Alami Gangguan Penglihatan, Peserta UN Dibantu Lampu Penerang
A
A
A
KULONPROGO - Dua siswa SMPN 3 Sentolo, terpaksa melaksanakan ujian nasional dengan bantuan lampu penerangan.
Mereka mengalami gangguan penglihatan low vision. Meski harus ada kendala, kedua siswa bisa mengerjakan dengan lancar. “Ada dua siswa yang mengalami gangguan low vision, dan sekolah memberikan bantuan lampu penerangan,” kata Kepala SMPN 3 Sentolo, Praptinah. Kedua siswa ini adalah Ganis Widiatmono Restu Putro dan Rahmadi Ikhrom Iszudim.
Selama ini mereka tetap mengikuti pembelajaran layaknya anakanak normal. SMPN 3 Sentolo sendiri merupakan salah satu sekolah inklusi. Sekolah juga menyediakan guru pendamping khusus (GPK) untuk kedua siswa. Mereka juga diberikan tambahan perpanjangan waktu antara 30 sampai 45 menit. “Lampunya ditaruh di meja mereka,” katanya.
Salah seorang siswa, Rahmadi mengaku, gangguan penglihatan ini sudah dialami sejak lahir. Hal ini menyulitkannya untuk membaca naskah soal dan melingkari jawaban. Meski begitu dia yakin akan mampu lulus dan mendapatkan nilai sempurna. “Ada sedikit halangan, tetapi optimis bisa,” katanya.
Guru Pendamping Siswa Berkebutuhan Khusus (GPK) Legima mengatakan, dirinya sudah sering melakukan pendampingan kepada anak berkebutuhan khusus. Seperti Ganis, matanya pernah dioperasi katarak kemudian terjadi kemunduran mata kabur. Hal itu sudah dilaporkan agar font hurufnya menggunakan 18 tetapi tetap saja diberikan naskah dengan font 12. “Dengan ukuran itu tetap menyulitkan meski sudah berkacamata,” katanya.
Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengatakan, pantauan ujian dia lakukan di sejumlah sekolah untuk mengetahui kendala dan hambatan yang dialami siswa. Jika di Samigaluh terkendala jembatan yang putus, di sini ada siswa berkebutuhan khusus. Sehingga pelaksanaan ujian ini akan dievaluasi agar ada perbaikan di tahun-tahun mendatang. “Kita tetap harus menyemangati mereka,” kata Hasto.
Sementara itu Komisi IV DPRD Kulonprogo juga melaksanakan pantauan di SMPN 1 Panjatan dan SMPN 1 Lendah. Mereka ditemui oleh kepala sekolah dan para guru serta hanya memantau dari luar.
Kuntadi
Mereka mengalami gangguan penglihatan low vision. Meski harus ada kendala, kedua siswa bisa mengerjakan dengan lancar. “Ada dua siswa yang mengalami gangguan low vision, dan sekolah memberikan bantuan lampu penerangan,” kata Kepala SMPN 3 Sentolo, Praptinah. Kedua siswa ini adalah Ganis Widiatmono Restu Putro dan Rahmadi Ikhrom Iszudim.
Selama ini mereka tetap mengikuti pembelajaran layaknya anakanak normal. SMPN 3 Sentolo sendiri merupakan salah satu sekolah inklusi. Sekolah juga menyediakan guru pendamping khusus (GPK) untuk kedua siswa. Mereka juga diberikan tambahan perpanjangan waktu antara 30 sampai 45 menit. “Lampunya ditaruh di meja mereka,” katanya.
Salah seorang siswa, Rahmadi mengaku, gangguan penglihatan ini sudah dialami sejak lahir. Hal ini menyulitkannya untuk membaca naskah soal dan melingkari jawaban. Meski begitu dia yakin akan mampu lulus dan mendapatkan nilai sempurna. “Ada sedikit halangan, tetapi optimis bisa,” katanya.
Guru Pendamping Siswa Berkebutuhan Khusus (GPK) Legima mengatakan, dirinya sudah sering melakukan pendampingan kepada anak berkebutuhan khusus. Seperti Ganis, matanya pernah dioperasi katarak kemudian terjadi kemunduran mata kabur. Hal itu sudah dilaporkan agar font hurufnya menggunakan 18 tetapi tetap saja diberikan naskah dengan font 12. “Dengan ukuran itu tetap menyulitkan meski sudah berkacamata,” katanya.
Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengatakan, pantauan ujian dia lakukan di sejumlah sekolah untuk mengetahui kendala dan hambatan yang dialami siswa. Jika di Samigaluh terkendala jembatan yang putus, di sini ada siswa berkebutuhan khusus. Sehingga pelaksanaan ujian ini akan dievaluasi agar ada perbaikan di tahun-tahun mendatang. “Kita tetap harus menyemangati mereka,” kata Hasto.
Sementara itu Komisi IV DPRD Kulonprogo juga melaksanakan pantauan di SMPN 1 Panjatan dan SMPN 1 Lendah. Mereka ditemui oleh kepala sekolah dan para guru serta hanya memantau dari luar.
Kuntadi
(ftr)