Dalam Agama Islam, Perempuan Boleh Menjadi Raja
A
A
A
YOGYAKARTA - Tokoh masyarakat yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama KH Abdul Muhaimin menyatakan, ajaran agama Islam tidak melarang perempuan menjadi pemimpin. Bahkan, ajaran Islam mengharuskan perempuan untuk bisa memimpin.
"Zaman Nabi Sulaiman ada Ratu Bilqis, itu perempuan yang memimpin. Islam tidak mempermasalahkan perempuan untuk jadi pemimpin," katanya, saat berbincang dengan wartawan, kemarin.
Ditambahkan dia, ajaran-ajaran Islam tidak pernah mempermasalahkan perempuan untuk menjadi pemimpin. Namun, perempuan itu harus memiliki syarat-syarat tertentu, kapabilatas, integritas, hingga kemampuan lebih.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat di Kotagede Yogyakarta itu menjelaskan, kedudukan kaum perempuan dan laki-laki di mata Allah SWT adalah sama. Untuk itulah, agama Islam sangat menghormati kaum perempuan.
"Hadist Nabi itu kan bilang hormatilah ibumu sampai tiga kali, baru yang keempat bapakmu. Itu artinya, Islam sangat menghormati perempuan," jelasnya.
Seperti diketahui, Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengeluarkan sabda raja kedua yang berisi perubahan nama GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawano Langgeng Ing Mataram.
Banyak yang menafsirkan, penggantian nama putri Sultan HB X itu menjadi GKR Mangkubumi itu merupakan penobatan putri mahkota atau calon penerus takhta Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Hal inilah yang menjadi polemik.
Hingga kini, polemik yang bergulir adalah pantas atau tidaknya seorang perempuan menjadi Raja Yogyakarta yang dalam sejarahnya tidak pernah dipimpin oleh seorang perempuan.
Baca juga:
Keluarkan Sabdaraja Pertama, Sultan Ganti Nama?
GKR Pembayun Dinobatkan sebagai Putri Mahkota?
Ini Nama Lengkap GKR Mangkubumi
Sri Sultan Tidak Lagi Diakui sebagai Gubernur dan Ngarso Dalem
"Zaman Nabi Sulaiman ada Ratu Bilqis, itu perempuan yang memimpin. Islam tidak mempermasalahkan perempuan untuk jadi pemimpin," katanya, saat berbincang dengan wartawan, kemarin.
Ditambahkan dia, ajaran-ajaran Islam tidak pernah mempermasalahkan perempuan untuk menjadi pemimpin. Namun, perempuan itu harus memiliki syarat-syarat tertentu, kapabilatas, integritas, hingga kemampuan lebih.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat di Kotagede Yogyakarta itu menjelaskan, kedudukan kaum perempuan dan laki-laki di mata Allah SWT adalah sama. Untuk itulah, agama Islam sangat menghormati kaum perempuan.
"Hadist Nabi itu kan bilang hormatilah ibumu sampai tiga kali, baru yang keempat bapakmu. Itu artinya, Islam sangat menghormati perempuan," jelasnya.
Seperti diketahui, Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengeluarkan sabda raja kedua yang berisi perubahan nama GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawano Langgeng Ing Mataram.
Banyak yang menafsirkan, penggantian nama putri Sultan HB X itu menjadi GKR Mangkubumi itu merupakan penobatan putri mahkota atau calon penerus takhta Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Hal inilah yang menjadi polemik.
Hingga kini, polemik yang bergulir adalah pantas atau tidaknya seorang perempuan menjadi Raja Yogyakarta yang dalam sejarahnya tidak pernah dipimpin oleh seorang perempuan.
Baca juga:
Keluarkan Sabdaraja Pertama, Sultan Ganti Nama?
GKR Pembayun Dinobatkan sebagai Putri Mahkota?
Ini Nama Lengkap GKR Mangkubumi
Sri Sultan Tidak Lagi Diakui sebagai Gubernur dan Ngarso Dalem
(san)