

Komunitas yang baru resmi dibentuk sekitar November 2014 ini telah mengikuti se jumlah festival bergengsi di antaranya festival antar kota se-Jawa Barat di Cianjur dan Purwakarta. Selain itu juga sejumlah helaran parade yang digelar di beberapa kota yang mewakili Kota Cimahi. Satu hal yang unik yakni saat tampil di Braga Feastival 2013, Anapha menam pilkan sesuatu yang unik yakni menari sambil melukis.

“Tiap gerak an tarian, diiringi norehinke kanvas,” katanya. Tak hanya itu, Anapha juga menjuarai beberapa lomba tari. Di antaranya Juara tiga Kirab Seni Jawa Barat 2014, juara harapan 1 Kemilau Nusan tara 2014 . “Kalau di jaipong se-kota Cimahi juara 1. Bulan April di UPI tari tradisonal se-Jawa Barat juara 2,” kata Acep.

Dian rosadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3134 seconds (0.1#10.140)