OP Cabai Merah Digelar Bertahap
A
A
A
MEDAN - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Utara (Sumut) bersama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sumut dan Pemerintah Kota (Pemko) Medan, menggelar operasi pasar (OP) cabai merah sebagai upaya meredam harga komoditas tersebut yang terus merangkak naik sejak beberapa pekan terakhir.
OP cabai merah ini dilakukan di Pasar Petisah Medan, dan merupakan tahap pertama yang nantinya akan berkelanjutan. Tidak hanya di kota ini, tetapi juga kabupaten/ kota lainnya, melihat perkembangan harga. Untuk tahap pertama sebanyak 100 kg cabai merah digelontorkan ke pasar. Jika terus naik terutama jelang Ramadan, OP akan dilanjutkan. Kepala Bulog Sumut, Fasika KhairulZaman, mengatakan, kegiatan OP ini merupakan tahap pertama yang akan dilakukan selama sepekan, atau dua kali sepekan, melihat kondisi harga di pasar.
Sebab, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya hingga tadi pagi (kemarin), harga cabai merah sudah mencapai Rp31.000perkilogram(kg) dipasar- pasar besar di Medan.
“Di pasar besar saja harga cabai merah sudah mencapai Rp31.000 per kg. Kami yakin di pasar kecil harganya lebih tinggi lagi. Karenanya, OP cabai merah ini digelar untuk menekan harga di tingkat pelaku pasar karena Bulog menjual dengan harga Rp25.000 per kg,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela OP cabai merah di Pasar Petisah Medan, Selasa (5/5). Sebelumnya, pihaknya sudah berhasil mengatasi harga cabai merah di tingkat produsen hingga mencapai tingkat yang sesuai biaya produksi petani.
Sekarang ini dilanjutkan di tingkat konsumen supaya pergerakan harga tetap terkendali. “Yang digelontorkan ini ada cabai merah segar dan keriting serta bubuk. Cabai bubuk merupakan hasil olahan setelah Bulog membeli langsung dari petani di Batubara dan Pematang Bandar ketika harga anjlok belum lama ini. Untuk itu, kami akan bekerja sama dengan pemerintah provinsi (pemprov) melalui TPID untuk mengendalikan harga di tingkat konsumen tercapai,” ujarnya.
Selain cabai merah, Bulog juga menambah komoditas bawang merah 100 kg pada OP kali ini. Sebab, komoditas ini merupakan salah satu penyumbang inflasi pada April 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut sebesar 0,89%. “Bawang merah yang masuk dalam kelompok bahan makanan juga merupakan penyumbang inflasi. Jadi, kami tambahkan juga pada OP kali ini sebelum harganya terus merangkak naik. Namun, volume dan frekuensinya akan ditambah jika harga semakin tidak terkendali,” ujarnya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut, Subintoro, mengatakan, upaya yang dilakukan Bulog bekerja sama dengan pemerintah ini patut diapresiasi karena merupakan yang pertama di seluruh Indonesia. “Selama ini yang sering dilakukan adalah OP beras, tapi sekarang malah cabai merah dan baru pertama kali secara nasional. Jadi, pantas untuk diapresiasi dan bisa diikuti di tingkat kabupaten/ kota lainnya,” katanya.
Dari Bank Indonesia (BI), pihaknya akan turut berupaya mengendalikan inflasi bekerja sama dengan instansi terkait, pemerintah daerah (pemda) petani dalam bentuk-bentuk kluster yang sudah dibentuk pihaknya selama ini, dan pelaku pasar untuk memastikan ketersediaan pasokan cukup. “Salah satu tugas BI adalah memastikan inflasi terkendali dengan melihat perkembangan-perkembangan indikator pendongkrak. Tentunya kami siap bekerja sama dengan semua pihak untuk memastikan pasokan tersedia, terlebih jelang Ramadan. Jadi, harga bisa ditekan dan terkendali,” katanya.
Tidak hanya dari bahan makanan, tetapi juga dari administrated price yang biasanya bisa memicu kenaikan harga seperti tarif listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji 3 kg juga akan diantisipasi karena turut memicu inflasi di daerah. “Jadi, tidak hanya volatile food, tetapi administrated price juga akan diperhatikan,” tandasnya.
Jelia amelida
OP cabai merah ini dilakukan di Pasar Petisah Medan, dan merupakan tahap pertama yang nantinya akan berkelanjutan. Tidak hanya di kota ini, tetapi juga kabupaten/ kota lainnya, melihat perkembangan harga. Untuk tahap pertama sebanyak 100 kg cabai merah digelontorkan ke pasar. Jika terus naik terutama jelang Ramadan, OP akan dilanjutkan. Kepala Bulog Sumut, Fasika KhairulZaman, mengatakan, kegiatan OP ini merupakan tahap pertama yang akan dilakukan selama sepekan, atau dua kali sepekan, melihat kondisi harga di pasar.
Sebab, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya hingga tadi pagi (kemarin), harga cabai merah sudah mencapai Rp31.000perkilogram(kg) dipasar- pasar besar di Medan.
“Di pasar besar saja harga cabai merah sudah mencapai Rp31.000 per kg. Kami yakin di pasar kecil harganya lebih tinggi lagi. Karenanya, OP cabai merah ini digelar untuk menekan harga di tingkat pelaku pasar karena Bulog menjual dengan harga Rp25.000 per kg,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela OP cabai merah di Pasar Petisah Medan, Selasa (5/5). Sebelumnya, pihaknya sudah berhasil mengatasi harga cabai merah di tingkat produsen hingga mencapai tingkat yang sesuai biaya produksi petani.
Sekarang ini dilanjutkan di tingkat konsumen supaya pergerakan harga tetap terkendali. “Yang digelontorkan ini ada cabai merah segar dan keriting serta bubuk. Cabai bubuk merupakan hasil olahan setelah Bulog membeli langsung dari petani di Batubara dan Pematang Bandar ketika harga anjlok belum lama ini. Untuk itu, kami akan bekerja sama dengan pemerintah provinsi (pemprov) melalui TPID untuk mengendalikan harga di tingkat konsumen tercapai,” ujarnya.
Selain cabai merah, Bulog juga menambah komoditas bawang merah 100 kg pada OP kali ini. Sebab, komoditas ini merupakan salah satu penyumbang inflasi pada April 2015 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut sebesar 0,89%. “Bawang merah yang masuk dalam kelompok bahan makanan juga merupakan penyumbang inflasi. Jadi, kami tambahkan juga pada OP kali ini sebelum harganya terus merangkak naik. Namun, volume dan frekuensinya akan ditambah jika harga semakin tidak terkendali,” ujarnya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut, Subintoro, mengatakan, upaya yang dilakukan Bulog bekerja sama dengan pemerintah ini patut diapresiasi karena merupakan yang pertama di seluruh Indonesia. “Selama ini yang sering dilakukan adalah OP beras, tapi sekarang malah cabai merah dan baru pertama kali secara nasional. Jadi, pantas untuk diapresiasi dan bisa diikuti di tingkat kabupaten/ kota lainnya,” katanya.
Dari Bank Indonesia (BI), pihaknya akan turut berupaya mengendalikan inflasi bekerja sama dengan instansi terkait, pemerintah daerah (pemda) petani dalam bentuk-bentuk kluster yang sudah dibentuk pihaknya selama ini, dan pelaku pasar untuk memastikan ketersediaan pasokan cukup. “Salah satu tugas BI adalah memastikan inflasi terkendali dengan melihat perkembangan-perkembangan indikator pendongkrak. Tentunya kami siap bekerja sama dengan semua pihak untuk memastikan pasokan tersedia, terlebih jelang Ramadan. Jadi, harga bisa ditekan dan terkendali,” katanya.
Tidak hanya dari bahan makanan, tetapi juga dari administrated price yang biasanya bisa memicu kenaikan harga seperti tarif listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji 3 kg juga akan diantisipasi karena turut memicu inflasi di daerah. “Jadi, tidak hanya volatile food, tetapi administrated price juga akan diperhatikan,” tandasnya.
Jelia amelida
(ars)