Gaya Klasik Shabby Chic
A
A
A
Penataan rumah bergaya klasik yang sempat populer kini menjadi tren di kalangan para desainer interior rumah. Kesan klasik dari benda-benda vintage dianggap elegan dan apik.
Shabby chic bukanlah desain interior yang benar- benar baru melainkan campuran dari gaya vintage. Gaya ini sudah mengalami perubahan tidak sekadar penggunaan perabotan kuno menjadi kreasi desain yang menarik dan unik. Kreativitas dari setiap penghuni mengeksplorasi estetika shabby chic itu sendiri. Widya Andhika Aji (Dhika), salah satu pemilik rumah yang mengusung gaya shabby chic mengaku tertarik dengan desain tersebut.
“Pertama kali tertarik karena ingin membeli piring tapi bermotif saat pindahan rumah,” ucapnya. Dhika mulai hunting di beberapa tempat hingga akhirnya menemukan piring kembang berwarna lembut. Warna ini membuatnya jatuh hati dan semakin rajin mencari piring bermotif. “Motif kembangan itu lucu apalagi bunga berwarna soft.
Perpaduan ini membuat piring tampak girly,” ungkap Creative Director Butik Online Dhievine ini. Memilikiperalatanmakanbergaya shabby chic membuatnya keterusan. Dia mulai mencari kain yang mempresentasikan shabby chic untuk dijahit menjadi seprei. Motif bunga nan klasik menghiasi kamar tidurnya membuat hati lebih dingin. Keinginan mewujudkan gaya shabby chic dilanjutkan dengan membuat bed cover .
“Ingin padupadanspreidan bedcover agar tampil lebih serasi,” ujarnya. Kendati demikian, Dhika tidak ingin mengusung gaya shabby chic keseluruhan. Rumahnya di Jalan Perumahan Srondol Bumi Indah Blok I/ 15-16 Semarang ingin mengolaborasikan nuansa Jawa dan shabby chic. AtmosferJawadiwujudkandengan elemen kayu sedangkan ornamen lain menggunakan unsur warna shabby chic.
Di antaranya bantal sofa, piring dan lainnya. Estetika gaya tersebut dinilai tepat bagi penghuni rumah yang menggemari hal unik dan cenderung vintage. Perabotan yang dipakai dalam gaya shabby chic biasanya merupakan benda-benda dengan ukiran, penuh renda, motif bunga, berwarna lusuh, dan terlihat antik. Semakin tua dan lusuh perabotan akan semakin bagus.
Bahkan ada yang membeli furnitur baru yang dicat sedemikian rupa supaya terlihat aus dimakan usia. Gaya shabby chic kental dengan warna-warna pastel yang lembut. Warna-warna seperti biru, merah muda, hijau mint, atau putih gading, krem. Warna-warni ini dapat diaplikasikan secara tidak merata pada dinding maupun furnitur pengisi ruangan untuk memperkuat unfinished (belum selesai).
“Berbagai perabotan seperti boks, laci, rak gantung, kursi, nampan booming akhir-akhir ini,” ujar pemilik workshop Shabby Chic Indonesia, Devy Natalia. Bisnis ini dilatari karena sulit mencari produk shabby chic di Indonesia, termasuk Kota Semarang. Dia terinspirasi karena gaya tersebut sangat populer di luar negeri.
“Saya tertarik konsep pernikahan di luar ruangan dengan perabotan sedikit kusam dan mengusung gaya tersebut di sini. Kebetulan momen pas saat shabby chic booming ,” ujarnya. Alumnus Universitas Ciputra Surabaya ini membuat perabotan dari tangannya sendiri. Panduan tutorial di youtube digunakan untuk mengutak-atik produk kerajinan tangan sendiri. Dia turut mendalami pelatihan teknik decoupage .
Teknik ini sebuah kerajinan atau bentuk seni menempel tisu/ kertas pada obyek kemudian dilapisi lapisan pernis. Media di antaranya kayu, botol, rotan, kain, dan lainnya. “Saya memilih aliran shabby chic dan mulai membuat sendiri dan animo masyarakat bagus sehingga produk semakin bervariasi,” katanya. Produk bergaya shabby chic semakin bertambah mengikuti keinginan masyarakat.
Di antaranya jam dinding, vas bunga, rotan, permainan anak, dan masih banyak lagi. Tampilan shabby chic identik dengan unfinished, tapi di sini kurang begitu diminati. Permainan warna lembut seperti hijau muda, kuning muda, biru muda, baby pink , hijau mint.
Aplikasi motif bunga di atas cat semakin mempercantik ruangan jika digunakan sebagai perabot. “Modifikasi dilakukan dengan memilih warna lembut untuk menarik dan membuat suasana rumah secara keseluruhan menjadi lebih asri,” ujarnya.
Hendrati hapsari
Shabby chic bukanlah desain interior yang benar- benar baru melainkan campuran dari gaya vintage. Gaya ini sudah mengalami perubahan tidak sekadar penggunaan perabotan kuno menjadi kreasi desain yang menarik dan unik. Kreativitas dari setiap penghuni mengeksplorasi estetika shabby chic itu sendiri. Widya Andhika Aji (Dhika), salah satu pemilik rumah yang mengusung gaya shabby chic mengaku tertarik dengan desain tersebut.
“Pertama kali tertarik karena ingin membeli piring tapi bermotif saat pindahan rumah,” ucapnya. Dhika mulai hunting di beberapa tempat hingga akhirnya menemukan piring kembang berwarna lembut. Warna ini membuatnya jatuh hati dan semakin rajin mencari piring bermotif. “Motif kembangan itu lucu apalagi bunga berwarna soft.
Perpaduan ini membuat piring tampak girly,” ungkap Creative Director Butik Online Dhievine ini. Memilikiperalatanmakanbergaya shabby chic membuatnya keterusan. Dia mulai mencari kain yang mempresentasikan shabby chic untuk dijahit menjadi seprei. Motif bunga nan klasik menghiasi kamar tidurnya membuat hati lebih dingin. Keinginan mewujudkan gaya shabby chic dilanjutkan dengan membuat bed cover .
“Ingin padupadanspreidan bedcover agar tampil lebih serasi,” ujarnya. Kendati demikian, Dhika tidak ingin mengusung gaya shabby chic keseluruhan. Rumahnya di Jalan Perumahan Srondol Bumi Indah Blok I/ 15-16 Semarang ingin mengolaborasikan nuansa Jawa dan shabby chic. AtmosferJawadiwujudkandengan elemen kayu sedangkan ornamen lain menggunakan unsur warna shabby chic.
Di antaranya bantal sofa, piring dan lainnya. Estetika gaya tersebut dinilai tepat bagi penghuni rumah yang menggemari hal unik dan cenderung vintage. Perabotan yang dipakai dalam gaya shabby chic biasanya merupakan benda-benda dengan ukiran, penuh renda, motif bunga, berwarna lusuh, dan terlihat antik. Semakin tua dan lusuh perabotan akan semakin bagus.
Bahkan ada yang membeli furnitur baru yang dicat sedemikian rupa supaya terlihat aus dimakan usia. Gaya shabby chic kental dengan warna-warna pastel yang lembut. Warna-warna seperti biru, merah muda, hijau mint, atau putih gading, krem. Warna-warni ini dapat diaplikasikan secara tidak merata pada dinding maupun furnitur pengisi ruangan untuk memperkuat unfinished (belum selesai).
“Berbagai perabotan seperti boks, laci, rak gantung, kursi, nampan booming akhir-akhir ini,” ujar pemilik workshop Shabby Chic Indonesia, Devy Natalia. Bisnis ini dilatari karena sulit mencari produk shabby chic di Indonesia, termasuk Kota Semarang. Dia terinspirasi karena gaya tersebut sangat populer di luar negeri.
“Saya tertarik konsep pernikahan di luar ruangan dengan perabotan sedikit kusam dan mengusung gaya tersebut di sini. Kebetulan momen pas saat shabby chic booming ,” ujarnya. Alumnus Universitas Ciputra Surabaya ini membuat perabotan dari tangannya sendiri. Panduan tutorial di youtube digunakan untuk mengutak-atik produk kerajinan tangan sendiri. Dia turut mendalami pelatihan teknik decoupage .
Teknik ini sebuah kerajinan atau bentuk seni menempel tisu/ kertas pada obyek kemudian dilapisi lapisan pernis. Media di antaranya kayu, botol, rotan, kain, dan lainnya. “Saya memilih aliran shabby chic dan mulai membuat sendiri dan animo masyarakat bagus sehingga produk semakin bervariasi,” katanya. Produk bergaya shabby chic semakin bertambah mengikuti keinginan masyarakat.
Di antaranya jam dinding, vas bunga, rotan, permainan anak, dan masih banyak lagi. Tampilan shabby chic identik dengan unfinished, tapi di sini kurang begitu diminati. Permainan warna lembut seperti hijau muda, kuning muda, biru muda, baby pink , hijau mint.
Aplikasi motif bunga di atas cat semakin mempercantik ruangan jika digunakan sebagai perabot. “Modifikasi dilakukan dengan memilih warna lembut untuk menarik dan membuat suasana rumah secara keseluruhan menjadi lebih asri,” ujarnya.
Hendrati hapsari
(bbg)