Mengembalikan Julukan Sekolah Favorit SMANSA
A
A
A
Orang Medan mana yang tidak tahu SMA Negeri 1 Medan atau biasa disebut SMANSA. Sekolah yang melahirkan banyak tokoh nasional ini masih menjadi favorit masyarakat Sumatera Utara (Sumut).
Sebagai sekolah dengan angka 1, SMANSA yang berlokasi di Jalan Teuku Cik Ditiro itu memang kerap diidentikkan sekolah negeri nomor satu atau favorit, tanpa mengesampingkan sekolah lain yang juga diincar siswa lulusan SMP. Sekolah yang dipimpin kepala sekolah perempuan bernama Safrimi sejak 29 Oktober 2014 tersebut pernah menjadi langganan pendulang prestasi akademik di tingkat Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), hingga nasional.
Saat ini, prestasi sekolah asal beberapa tokoh Sumut seperti mantan Gubernur Sumut, Tengku Rizal Nurdin; dan nasional seperti Ruhut Sitompul dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Edy Rahmayadi, ini seolah meredup. Sebut saja pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA di Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2014. Sekolah tersebut tidak mengirimkan satu perwakilan pun.
Sama halnya pada OSN 2015 mendatang di Yogyakarta, SMANSA kalah dari sekolah lain, seperti SMA Sutomo 1 Medan, SMA Plus Matauli Pandan, hingga SMA CT Foundation. Namun, SMAN 1 Medan bukannya tanpa prestasi. Selain menjuarai berbagai lomba bidang studi tingkat Kota Medan pada tahun 2014 lalu, sekolah tersebut meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi di Sumatera lewat Fitra Febrina (57,20).
Prestasi ini sekaligus membuat Sumut meraih peringkat ke sembilan dari 25 daerah dengan nilai UN tertinggi di Indonesia. Dengan prestasi itu, Safrimi pun memasang target lebih tinggi untuk hasil UN 2015 yang akan diumumkan pada 18 Mei mendatang. Sebab, sebelum UN, sekolah telah mengadakan uji coba atau tryout setiap dua bulan sekali, sehingga siswa siap menghadapi UN.
“Jadi, tidak hanya menyamai prestasi UN tahun lalu, tentunya kami berharap bisa melebihi prestasi tersebut,” kata Safrimi saat berbincang dengan KORAN SINDO MEDAN, belum lama ini. Untuk prestasi bidang akademik lain seperti olimpiade sains, Safrimi menyadari betul SMAN 1 kurang memiliki pamor dibandingkan beberapa sekolah swasta yang memiliki metode ampuh untuk menyiapkan siswanya.
Menyadari hal tersebut, Safrimi mengakui akan berbenah dan mengikuti metode yang diterapkan sekolahsekolah swasta tersebut. “Prestasi yang mereka (sekolah swasta) raih tersebut karena punya kelas intensif rutin. Untuk itu, mulai tahun ajaran baru mendatang, kami akan membuka program kelas intensif dari pagi hingga jam pulang sekolah setiap Sabtu untuk semua bidang studi,” paparnya.
SMANSA juga akan melakukan uji kemampuan bidang studi bagi para siswa baru untuk melihat bakat-bakat mereka. Dari hasil tes, siswa dimasukkan di jalur yang dikuasai, khususnya siswa unggul. “Untuk siswa kelas IX SMP yang juara satu di sekolahnya, kami akan pilih dan masukkan untuk belajar di sekolah ini,” ungkap perempuan berjilbab itu.
Safrimi menuturkan, untuk meningkatkan prestasi SMANSA, kualitas guru juga akan ditingkatkan. Sekolah ini sudah menggelar pelatihan pembelajaran metode mengajar tiga hari. Pelatihan ini bertujuan mendapatkan metode mengajar paling efektif bagi siswa yang terkadang mungkin bosan dengan metode pengajaran selama ini. “Untuk efektivitas program itu, kami mengadakan evaluasi bagi guru-guru setiap enam bulan sekali,” ungkap Safrimi.
Wakil Kepala SMAN 1 Medan, Sabar, menambahkan, sebagai sekolah milik pemerintah, memiliki keterbatasan finansial untuk mendatangkan pengajar yang mengasah dan meningkatkan kemampuan akademik siswa. Berbeda halnya dengan sekolah swasta yang memiliki dana besar untuk itu. Itu sebabnya, sekolah seperti SMAN 1 Medan hanya mengandalkan kemampuan guru yang ada untuk menggembleng siswa.
“Terus terang, untuk mendatangkan pelatih, itu semua menyangkut persoalan dana. Di sekolah swasta, mereka mendatangkan pelatih hingga dari Jakarta,” ungkapnya. Kendati demikian, dia tidak memungkiri untuk mewujudkan sekolah yang berprestasi di bidang akademik, perlu terobosan- terobosan signifikan. Karenanya, pihaknya akan berkoordinasi dengan komite sekolah untuk mencari pendanaan program olimpiade.
Sementara Pengamat Pendidikan Sumut, Mutsuhito Solin, menilai, prestasi akademik sekolah- sekolah negeri kalah jika dibandingkan sekolah-sekolah swasta lantaran minimnya pembinaan khusus di bidang akademik. Saat sekolah swasta sibuk mempersiapkan anak didiknya untuk beberapa event semacam Olimpiade Sains Kota (OSK), Olimpiade Sains Provinsi (OSP), hingga OSN, sekolah negeri favorit justru tidak melakukannya.
“Sepanjang pengamatan saya selama ini, di SMA negeri kurang pembinaan khusus OSN. Sementara sekolah swasta seperti Sutomo 1 Medan sudah mempersiapkan sejak awal dan ada timnya yang terpilih. Jadi, anak-anak itu sudah dibina sejak awal, dan siap saat menghadapi momentum seperti OSN,” katanya.
Pihaknya sebagai pengamat pernah menyarankan pembinaan tersebut dilakukan Kota Medan melalui Disdik Pemko Medan di sekolah-sekolah negeri. Namun, program seperti itu tentunya membutuhkan biaya, waktu, dan pembina, dengan melibatkan sumber daya dari perguruan tinggi yang juga memerlukan biaya.
“Hal itu kurang diperhatikan sekolah negeri. Padahal, mestinya program OSN itu harus ada di SMA negeri favorit. Namun, akhirnyabegitu ada olimpiade, mereka hanya datang sekadarnya dan tidak memberikan sumbangan prestasi berarti,” paparnya.
Kondisi pembinaan bidang akademik yang minim itu pula yang akhirnya membuat label sekolah favorit yang disematkan pada beberapasekolahnegeri pun salah penafsiran. Sekolah favorit diberikan kepada sekolah yang memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, band sekolah yang hebat, kegiatan perpisahan yang digelar di hotel, dan lain-lain.
“Padahal, ukuran favorit itu seharusnya dalam bidang akademis. Makin banyak pemenang olimpiade, makin bagus pembinaannya di bidang tersebut, seharusnya membuat sekolah itu semakin diminati. Saya rasa, inilah saatnya bagi sekolah negeri untuk melakukan program itu. Tidak ada kata terlambat untuk perubahan,” tandasnya.
syukri amal
Sebagai sekolah dengan angka 1, SMANSA yang berlokasi di Jalan Teuku Cik Ditiro itu memang kerap diidentikkan sekolah negeri nomor satu atau favorit, tanpa mengesampingkan sekolah lain yang juga diincar siswa lulusan SMP. Sekolah yang dipimpin kepala sekolah perempuan bernama Safrimi sejak 29 Oktober 2014 tersebut pernah menjadi langganan pendulang prestasi akademik di tingkat Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), hingga nasional.
Saat ini, prestasi sekolah asal beberapa tokoh Sumut seperti mantan Gubernur Sumut, Tengku Rizal Nurdin; dan nasional seperti Ruhut Sitompul dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Edy Rahmayadi, ini seolah meredup. Sebut saja pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA di Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2014. Sekolah tersebut tidak mengirimkan satu perwakilan pun.
Sama halnya pada OSN 2015 mendatang di Yogyakarta, SMANSA kalah dari sekolah lain, seperti SMA Sutomo 1 Medan, SMA Plus Matauli Pandan, hingga SMA CT Foundation. Namun, SMAN 1 Medan bukannya tanpa prestasi. Selain menjuarai berbagai lomba bidang studi tingkat Kota Medan pada tahun 2014 lalu, sekolah tersebut meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi di Sumatera lewat Fitra Febrina (57,20).
Prestasi ini sekaligus membuat Sumut meraih peringkat ke sembilan dari 25 daerah dengan nilai UN tertinggi di Indonesia. Dengan prestasi itu, Safrimi pun memasang target lebih tinggi untuk hasil UN 2015 yang akan diumumkan pada 18 Mei mendatang. Sebab, sebelum UN, sekolah telah mengadakan uji coba atau tryout setiap dua bulan sekali, sehingga siswa siap menghadapi UN.
“Jadi, tidak hanya menyamai prestasi UN tahun lalu, tentunya kami berharap bisa melebihi prestasi tersebut,” kata Safrimi saat berbincang dengan KORAN SINDO MEDAN, belum lama ini. Untuk prestasi bidang akademik lain seperti olimpiade sains, Safrimi menyadari betul SMAN 1 kurang memiliki pamor dibandingkan beberapa sekolah swasta yang memiliki metode ampuh untuk menyiapkan siswanya.
Menyadari hal tersebut, Safrimi mengakui akan berbenah dan mengikuti metode yang diterapkan sekolahsekolah swasta tersebut. “Prestasi yang mereka (sekolah swasta) raih tersebut karena punya kelas intensif rutin. Untuk itu, mulai tahun ajaran baru mendatang, kami akan membuka program kelas intensif dari pagi hingga jam pulang sekolah setiap Sabtu untuk semua bidang studi,” paparnya.
SMANSA juga akan melakukan uji kemampuan bidang studi bagi para siswa baru untuk melihat bakat-bakat mereka. Dari hasil tes, siswa dimasukkan di jalur yang dikuasai, khususnya siswa unggul. “Untuk siswa kelas IX SMP yang juara satu di sekolahnya, kami akan pilih dan masukkan untuk belajar di sekolah ini,” ungkap perempuan berjilbab itu.
Safrimi menuturkan, untuk meningkatkan prestasi SMANSA, kualitas guru juga akan ditingkatkan. Sekolah ini sudah menggelar pelatihan pembelajaran metode mengajar tiga hari. Pelatihan ini bertujuan mendapatkan metode mengajar paling efektif bagi siswa yang terkadang mungkin bosan dengan metode pengajaran selama ini. “Untuk efektivitas program itu, kami mengadakan evaluasi bagi guru-guru setiap enam bulan sekali,” ungkap Safrimi.
Wakil Kepala SMAN 1 Medan, Sabar, menambahkan, sebagai sekolah milik pemerintah, memiliki keterbatasan finansial untuk mendatangkan pengajar yang mengasah dan meningkatkan kemampuan akademik siswa. Berbeda halnya dengan sekolah swasta yang memiliki dana besar untuk itu. Itu sebabnya, sekolah seperti SMAN 1 Medan hanya mengandalkan kemampuan guru yang ada untuk menggembleng siswa.
“Terus terang, untuk mendatangkan pelatih, itu semua menyangkut persoalan dana. Di sekolah swasta, mereka mendatangkan pelatih hingga dari Jakarta,” ungkapnya. Kendati demikian, dia tidak memungkiri untuk mewujudkan sekolah yang berprestasi di bidang akademik, perlu terobosan- terobosan signifikan. Karenanya, pihaknya akan berkoordinasi dengan komite sekolah untuk mencari pendanaan program olimpiade.
Sementara Pengamat Pendidikan Sumut, Mutsuhito Solin, menilai, prestasi akademik sekolah- sekolah negeri kalah jika dibandingkan sekolah-sekolah swasta lantaran minimnya pembinaan khusus di bidang akademik. Saat sekolah swasta sibuk mempersiapkan anak didiknya untuk beberapa event semacam Olimpiade Sains Kota (OSK), Olimpiade Sains Provinsi (OSP), hingga OSN, sekolah negeri favorit justru tidak melakukannya.
“Sepanjang pengamatan saya selama ini, di SMA negeri kurang pembinaan khusus OSN. Sementara sekolah swasta seperti Sutomo 1 Medan sudah mempersiapkan sejak awal dan ada timnya yang terpilih. Jadi, anak-anak itu sudah dibina sejak awal, dan siap saat menghadapi momentum seperti OSN,” katanya.
Pihaknya sebagai pengamat pernah menyarankan pembinaan tersebut dilakukan Kota Medan melalui Disdik Pemko Medan di sekolah-sekolah negeri. Namun, program seperti itu tentunya membutuhkan biaya, waktu, dan pembina, dengan melibatkan sumber daya dari perguruan tinggi yang juga memerlukan biaya.
“Hal itu kurang diperhatikan sekolah negeri. Padahal, mestinya program OSN itu harus ada di SMA negeri favorit. Namun, akhirnyabegitu ada olimpiade, mereka hanya datang sekadarnya dan tidak memberikan sumbangan prestasi berarti,” paparnya.
Kondisi pembinaan bidang akademik yang minim itu pula yang akhirnya membuat label sekolah favorit yang disematkan pada beberapasekolahnegeri pun salah penafsiran. Sekolah favorit diberikan kepada sekolah yang memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, band sekolah yang hebat, kegiatan perpisahan yang digelar di hotel, dan lain-lain.
“Padahal, ukuran favorit itu seharusnya dalam bidang akademis. Makin banyak pemenang olimpiade, makin bagus pembinaannya di bidang tersebut, seharusnya membuat sekolah itu semakin diminati. Saya rasa, inilah saatnya bagi sekolah negeri untuk melakukan program itu. Tidak ada kata terlambat untuk perubahan,” tandasnya.
syukri amal
(ftr)