Tak Tahan Bau Limbah Kulit, Ratusan Warga Mengungsi
A
A
A
GARUT - Bau limbah dari kawasan industri kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat kembali dikeluhkan warga.
Ratusan warga dari tiga kelurahan di wilayah Kecamatan Garut Kota, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari bau busuk limbah yang mengalir di Sungai Ciwalen, aliran sungai di sekitar pemukiman.
"Kira-kira pagi pukul 09.00 WIB, bau busuk yang sangat menyengat itu terhirup warga di sekitar Sungai Ciwalen. Baunya pekat sekali sehingga orang-orang yang ada di dalam rumah terpaksa mengungsi ke luar agar bisa bernapas." tutur Dedi Kurniawan, warga Kampung Bentar Girang RT04 RW03, Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Rabu (6/5/2015).
Menurut Dedi, bau limbah industri kulit Sukaregang yang masuk aliran Sungai Ciwalen sudah biasa terhirup warga di setiap harinya. Biasanya, radius bau ini bisa terhirup dalam 50 meter dari sungai.
"Namun kali ini berbeda. Radiusnya bisa mencapai 100 meter lebih. Bahkan baunya sangat menyengat hingga membuat sesak napas. Baru pertama kali selama kami tinggal merasa bau seperti ini. Beberapa anak saja sampai dibuat muntah saat menghirupnya," katanya.
Mantan anggota DPRD Kabupaten Garut ini menyebut warga dari kelurahan lain, yakni Kelurahan Ciwalen dan Regol, juga mengalami hal serupa. Mereka juga berkumpul di masing-masing kantor kelurahan untuk menghindari bau limbah kulit tersebut.
"Beberapa anak dan orang dewasa diperiksa oleh petugas medis dari Puskesmas Garut Kota. Sementara bayi-bayi dikumpulkan untuk diperiksa kesehatan mereka di kantor kelurahan. Saya belum tahu apakah ada dampak negatif kepada kesehatan mereka setelah menghirup bau tidak sedap ini," pungkasnya.
Setelah mendapat laporan dari warga, pihak Kelurahan Kota Wetan beserta aparat kepolisian meninjau lokasi Sungai Ciwalen. Dedi menambahkan, bau menyengat itu hanya terhirup dalam kurun waktu dua jam saja.
"Sekitar pukul 11.00 WIB siang baunya sudah hilang. Namun warga tetap khawatir bau menyengat yang teramat pekat itu kembali terhirup di kemudian hari. Kami meminta agar pemerintah segera melakukan sesuatu untuk menindaklanjuti masalah bau limbah ini," imbuhnya.
Sebelumnya, masalah limbah kulit dari Industri Kulit Sukaregang sempat mencuat saat Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, melakukan kunjungan kerja ke Garut awal pekan lalu.
Kepada menteri, para pengusaha penyamak kulit mengeluhkan sulitnya mengelola limbah hasil produksi mereka.
"Kami menghadapi persoalan dalam mengelola limbah. Teknologi kami masih kurang. Semoga masalah ini bisa diselesaikan melalui lintas kementrian, yakni Kementrian Perindustrian dan Kementrian Lingkungan Hidup," kata Sekretaris Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Kabupaten Garut Yusuf saat berbicara kepada Menperin Saleh Husin.
Ratusan warga dari tiga kelurahan di wilayah Kecamatan Garut Kota, terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari bau busuk limbah yang mengalir di Sungai Ciwalen, aliran sungai di sekitar pemukiman.
"Kira-kira pagi pukul 09.00 WIB, bau busuk yang sangat menyengat itu terhirup warga di sekitar Sungai Ciwalen. Baunya pekat sekali sehingga orang-orang yang ada di dalam rumah terpaksa mengungsi ke luar agar bisa bernapas." tutur Dedi Kurniawan, warga Kampung Bentar Girang RT04 RW03, Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Rabu (6/5/2015).
Menurut Dedi, bau limbah industri kulit Sukaregang yang masuk aliran Sungai Ciwalen sudah biasa terhirup warga di setiap harinya. Biasanya, radius bau ini bisa terhirup dalam 50 meter dari sungai.
"Namun kali ini berbeda. Radiusnya bisa mencapai 100 meter lebih. Bahkan baunya sangat menyengat hingga membuat sesak napas. Baru pertama kali selama kami tinggal merasa bau seperti ini. Beberapa anak saja sampai dibuat muntah saat menghirupnya," katanya.
Mantan anggota DPRD Kabupaten Garut ini menyebut warga dari kelurahan lain, yakni Kelurahan Ciwalen dan Regol, juga mengalami hal serupa. Mereka juga berkumpul di masing-masing kantor kelurahan untuk menghindari bau limbah kulit tersebut.
"Beberapa anak dan orang dewasa diperiksa oleh petugas medis dari Puskesmas Garut Kota. Sementara bayi-bayi dikumpulkan untuk diperiksa kesehatan mereka di kantor kelurahan. Saya belum tahu apakah ada dampak negatif kepada kesehatan mereka setelah menghirup bau tidak sedap ini," pungkasnya.
Setelah mendapat laporan dari warga, pihak Kelurahan Kota Wetan beserta aparat kepolisian meninjau lokasi Sungai Ciwalen. Dedi menambahkan, bau menyengat itu hanya terhirup dalam kurun waktu dua jam saja.
"Sekitar pukul 11.00 WIB siang baunya sudah hilang. Namun warga tetap khawatir bau menyengat yang teramat pekat itu kembali terhirup di kemudian hari. Kami meminta agar pemerintah segera melakukan sesuatu untuk menindaklanjuti masalah bau limbah ini," imbuhnya.
Sebelumnya, masalah limbah kulit dari Industri Kulit Sukaregang sempat mencuat saat Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, melakukan kunjungan kerja ke Garut awal pekan lalu.
Kepada menteri, para pengusaha penyamak kulit mengeluhkan sulitnya mengelola limbah hasil produksi mereka.
"Kami menghadapi persoalan dalam mengelola limbah. Teknologi kami masih kurang. Semoga masalah ini bisa diselesaikan melalui lintas kementrian, yakni Kementrian Perindustrian dan Kementrian Lingkungan Hidup," kata Sekretaris Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Kabupaten Garut Yusuf saat berbicara kepada Menperin Saleh Husin.
(nag)