Totalitas Mengabdi

Minggu, 10 Mei 2015 - 10:30 WIB
Totalitas Mengabdi
Totalitas Mengabdi
A A A
Puncak karier seorang aktivis adalah menjadi seorang pejabat publik. Namun berbeda halnya dengan Yayan Siswandi. Aktivis muda dari wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya ini bukan hanya ingin terjun dalam politik praktis saja, tapi juga menjadi ujung tombak dalam membantu masyarakat.

Sebagai kepala desa termuda di Kabupaten Tasikmalaya bagaimana sepakterjangnya dalam memperjuangkan aspirasinya serta membantu menyukseskan pembangunan pemerintah dengan bekal ilmu yang dimilikinya? Berikut perbincangannya dengan reporter KORAN SINDONanang Kuswara belum lama ini.

Sejak kapan Anda menjabat kepala desa?

Pada saat itu tahun 2013, Kepala Desa Desa Padawaras berakhir masa jabatannya. Saat itulah ramai sejumlah nama calon yang dipastikan bakal maju, namun saat itu masyarakat menginginkan seorang pemimpin yang enerjik, mampu berkomunikasi dengan maayarakat dan pemerintah.

Saat itu saya menjabat Ketua Pengurus Kecamatan Cipatujah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan diminta untuk ikut maju pada pemilihan kepala desa. Atas dorongan masyarakat itulah saya maju dan ternyata menang dengan meraih suara hingga 70 persen sudara dari total tiga cakon yang maju.

Alasan apa yang melatarbelakangi Anda menjadi kepala desa?

Saya merasa terpanggil dan tertantang ingin mengabdikan sebagian hidup saya untuk orang lain, khususnya masyarakat didesa tempat saya dilahirkan dan di besarkan dengan ilmu yg saya miliki. Juga atas dasar keprihatinan melihat kondisi masyarakat dan infrastruktur desa yang tertinggal. Saya dianggap menyandang nama besar sebagai aktivis di sebuah organisasi. malu rasanya jika tidak mampu membangun dan mengemban amanah masyarakat.

Anda sadar menjadi kepala desa termuda di Kabupaten Tasikmalaya?

Saya tahu pada saat pelantikan saja, ternyata memang saya paling muda dibandingkan yang lain bahkan hingga saat ini. Saat terpilih usia saya saat itu baru berusia 32 tahun, namun tidak membuat saya berkecil hati karena amanah para pemilih saya itulah yang menjadi penyemangat agar benar-benar menjadi pemimpin yang membawa perubahan bagi masyarakat di sini.

Kebijakan apa yang pertamakali Anda terapkan saat memimpin?

Pertama, mereformasi tatanan kerja atau staf di balai desa. Kedua, memangkas jalur birokrasi di pemerintahan desa. Ketiga, membuka ruang informasi bagi masyarakat berkenaan dengan berbagai kebijakan dan alokasi dana bantuan. Kemudian tak lama saya menjabat, balai desa yang rusak pun saya rehab total dan dibangun secara permanen dengan dua lantai, bahkan saya tidak segan-segan untuk turun langsung mengerjakannya secara gotongroyong.

Anda dikenal masyarakat suka turun langsung dan menyerap aspirasi. Tujuannya untuk apa?

Ya, saya ingin mendengarkan secara lang sung keluhan dan keinginan apa yang diharapkan masyarakat. Disanalah saya mendengar keluh kesah masyarakat yang ke mudian menjadi kekuatan saya untuk bisa mengalirkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya kepada masyarakat saya.

Keluhan apa yang dihadapi masyarakat Anda?

SDM dan infrastruktur, kedua faktor itulah yang sering kali banyak dikeluhkan. Sebab kedua faktor itu menjadi daya dukung utama dalam mendongkrak kesejahteraan masyarakat. Jika SDM-nya bagus tentu seluruh potensi diri dan potensi di desa bisa dikembangkan, jika kemudian didukung oleh infrastruktur jelas akan sangat membantu kelancarannya terutama dalam meningkatkan perekonomian.

Program apa yang Anda bawa bagi peningkatan kesejahteraan dan infrastruktur di desa?

Program pemberdayaan desa berupa peningkatan potensi pertanian, peternakan, dan ekonomi kreatif. Program-program itu yang saya bawa dari Pemkab Tasikmalaya, Propinsi, dan pemerintah pusat. Kemudian pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan sejumlah fasilitas publik secara bertahap diperbaiki.

Apakah Anda sadar telah melakukan bunuh diri karakter dari aktivis menjadi kepala desa?

Saya sadar betul bahwa resiko dan tantangan yg akan saya hadapi ketika saya menjadi kepala desa itu sudah dibaca sebelumnya, apalagi saya berkiprah sebagai aktivis sama seperti rekan rekan yang lain di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Tentunya akan jauh beresiko ketika berkiprah bersentuhan langsung dengan masyarakat tiap hari, namun tidak demikian dengan penyesuaian yang baik dan Alhamdulilah saya bisa mengimbanginya. Hingga bisa mengambil hikmah dari ketika pengabdian langsung kepada masyarakat, pahit manis dihadapi dengan sabar, tawakal, kegigihan, dan kekuatan mental, dan Insya Allah dinikmati saja.

Apa yang menjadi harapan Anda kini?

Saya ingin mengajak pada rekan-rekan aktivis mari mengabdi dimanapun berpijak. Langsung mengabdi pada masyarakat itu lebih baik, lebih menyentuh, lebih terasa, jangan merasa gengsi ketika dibesarkan di lingkungan organisasi besar tetapi hanya berkiprah di sekup kecil.

Nanang kuswara
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9051 seconds (0.1#10.140)