43 Lukisan Pointilisme Pukau Pengunjung
A
A
A
SURABAYA - Setiap pelukis mempunyai teknik sendiri-sendiri dalam berkarya. Demikian juga dengan Rijaman yang memilih menekuni dan mengembangkan teknik pointilisme sejak 1978.
Teknik pointilisme adalah teknik melukis menggunakan titik-titik kecil dengan media berupa cak minyak maupun akrilik. Teknik ini memang tidak semudah menggoreskan kuas seperti pada umumnya. Sebab, teknik ini harus bisa membentuk objek dengan titiktitik yang disatukan sehingga daya imajinasi juga diperlukan. Nah , kemarin sebanyak 43 lukisan karya Rijaman dengan teknik pointilisme tersebut dipamerkan di Tunjungan Plaza (TP) II Lantai 3 dan akan berakhir 31 Mei mendatang.
Pameran tunggal ini bertema Pesona 3B (Bali, Bromo, Borobudur). Menurut Rijaman, tema ini dipilih karena ketiganya merupakan tempat wisata yang cukup populer. Bahkan, Borobudur sendiri menjadi salah satu keajaiban dunia sehingga banyak turis asing yang datang ke pusat wisata satu ini.
”Orang kadang malah gak kenal Indonesia tapi kalau disebut Bali, Bromo, Borobudur tahu. Makanya lewat lukisan ini saya ingin menyampaikan ini adalah Indonesia. Bali masih masuk Indonesia, selain itu supaya masyarakat yang datang ke Bali juga bisa mampir ke lokasi wisata lain misal Bromo atau Borobudur,” ujar pelukis berusia 59 tahun itu.
Berbagai lukisan tiga tempat pariwisata tersebut diaplikasikan dalam beberapa objek seperti perempuan Bali yang sedang beraktivitas, gambar pegunungan dan masih banyak lagi. Keunikan gaya melukis Rijaman, selain tekniknya juga menggunakan aliran ekspresionis yang melibatkan curahan batin untuk menuangkan ide secara bebas.
Di Indonesia, aliran lukisan jenis ini pertama kali dikenalkan oleh Maestro pelukis Affandi. Tantangan Rijaman saat melukis dengan teknik pointilisme yaitu ketika menggabungkan antar titik dan tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Rata- rata untuk satu hasil lukisan biasanya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Pameran ini digelar untuk menyambut HUT Kota Surabaya ke-722 sekaligus comeback exhibition dari Rijaman yang menjadi satu-satunya pelukis teknik pointilisme dari Surabaya. Selama ini memang tidak banyak pelukis yang berani menekuni teknik pointilisme. Sampai saat ini, di Indonesia yang total menekuni dunia seni rupa dengan teknik pointilisme hanya Rijaman dan Keo Budi Harijanto dari Malang.
”Saya tertarik menekuni teknik pointilisme ini karena unik ya. Saat dilihat dari jarak yang agak jauh akan terlihat secara natural, tapi kalau didekati akan terlihat kasar bahan agak kabur,” tandasnya sambil menunjukkan salah satu hasil lukisannya.
Pria yang sudah 18 kali menggelar pameran tunggal ini menambahkan, sebelum memilih aliran ekspresionis seperti saat ini ia melukis dengan aliran naturalis. Namun pada suatu hari tanpa sadar saat melukis lambat laun berpindah ke aliran ekspresionis hingga sekarang.
Mamik wijayanti
Teknik pointilisme adalah teknik melukis menggunakan titik-titik kecil dengan media berupa cak minyak maupun akrilik. Teknik ini memang tidak semudah menggoreskan kuas seperti pada umumnya. Sebab, teknik ini harus bisa membentuk objek dengan titiktitik yang disatukan sehingga daya imajinasi juga diperlukan. Nah , kemarin sebanyak 43 lukisan karya Rijaman dengan teknik pointilisme tersebut dipamerkan di Tunjungan Plaza (TP) II Lantai 3 dan akan berakhir 31 Mei mendatang.
Pameran tunggal ini bertema Pesona 3B (Bali, Bromo, Borobudur). Menurut Rijaman, tema ini dipilih karena ketiganya merupakan tempat wisata yang cukup populer. Bahkan, Borobudur sendiri menjadi salah satu keajaiban dunia sehingga banyak turis asing yang datang ke pusat wisata satu ini.
”Orang kadang malah gak kenal Indonesia tapi kalau disebut Bali, Bromo, Borobudur tahu. Makanya lewat lukisan ini saya ingin menyampaikan ini adalah Indonesia. Bali masih masuk Indonesia, selain itu supaya masyarakat yang datang ke Bali juga bisa mampir ke lokasi wisata lain misal Bromo atau Borobudur,” ujar pelukis berusia 59 tahun itu.
Berbagai lukisan tiga tempat pariwisata tersebut diaplikasikan dalam beberapa objek seperti perempuan Bali yang sedang beraktivitas, gambar pegunungan dan masih banyak lagi. Keunikan gaya melukis Rijaman, selain tekniknya juga menggunakan aliran ekspresionis yang melibatkan curahan batin untuk menuangkan ide secara bebas.
Di Indonesia, aliran lukisan jenis ini pertama kali dikenalkan oleh Maestro pelukis Affandi. Tantangan Rijaman saat melukis dengan teknik pointilisme yaitu ketika menggabungkan antar titik dan tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Rata- rata untuk satu hasil lukisan biasanya membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
Pameran ini digelar untuk menyambut HUT Kota Surabaya ke-722 sekaligus comeback exhibition dari Rijaman yang menjadi satu-satunya pelukis teknik pointilisme dari Surabaya. Selama ini memang tidak banyak pelukis yang berani menekuni teknik pointilisme. Sampai saat ini, di Indonesia yang total menekuni dunia seni rupa dengan teknik pointilisme hanya Rijaman dan Keo Budi Harijanto dari Malang.
”Saya tertarik menekuni teknik pointilisme ini karena unik ya. Saat dilihat dari jarak yang agak jauh akan terlihat secara natural, tapi kalau didekati akan terlihat kasar bahan agak kabur,” tandasnya sambil menunjukkan salah satu hasil lukisannya.
Pria yang sudah 18 kali menggelar pameran tunggal ini menambahkan, sebelum memilih aliran ekspresionis seperti saat ini ia melukis dengan aliran naturalis. Namun pada suatu hari tanpa sadar saat melukis lambat laun berpindah ke aliran ekspresionis hingga sekarang.
Mamik wijayanti
(ftr)