Pencarian Terkendala Cuaca
A
A
A
BANDUNG - Upacara pencarian korban longsor di Kampung Cibitung RT01/15, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, kemarin, nihil atau tak membuahkan hasil.
Tim gabungan BPBD Jabar dan Kabupaten Bandung, TNI, Polri, Basarnas, dan relawan berupaya mencari korban hingga pukul 16.00 WIB. Pencarian meng gunakan alat berat dan manual itu kemudian dihentikan sekitar pukul 17.00 WIB karena terkendala cuaca buruk. Hujan deras mengguyur lokasi sehingga menyulitkan tim untuk mencari korban. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi longsoran susulan.
“Data terbaru yang kami miliki dengan melakukan kroscek maraton terdapat sebanyak lima warga Cibitung yang di kabarkan hilang tertimbun bencana longsor, yakni Wiwi, 50; Dedeh, 35; Nurul, 8; Ayi, 42; dan Asep Juju, 55,” kata Kepala Pelak sana Harian BPBD Kabu paten Bandung Marlan di lokasi kejadian, kemarin. Semula BPBD menduga, ujar dia, di kolam pancing terdapat enam orang yang tak berhasil menyelamatkan diri saat bencana longsor terjadi. Namun setelah dilakukan pendataan ulang, dipastikan di kolam peman cingan hanya dua yang tertim bun.
“Makanya pada hari kedua pencarian ini kami fokus di tiga titik. Hanya saja sejak dimulai pencarian pada pukul 08.30 WIB hingga akhirnya terpaksa dihentikan, tim belum menemukan jenazah lagi,” ujar dia. Marlan mengemukakan, selain cuaca, area longsor yang cukup luas sekitar 13 hektare membuat proses pencarian cukup sulit. Ketebalan material longsor mencapai sekitar 10 meter juga menjadi kendala tersendiri.
Tak hanya itu, diperkirakan korban yang kini hilang posisinya tidak berada di titik pencarian. Artinya, tubuh korban terseret longsoran cukup jauh dari titik di mana korban terakhir berada. Rencananya, pada hari ketiga (hari ini), tutur Marlan, BPBD akan menambah dua alat berat untuk mencari jenazah yang belum ditemukan. “Kami juga akan mencoba memperluas area pencarian. Selain itu, dari pantauan kami, ada retakan di area atas tebing sehingga berpotensi terjadi longsor susulan,” tutur Marlan.
Nanti, ungkap Kepala BPBD Kabupaten Bandung, petugas akan disiagakan untuk berjaga di atas tebing yang menjadi awal mula longsor. “Kami akan memakai alat dengan sirine di atasnya. Ketika ada gerakan tanah yang membahayakan, petugas bisa langsung pergi dari lokasi. Itu sebagai langkah antisipasi. Tapi saya harapkan besok tidak ada kendala dalam pencarian korban,” katanya.
Longsor Bukan Akibat Pipa Meledak
Bupati Bandung Dadang M Naser mengatakan, bencana tanah longsor yang terjadi di Kampung Cibitung bukan di akibatkan oleh ledakan pipa gas PT Star Energy Geotermal. Insiden tersebut murni bencana alam karena sebelumnya sempat terjadi retakan tanah di dekat area pipa panas bumi tersebut. “Awalnya itu longsor kemdian tanahnya menimpa pipa gas sehingga bocor. Nah itu, saya ingin meluruskan kesimpangsiuran kabar dimasyarakat,” kata Dadang.
Bupati mengemukakan, pemkab telah menyampaikan ke pihak PT Star Energy soal retakan tanah yang berada dibawah pipa. Bahkan telah dilakukan pennganan dengan ditutup. Namun, tanah yang berada diatas pipa yang justru mengalami longsoran,bukan dibawah.
Terkait kabar bahwa PT Star Energy menjamin keamanan warga dan menyatakan retakan tanah tidak berbahaya sehingga masyarakat bisa kembali ke rumah mereka meski telah mengungsi,Dadang membantah keras.“ Yang saya tau, kondisi aman itu bukan soal retakan tapi terkait gas yang ditimbul- kan.Itu yang aman dan tidak berbahaya,” ujar Bupati.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, ledakan pipa panas bumi di Pengalengan,akibat terkena tanah longsor. “ Pipa panas bumi ini menjadi korban dari musibah longsor.Jadi, justru pipa panas bumi itu meledak akibat tanah longsor,”kata Rida di Jakarta kemarin.
Menurut dia, pipa panas bumi di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Pengalengan yang dioperasikan Star Energy Geothermal( WayangWidu) Limited itu meledak akibat duafaktor. Pertama,gerakan tanah membuat pipa panas bumi begeser dan kemudian patah menjadi tiga. Faktor kedua, longsoran tanah yang berada sekitar satu kilometer diatas pipa menimbun pipa, sehingga membuat uap panas terkurung dan meningkatkan tekanan sebelum akhirnya meledak. “ Ledakan itu setara 10 bar,” ungkap dia.
Rida mengemukakan, warga setempat yang menjadi korban, bukan akibat ledakan uap pipa panas bumi. “ Kalau terkena uap panas tentunya tubuh korban bakal melepuh karena suhu uap mencapai 170 derajat celcius. Kenyataannya,korban tidak melepuh,”ujar Rida.
Sementara itu, Presiden Direktur Star Energy Geothermal RudySuparman mengatakan, ledakan pipa penyalur gas alam itu terjadi akibat longsoran tanah.“ Saat tanah longsor terjadi, pipa seperti di gunting dan langsung mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar, sehingga terdengar seperti bunyi ledakan. Tekanan begitu tinggi,”kata Rudy.
Polisi Akan Lakukan Penyelidikan
Kepolisian Resor Bandung akan melakukan penyelidikan guna mengetahui penyebab bencana tanah longsor di Kampung Cibitung, Desa Margamukti,Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Recananya, dalam waktu dekat ptugas akan memanggil perusahaan pengeboran gas bumi PT Star Energy untuk eminta klarifikasinya terkait bencana tersebut.
“Hal itu, tiada lain kami lakukan untuk mengetahui secara pasti ada tidaknya kelalaian dari perusahaan( PTStarEnergy) seiring dengan informasi yang diterima terkait adanya retakan tanah dijalur pipa,” kata Kapolres Bandung AKBP Erwin Kurniawan.
Menurut dia, langkah pertama yang akan dilakukan oleh instansinya memanggil perusahaan itu untuk mendapatkan informasi berikut klarifikasinya secara resmi terkait insiden bencana yang terjadi disalah satu kampung di Desa Margamukti itu. “ Terjadinya ledakan pipa gas karena sempat tertimpa longsoran tanah menjadi konsentrasi kami,” ujar Kapolres.
Erwin mengemukakan, saat ini pihaknya masih fokus untuk melakukan proses pencarian dan evakuasi dengan tim gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI,dan beberapa pihak lain agar para korban yang dikabarkan hilang karena tertimbun tanah longsor dapat segera ditemukan. Sedangkan Detasemen A Brimob Polda Jabar menerjunkan100 personel dan empat tim K9 atau anjing pelacaku ntuk membantu proses evakuasi warga dan pencarian korban longsor.
Warga Harus Direlokasi
Dadang mengaku telah menginstruksikan kepada beberapa pihak agar lahan yang kini dilanda bencana sudah tidak bisa dipakai sebagai lokasi pemukiman. “ Kondisi lahan dikawasan tersebut memang sangat rawan terjadi bencana. Kami akan merelokasi semua pemukiman warga,” ungkap Dadang.
Untuk sementara, tutur Dadang,warga Kampung Cibitung diungsikan di Kantor Desa Margamukti. Secara teknis, perbaikan kawasan yang terkena longsor ini menjadi tanggung jawab PT Star Energy. Sedangkan,untuk relokasi, berhubung lahan tersebut jadi perkebunan milik PTPN VIII nanti akan dikomunikasikan dengan instansi tersebut.“ Kalau tidak salah nanti sudah disiapkan dikawasan perkebunan Kertamanah,” jelasnya.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengata- kan,kawasan Desa Margamukti memang rawan longsor dan pergerakan tanah. Karena itu, Surono merekomendasikan warga segera direlokasi kedaerah aman. Sebab, pergerakan tanah diprediksi akan terus terjadi,terlebih dengan masih tingginya curah hujan saat ini.
“Harus mengungsikan masyarakat ketempat aman, karena berkembang terus. Yang jelas kondisinya seperti itu, dari karakteristik rawan longsor,” kata Surono kepada wartawan dikantornya Badan Geologi KementerianESDM, Jalan Diponegoro kemarin.
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini mengemukakan, hampir seluruh kawasan di Kecamatan Pangalengan rawan longsor. Pasalnya, di Pangalengan terdapat gunung api, yakni Gunung Wayang. “ Daerah vulkanik ini( tanahnya)subur, tapi labil.Jadi hanya sedikit wilayah di Pangalengan yang betul- betul safe,” ujar Mbah Rono.
Badan Geologi, tutur dia, telah mendeteksi akan terjadi longsor dikawasan itu. Tiga hari sebelum kejadian atau 2 Mei, tim Badan Geologi telah meninjau lokasi tersebut setelah ada permintaan dari BPBD Kabupaten Bandung pada 15April. “ Setelah ada permintaan dari BPBD, kami melakukan kajian dilokasi. Dari hasil peninjauan lapangan, tim menemukan sejumlah pergerakan tanah,seperti ada penurunan yang menyebabkan pipa penyaluran uap panas bumi rusak. Jalur pipa ada yang sudah patah, penyangganya juga retak,” tutur dia.
Sementara itu, Pangdam III/SiliwangiMayjenTNI Dedi Kusnadi Tamim memberikan saran kepada tim evakuasi untuk membuat saluran mulai dari tebing yang menjadi titik awal longsor.Pembuatan saluran dimaksudkan agar jika terjadi longsor susulan, aliran tanah tak akan mengarah kembali ke permukimanwarga. Dedi mengakui masih ada patahan tanah yang akan mengakibatkan longsor susulan.
Menurut dia, alat berat kalau bisa dipakai untuk mengalirkan tanah yang diatas. Alat berat yang dibawah tetap bekerja mencari korban. Untuk proses evakuasi,TNI menurunkan personel sekitar 300orang.
Dila nashear/ Yugiprasetyo/ Agie permadi
Tim gabungan BPBD Jabar dan Kabupaten Bandung, TNI, Polri, Basarnas, dan relawan berupaya mencari korban hingga pukul 16.00 WIB. Pencarian meng gunakan alat berat dan manual itu kemudian dihentikan sekitar pukul 17.00 WIB karena terkendala cuaca buruk. Hujan deras mengguyur lokasi sehingga menyulitkan tim untuk mencari korban. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi longsoran susulan.
“Data terbaru yang kami miliki dengan melakukan kroscek maraton terdapat sebanyak lima warga Cibitung yang di kabarkan hilang tertimbun bencana longsor, yakni Wiwi, 50; Dedeh, 35; Nurul, 8; Ayi, 42; dan Asep Juju, 55,” kata Kepala Pelak sana Harian BPBD Kabu paten Bandung Marlan di lokasi kejadian, kemarin. Semula BPBD menduga, ujar dia, di kolam pancing terdapat enam orang yang tak berhasil menyelamatkan diri saat bencana longsor terjadi. Namun setelah dilakukan pendataan ulang, dipastikan di kolam peman cingan hanya dua yang tertim bun.
“Makanya pada hari kedua pencarian ini kami fokus di tiga titik. Hanya saja sejak dimulai pencarian pada pukul 08.30 WIB hingga akhirnya terpaksa dihentikan, tim belum menemukan jenazah lagi,” ujar dia. Marlan mengemukakan, selain cuaca, area longsor yang cukup luas sekitar 13 hektare membuat proses pencarian cukup sulit. Ketebalan material longsor mencapai sekitar 10 meter juga menjadi kendala tersendiri.
Tak hanya itu, diperkirakan korban yang kini hilang posisinya tidak berada di titik pencarian. Artinya, tubuh korban terseret longsoran cukup jauh dari titik di mana korban terakhir berada. Rencananya, pada hari ketiga (hari ini), tutur Marlan, BPBD akan menambah dua alat berat untuk mencari jenazah yang belum ditemukan. “Kami juga akan mencoba memperluas area pencarian. Selain itu, dari pantauan kami, ada retakan di area atas tebing sehingga berpotensi terjadi longsor susulan,” tutur Marlan.
Nanti, ungkap Kepala BPBD Kabupaten Bandung, petugas akan disiagakan untuk berjaga di atas tebing yang menjadi awal mula longsor. “Kami akan memakai alat dengan sirine di atasnya. Ketika ada gerakan tanah yang membahayakan, petugas bisa langsung pergi dari lokasi. Itu sebagai langkah antisipasi. Tapi saya harapkan besok tidak ada kendala dalam pencarian korban,” katanya.
Longsor Bukan Akibat Pipa Meledak
Bupati Bandung Dadang M Naser mengatakan, bencana tanah longsor yang terjadi di Kampung Cibitung bukan di akibatkan oleh ledakan pipa gas PT Star Energy Geotermal. Insiden tersebut murni bencana alam karena sebelumnya sempat terjadi retakan tanah di dekat area pipa panas bumi tersebut. “Awalnya itu longsor kemdian tanahnya menimpa pipa gas sehingga bocor. Nah itu, saya ingin meluruskan kesimpangsiuran kabar dimasyarakat,” kata Dadang.
Bupati mengemukakan, pemkab telah menyampaikan ke pihak PT Star Energy soal retakan tanah yang berada dibawah pipa. Bahkan telah dilakukan pennganan dengan ditutup. Namun, tanah yang berada diatas pipa yang justru mengalami longsoran,bukan dibawah.
Terkait kabar bahwa PT Star Energy menjamin keamanan warga dan menyatakan retakan tanah tidak berbahaya sehingga masyarakat bisa kembali ke rumah mereka meski telah mengungsi,Dadang membantah keras.“ Yang saya tau, kondisi aman itu bukan soal retakan tapi terkait gas yang ditimbul- kan.Itu yang aman dan tidak berbahaya,” ujar Bupati.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, ledakan pipa panas bumi di Pengalengan,akibat terkena tanah longsor. “ Pipa panas bumi ini menjadi korban dari musibah longsor.Jadi, justru pipa panas bumi itu meledak akibat tanah longsor,”kata Rida di Jakarta kemarin.
Menurut dia, pipa panas bumi di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Pengalengan yang dioperasikan Star Energy Geothermal( WayangWidu) Limited itu meledak akibat duafaktor. Pertama,gerakan tanah membuat pipa panas bumi begeser dan kemudian patah menjadi tiga. Faktor kedua, longsoran tanah yang berada sekitar satu kilometer diatas pipa menimbun pipa, sehingga membuat uap panas terkurung dan meningkatkan tekanan sebelum akhirnya meledak. “ Ledakan itu setara 10 bar,” ungkap dia.
Rida mengemukakan, warga setempat yang menjadi korban, bukan akibat ledakan uap pipa panas bumi. “ Kalau terkena uap panas tentunya tubuh korban bakal melepuh karena suhu uap mencapai 170 derajat celcius. Kenyataannya,korban tidak melepuh,”ujar Rida.
Sementara itu, Presiden Direktur Star Energy Geothermal RudySuparman mengatakan, ledakan pipa penyalur gas alam itu terjadi akibat longsoran tanah.“ Saat tanah longsor terjadi, pipa seperti di gunting dan langsung mengeluarkan material uap panas dalam jumlah besar, sehingga terdengar seperti bunyi ledakan. Tekanan begitu tinggi,”kata Rudy.
Polisi Akan Lakukan Penyelidikan
Kepolisian Resor Bandung akan melakukan penyelidikan guna mengetahui penyebab bencana tanah longsor di Kampung Cibitung, Desa Margamukti,Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Recananya, dalam waktu dekat ptugas akan memanggil perusahaan pengeboran gas bumi PT Star Energy untuk eminta klarifikasinya terkait bencana tersebut.
“Hal itu, tiada lain kami lakukan untuk mengetahui secara pasti ada tidaknya kelalaian dari perusahaan( PTStarEnergy) seiring dengan informasi yang diterima terkait adanya retakan tanah dijalur pipa,” kata Kapolres Bandung AKBP Erwin Kurniawan.
Menurut dia, langkah pertama yang akan dilakukan oleh instansinya memanggil perusahaan itu untuk mendapatkan informasi berikut klarifikasinya secara resmi terkait insiden bencana yang terjadi disalah satu kampung di Desa Margamukti itu. “ Terjadinya ledakan pipa gas karena sempat tertimpa longsoran tanah menjadi konsentrasi kami,” ujar Kapolres.
Erwin mengemukakan, saat ini pihaknya masih fokus untuk melakukan proses pencarian dan evakuasi dengan tim gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI,dan beberapa pihak lain agar para korban yang dikabarkan hilang karena tertimbun tanah longsor dapat segera ditemukan. Sedangkan Detasemen A Brimob Polda Jabar menerjunkan100 personel dan empat tim K9 atau anjing pelacaku ntuk membantu proses evakuasi warga dan pencarian korban longsor.
Warga Harus Direlokasi
Dadang mengaku telah menginstruksikan kepada beberapa pihak agar lahan yang kini dilanda bencana sudah tidak bisa dipakai sebagai lokasi pemukiman. “ Kondisi lahan dikawasan tersebut memang sangat rawan terjadi bencana. Kami akan merelokasi semua pemukiman warga,” ungkap Dadang.
Untuk sementara, tutur Dadang,warga Kampung Cibitung diungsikan di Kantor Desa Margamukti. Secara teknis, perbaikan kawasan yang terkena longsor ini menjadi tanggung jawab PT Star Energy. Sedangkan,untuk relokasi, berhubung lahan tersebut jadi perkebunan milik PTPN VIII nanti akan dikomunikasikan dengan instansi tersebut.“ Kalau tidak salah nanti sudah disiapkan dikawasan perkebunan Kertamanah,” jelasnya.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono mengata- kan,kawasan Desa Margamukti memang rawan longsor dan pergerakan tanah. Karena itu, Surono merekomendasikan warga segera direlokasi kedaerah aman. Sebab, pergerakan tanah diprediksi akan terus terjadi,terlebih dengan masih tingginya curah hujan saat ini.
“Harus mengungsikan masyarakat ketempat aman, karena berkembang terus. Yang jelas kondisinya seperti itu, dari karakteristik rawan longsor,” kata Surono kepada wartawan dikantornya Badan Geologi KementerianESDM, Jalan Diponegoro kemarin.
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini mengemukakan, hampir seluruh kawasan di Kecamatan Pangalengan rawan longsor. Pasalnya, di Pangalengan terdapat gunung api, yakni Gunung Wayang. “ Daerah vulkanik ini( tanahnya)subur, tapi labil.Jadi hanya sedikit wilayah di Pangalengan yang betul- betul safe,” ujar Mbah Rono.
Badan Geologi, tutur dia, telah mendeteksi akan terjadi longsor dikawasan itu. Tiga hari sebelum kejadian atau 2 Mei, tim Badan Geologi telah meninjau lokasi tersebut setelah ada permintaan dari BPBD Kabupaten Bandung pada 15April. “ Setelah ada permintaan dari BPBD, kami melakukan kajian dilokasi. Dari hasil peninjauan lapangan, tim menemukan sejumlah pergerakan tanah,seperti ada penurunan yang menyebabkan pipa penyaluran uap panas bumi rusak. Jalur pipa ada yang sudah patah, penyangganya juga retak,” tutur dia.
Sementara itu, Pangdam III/SiliwangiMayjenTNI Dedi Kusnadi Tamim memberikan saran kepada tim evakuasi untuk membuat saluran mulai dari tebing yang menjadi titik awal longsor.Pembuatan saluran dimaksudkan agar jika terjadi longsor susulan, aliran tanah tak akan mengarah kembali ke permukimanwarga. Dedi mengakui masih ada patahan tanah yang akan mengakibatkan longsor susulan.
Menurut dia, alat berat kalau bisa dipakai untuk mengalirkan tanah yang diatas. Alat berat yang dibawah tetap bekerja mencari korban. Untuk proses evakuasi,TNI menurunkan personel sekitar 300orang.
Dila nashear/ Yugiprasetyo/ Agie permadi
(ftr)